Atasi Kasus DBD, Dinkes Klaten Akan Terus Galakkan PSN Serentak

Atasi Kasus DBD, Dinkes Klaten Akan Terus Galakkan PSN Serentak

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 19 Apr 2024 12:55 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto.(Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Klaten -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten akan menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tiap minggu. Gerakan tersebut digalakkan guna mengurangi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Klaten.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Klaten Anggit Budiarto. Tercatat pada minggu ke-13, terdapat 244 kasus dengan 12 kematian yang disebabkan oleh penyakit DBD yang menyerang warga Kabupaten Klaten.

"Data informasi terakhir minggu ke-13, kematian 12 dan ada 244 kasus," kata Anggit kepada awak media, Rabu (17/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun, pada Jumat (5/4/2024) lalu, Pemkab Klaten melalui Dinkes telah menggencarkan PSN Serentak dengan cara mewajibkan masyarakat Klaten untuk membersihkan tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah. Selain itu, untuk melacak persebaran kasus DBD, masyarakat juga bisa melakukan pelaporan melalui google form yang telah disediakan.

"PSN serentak itu kita terus lakukan kepada seluruh warga. Baik secara bersih-bersih rumah di tingkat RT, di tempat-tempat umum dan sebagainya. Dan dilakukan pelaporan melalui Google form, daerah-daerah mana yang jentiknya masih banyak," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Anggit mengatakan, PSN akan terus dilakukan secara rutin, dan pihaknya akan berkoordinasi dengan para camat dari masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten. Ia juga mengungkapkan, jumlah kasus DBD paling tinggi ada di Kecamatan Bayat.

"Kalau sebaran merata, kalau kasus paling tinggi kemarin di minggu ke-13 di Bayat. Cuma di Bayat tidak ada kematian. Kematiannya merata mulai dari Pedan, Juwiring, Tulung, Wonosari, Prambanan, Klaten Selatan," jelas Anggit.

"Faktor penyebab yang jelas karena nyamuk. Adanya nyamuk pasti berada di tempat yang bisa untuk berkembang biak nyamuk. Tempat berkembang biak nyamuk itu kuncinya malah air tenang dan bersih," sambungnya.

Ia menjelaskan, rata-rata pasien kasus DBD merupakan anak-anak dengan usia di bawah 10 tahun. Meski ada pula pasien berusia 35 bahkan 55 tahun.

"Gejala awalnya panas, 2-7 hari. Jadi kalau panas hari kedua kok ada rasa pusing, itu mending diperiksa. Nanti hari ketiga bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium," sarannya.

Ia pun mengingatkan seluruh masyarakat agar tetap waspada. Terlebih jika mengalami kondisi tubuh panas beberapa hari, jangan lengah jika panas terasa turun, sebab panas tersebut akan meningkat kembali.

"Kadang-kadang kan panas hari keempat itu turun. Rumangsane wis mari, padahal itu akan naik lagi. Sebenarnya yang terpenting dari ini (DBD) adalah daya tahan tubuh," ungkapnya.

Jika seseorang mengalami kondisi tubuh panas, kata Anggit, tentu penanganan pertama yang perlu dilakukan ialah mengonsumsi obat penurun panas. Kemudian kebutuhan cairan juga harus tetap terjaga, sehingga seorang pasien dengan kondisi tubuh panas dan pusing harus banyak mengonsumsi air untuk mencegah kekurangan cairan.

Selain itu, masyarakat juga harus terus memiliki kesadaran untuk membersihkan rumahnya masing-masing agar tidak ada air yang menggenang sebagai tempat berkembang biak jentik nyamuk.

(anl/ega)


Hide Ads