Ketentuan Puasa Syaban, Kapan Waktu yang Dilarang Berpuasa?

Ketentuan Puasa Syaban, Kapan Waktu yang Dilarang Berpuasa?

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Selasa, 04 Feb 2025 12:37 WIB
Ilustrasi puasa
Ilustrasi puasa Syaban. Foto: Freepik
Solo -

Pada bulan Syaban, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Ketika menjalankannya, kita perlu memahami ketentuan puasa Syaban termasuk waktu yang dilarang untuk melaksanakannya. Pasalnya, bulan Syaban ini berdekatan dengan Ramadhan, bulan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa.

Menurut Ustad Abu Ghozie As Sundawie dalam buku Kemuliaan Bulan Syaban, puasa sunnah di bulan Syaban memiliki sejumlah keutamaan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Pertama, amalan kita dilaporkan kepada Allah pada bulan Syaban, dan Nabi Muhammad SAW lebih suka jika amalan beliau dilaporkan dalam keadaan berpuasa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, "Maka aku lebih suka kalau amalanku dilaporkan sementara aku sedang berpuasa" (HR Ahmad, Shahih Al-Albani).

Selain itu, puasa di bulan Syaban menjadi persiapan yang baik untuk menghadapi puasa Ramadhan. Puasa sunnah ini membantu umat Islam melatih diri untuk menahan hawa nafsu dan memperkuat kekuatan spiritual sebelum menjalankan puasa wajib di bulan Ramadhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keutamaan lainnya, puasa di bulan Syaban dianggap sebagai ibadah tambahan yang bernilai tinggi, sebagaimana puasa sunnah lainnya setelah Ramadhan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia seolah-olah berpuasa sepanjang tahun" (HR Muslim), menunjukkan bahwa puasa di bulan Syaban juga membawa pahala besar.

Lantas, seperti apakah ketentuan puasa Syaban? Mari simak pembahasan selengkapnya berikut ini!

ADVERTISEMENT

Ketentuan Puasa Syaban

Dikutip dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia, puasa Syaban merupakan amalan yang dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW dikenal sering berpuasa sepanjang bulan Syaban. Aisyah RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berpuasa hampir setiap hari pada bulan tersebut, hanya sedikit hari yang dilalui tanpa puasa.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Aisyah RA berkata:
"Rasulullah SAW sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau tidak puasa terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya di bulan Syaban. Beliau berpuasa pada bulan Syaban hingga sisa harinya tinggal sedikit." (HR Muslim)

Hikmah dari puasa di bulan Syaban adalah karena amalan hamba diangkat di bulan tersebut. Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa kita disarankan untuk tidak melewatkan satu bulan pun tanpa berpuasa sama sekali.

Kapan Waktu yang Dilarang Berpuasa Syaban?

Meskipun puasa Syaban sangat dianjurkan, ada batasan waktu tertentu yang dilarang untuk berpuasa. Salah satunya adalah memasuki paruh kedua bulan Syaban, yaitu dari tanggal 16 hingga akhir bulan. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:

"Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Apabila telah memasuki paruh kedua bulan Syaban, maka kalian tidak boleh berpuasa!'" (HR At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad)

Kemudian, dalam buku Keagungan Rajab & Syaban tulisan Abdul Manan Bin Hj Muhammad Sobari disebutkan, mengenai puasa sunnah Syaban yang dilakukan setelah nisfu Syaban hanya diizinkan bagi orang yang membiasakan puasa sunnah Senin Kamis saja. Bagi yang tidak membiasakan puasa sunnah Senin dan Kamis dilarang melakukan puasa sunnah setelah nisfu Syaban.

Rasulullah SAW bersabda: "Jika tinggal separuh dari bulan Syaban maka janganlah kamu berpuasa (sunnah) (kecuali bagi orang yang sudah membiasakan diri puasa sunnah Senin dan Kamis)." Nabi saw bersabda lagi, "Janganlah kamu mendahului puasa Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari kecuali jika bertepatan kebiasaan puasa seorang itu maka bolehlah meneruskan kebiasaan itu." (HR Bukhori dan Muslim).

Dari kedua hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa larangan puasa Syaban tidak berlaku pada kondisi tertentu. Misalnya jika seseorang sudah berpuasa sebelumnya, seperti pada tanggal 15 dan melanjutkan puasa hingga tanggal 16 dan seterusnya. Selain itu, puasa yang sudah menjadi kebiasaan seperti puasa Senin Kamis atau puasa nadzar, qadla, atau kafarat tetap diperbolehkan meskipun waktunya jatuh pada paruh kedua bulan Syaban.

