Sampai Kapan Batas Waktu Boleh Puasa Qadha Ramadhan? Simak Penjelasannya

Sampai Kapan Batas Waktu Boleh Puasa Qadha Ramadhan? Simak Penjelasannya

Anindya Milagsita - detikJateng
Sabtu, 15 Feb 2025 10:18 WIB
Happy Muslim family together making iftar dua to break fasting during Ramadan at the dining table at home focus on a bowl of dates. . High quality photo
Ilustrasi puasa. Foto: Getty Images/Malik Nalik
Solo -

Bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba membuat kaum muslim yang masih memiliki tanggungan atau utang puasa berusaha segera melunasinya. Namun demikian, mungkin tidak sedikit yang bertanya-tanya mengenai kapan batas waktu boleh puasa qadha Ramadhan?

Menurut buku 'Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah' oleh karya Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, bahwa puasa qadha disebut juga sebagai puasa pengganti. Adapun pengertian puasa qadha Ramadhan adalah puasa yang wajib dilakukan sebagai ganti puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan sebelumnya. Terutama bagi mereka yang meninggalkannya karena udzur tertentu.

Ada berbagai udzur yang membuat puasa Ramadhan boleh ditinggalkan dan nantinya diganti dengan melakukan qadha. Sebut saja sakit, haid, nifas, hingga bepergian. Kewajiban melakukan qadha Ramadhan juga telah disampaikan dalam firman Allah SWT melalui Al-Quran. Tepatnya Surat Al-Baqarah ayat 185 yang menyebut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ۝١٨٥

Syahru ramadlânalladzî unzila fîhil-qur'ânu hudal lin-nâsi wa bayyinâtim minal-hudâ wal-furqân, fa man syahida mingkumusy-syahra falyashum-h, wa mang kâna marîdlan au 'alâ safarin fa 'iddatum min ayyâmin ukhar, yurîdullâhu bikumul-yusra wa lâ yurîdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullâha 'alâ mâ hadâkum wa la'allakum tasykurûn.

ADVERTISEMENT

Artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."

Mengingat qadha Ramadhan hukumnya adalah wajib, maka hendaknya kaum muslim yang masih memiliki tanggungan atau utang puasa dapat segera menggantinya. Lantas, sampai kapan batas waktu puasa qadha Ramadhan? Berikut ulasannya.

Batas Waktu Puasa Qadha Ramadhan

Terkait dengan batas waktu puasa qadha Ramadhan, terdapat sejumlah riwayat hadits yang menyampaikan tentang ketentuannya. Seperti diungkap dalam buku 'Tuntunan Ibadah Ramadan dan Hari Raya' karya R Syamsul B dan M Nielda, bahwa qadha Ramadhan bisa dikerjakan dalam waktu yang cukup panjang, yaitu sekitar 11 bulan lamanya. Umumnya, qadha Ramadhan bisa mulai dikerjakan pada tanggal 2 Syawal hingga waktu-waktu terakhir di bulan Syaban.

Kemudian qadha Ramadhan juga tidak diwajibkan untuk langsung dikerjakan setelah Idul Fitri. Namun demikian, qadha Ramadhan tidak boleh dikerjakan pada waktu-waktu tertentu. Misalnya Idul Adha maupun hari tasyriq.

Adapun waktu pengerjaan puasa qadha Ramadhan sampai bulan Syaban telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah r.a. Sebagaimana diriwayatkan bahwa:

كَانَ يَكُوْنُ عَلَى الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَان . فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيْهِ إِلَّا فِي شَعْبَانَ الشَّغْلِ مِنْ رَسُولِ الله . أَوْ بِرَسُولِ الله . روه مسلم.

"Aku mempunyai (hutang) puasa dari puasa Ramadhan, maka tidaklah aku mampu menqadha kecuali pada bulan Syaban. Sibuk dari Rasulullah SAW atau sibuk dengan Rasulullah SAW," (HR. Muslim).

Meskipun batas waktu qadha Ramadhan dapat dilakukan hingga bulan Syaban, tetapi terdapat anjuran bagi kaum muslim untuk menyegerakan dalam mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan. Ini seperti diungkap dalam buku 'Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah' oleh Ruhyat Ahmad, bahwa meski qadha Ramadhan boleh ditunda, tetapi dianjurkan untuk dilakukan dengan segera atau tidak ditunda-tunda.

Hal tersebut didasarkan pada salah satu firman Allah SWT di dalam Al-Quran. Tepatnya melalui Surat Al-Mu'minun ayat 61 bahwa:

اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ ۝٦١

Ulâ'ika yusâri'ûna fil-khairâti wa hum lahâ sâbiqûn.

Artinya: "Mereka itu bersegera dalam (melakukan) kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya."

Merujuk dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa qadha Ramadhan dapat dilakukan hingga bulan Syaban. Namun demikian, ada baiknya kaum muslim untuk menyegerakan dalam mengganti tanggungan puasa Ramadhan.

Bolehkah Mengerjakan Puasa di Akhir Syaban?

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa batas puasa qadha Ramadhan dapat dikerjakan sampai bulan Syaban. Akan tetapi, mungkin tidak sedikit yang menyimpan pertanyaan mengenai apakah boleh mengerjakan puasa di akhir bulan Syaban? Terkait dengan hal ini terdapat sejumlah pandangan dari ulama hadits.

Salah satunya yang tidak diperkenankan untuk berpuasa pada satu sampai dua hari sebelum Ramadhan, yaitu tepat di dua hari terakhir bulan Syaban. H Amirulloh Syarbini dan Hj Lis Nur'aeni Afgani dalam buku 'Dahsyatnya Puasa Sunah: Kunci Utama Meraih Sukses Dunia & Akhirat', memberikan informasi bahwa kaum muslim hendaknya tidak mengerjakan puasa di hari syak atau hari yang diragukan apakah masuk Ramadhan atau belum.

Hari syak yang dimaksud adalah sehari atau dua hari akhir Syaban. Hal tersebut dengan pengecualian, seorang muslim tetap bisa mengerjakan puasa sunnah untuk yang biasa melakukannya atau bertepatan dengan puasa disyariatkan. Misalnya saja puasa Daud dan puasa Senin-Kamis.

Sementara itu, dijelaskan dalam sebuah riwayat mengenai anjuran untuk tidak berpuasa pada satu atau dua hari sebelum Ramadhan. Dijelaskan dalam buku 'Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya'ban' karya Dra Udji Asiyah, MSi, bahwa melalui riwayat hadits disampaikan mengenai seorang muslim yang hendaknya tidak mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya. Sebagaimana diriwayatkan bahwa:

لا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمٍ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ ، إِلَّا رَجُلاً كَانَ يَصُومُ صَوْماً فَلْيَصُمْهُ

"Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa," (HR. Al Bukhari & Muslim).

Serupa dengan penjelasannya sebelumnya, pada riwayat di atas juga dapat diketahui bahwa puasa akhir Syaban dapat dilakukan bagi yang terbiasa melakukan puasa sunnah. Wallahu a'lam.

Bacaan Niat Puasa Qadha Ramadhan

Setelah memahami batas waktu puasa Qadha Ramadhan, ada baiknya setiap muslim untuk turut mengerti bacaan niat puasanya. Dikutip dari buku 'Kitab Terlengkap Bersuci, Shalat, Puasa, Shalawat, Surat-Surat Pendek, Hadits Qudsi dan Hadits Arba'in Pilihan, serta Dzikir & Doa' oleh Ustadz Rusdianto, SPdI, berikut bacaan niat puasa qadha Ramadhan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaitu shauma ghadin 'an qadhaa-i fardhi ramadhaana lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Sengaja saya berpuasa pada esok hari untuk mengganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta'ala."

Demikian penjelasan mengenai batas waktu puasa qadha Ramadhan beserta ketentuan mengerjakan puasa di akhir Syaban dan bacaan niat puasa qadha Ramadhana. Semoga membantu.




(par/par)


Hide Ads