Tata Cara Menjalankan Puasa Syaban

Puasa sunnah di bulan Syaban mirip dengan puasa wajib di bulan Ramadhan, meskipun ada beberapa perbedaan terutama dalam niat dan waktu pelaksanaannya. Berikut ini adalah tata cara lengkap puasa sunnah Syaban menurut buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah 3 karya H. Muhaemin Nur Idris, MAg dkk.

1. Niat Puasa

Niat puasa sunnah Syaban dapat dilakukan pada malam hari sebelum fajar. Jika terlupa, niat puasa dapat dilakukan sebelum waktu sholat Dzuhur, yaitu saat tergelincir matahari. Niat yang diucapkan hendaknya dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT. Adapun bacaan niat yang disarankan adalah:

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ Ψ΄ΩŽΩ‡Ω’Ψ±Ω Ψ΄ΩŽΨΉΩ’Ψ¨ΩŽΨ§Ω†ΩŽ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ Ω„ΩΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰
Nawaitu shauma shahri Syabāna sunnatan lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Saya niat puasa bulan Syaban, sunnah karena Allah Ta'ala."

2. Sahur

Disunnahkan untuk melakukan sahur, yakni makan sebelum waktu imsak (sebelum waktu Subuh). Sahur membantu tubuh tetap bertenaga dalam menjalani puasa sepanjang hari. Sahur ini sebaiknya dilakukan hingga menjelang waktu imsak.

3. Menahan Diri

Selain menahan diri dari makan dan minum, puasa sunnah juga mengharuskan kita untuk menjaga perkataan dan perbuatan. Kita disarankan untuk tidak berbicara kasar atau melakukan hal-hal yang dapat merusak pahala puasa, seperti yang diajarkan Nabi SAW untuk menjaga kesucian puasa.

4. Waktu Puasa

Puasa sunnah Syaban dimulai dari terbit fajar (waktu sholat subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu sholat maghrib). Waktu pelaksanaannya sama dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.

5. Berbuka Puasa

Saat berbuka puasa, disunnahkan untuk segera berbuka setelah terbenamnya matahari. Ada beberapa hal yang dianjurkan ketika berbuka puasa:

- Membaca doa berbuka puasa.

Bacaan doa berbuka yang sesuai dengan hadits adalah:
Ψ°ΩŽΩ‡ΩŽΨ¨ΩŽ Ψ§Ω„ΨΈΩ‘ΩŽΩ…ΩŽΨ£Ω ΩˆΩŽΨ§Ψ¨Ω’ΨͺΩŽΩ„Ω‘ΩŽΨͺِ Ψ§Ω„Ω’ΨΉΩΨ±ΩΩˆΩ‚Ω وَثَبَΨͺَ Ψ§Ω„Ω’Ψ£ΩŽΨ¬Ω’Ψ±Ω Ψ₯ِنْ شَاَؑ Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω
Dhahaba al-zhamā'u wabtallatil 'urūqu, wathabatal ajru in sha Allah.
Artinya: "Telah lenyap dahaga, urat-urat telah basah, dan insya Allah ganjaran akan ditetapkan." (HR Abu Dawud dan Nasa'i)

Selain itu, ada juga doa yang sering dibaca umat Muslim setelah berbuka, terutama di Indonesia, yaitu:

Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡ΩΩ…Ω‘ΩŽ Ω„ΩŽΩƒΩŽ ءُمْΨͺُ ΩˆΩŽΨ¨ΩΩƒΩŽ Ψ’Ω…ΩŽΩ†Ψͺُ ΩˆΩŽΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’ΩƒΩŽ ΨͺΩŽΩˆΩŽΩƒΩ‘ΩŽΩ„Ω’Ψͺُ ΩˆΩŽΨ¨ΩΨ±ΩŽΨ²Ω’Ω‚ΩΩƒΩŽ ΩΩŽΨ·ΩŽΨ±Ω’Ψͺُ
Allahumma laka sumtu, wa bika aamantu, wa 'alayka tawakkaltu, wa birizqika-aftartu.
Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku bertawakal, dan atas rezeki-Mu aku berbuka."

Doa ini diucapkan setelah berbuka puasa, sebagai bentuk pengakuan dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

- Menyegerakan berbuka, yaitu segera membatalkan puasa setelah terbenamnya matahari.
- Berbuka dengan kurma jika tersedia, atau bisa juga dengan air putih sebagai alternatif.

Demikian penjelasan lengkap mengenai ketentuan puasa Syaban serta waktu yang dilarang untuk berpuasa. Semoga bermanfaat!




(par/afn)


Hide Ads