Bulan Ramadhan telah berlalu. Kini kaum muslim dapat mengerjakan puasa Syawal yang disunnahkan dalam Islam. Namun, mungkin ada sebagian muslim yang menyimpan pertanyaan terkait apakah boleh puasa Syawal tapi masih punya utang puasa Ramadhan?
Anjuran tentang puasa Syawal telah dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Abu Ayyub Al-Anshari. Disampaikan bahwa umat Islam dapat mengerjakan puasa Syawal selama enam hari di bulan Syawal. Siapapun kaum muslim yang melakukannya, dikatakan akan mendapatkan ganjaran seperti berpuasa selama satu tahun lamanya.
Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan dalam buku 'Ternyata Shalat & Puasa Sunah Dapat Mempercepat Kesuksesan' karya Ceceng Salamudin, M.Ag. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshari bahwa Rasulullah SAW bersabda:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Barangsiapa menjalankan puasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa sunnah enam hari pada bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun" (HR. Muslim).
Mengingat puasa Syawal merupakan ibadah yang dianjurkan di dalam Islam, kaum muslim dapat mengerjakannya selama bulan Syawal. Namun, bagaimana jika seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan?
Bolehkah untuk mengerjakan puasa Syawal terlebih dahulu meski masih punya utang untuk mengqadha puasa Ramadhan? Agar dapat lebih memahami terkait hal tersebut, simak baik-baik penjelasannya berikut ini.
Bolehkah Puasa Syawal Meski Masih Punya Hutang Puasa?
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laman resmi Nahdlatul Ulama, Quraish Shihab menjelaskan terkait pengerjaan puasa Syawal dan qadha puasa Ramadhan di bulan Syawal. Dikatakan bahwa menunaikan utang puasa Ramadhan atau mengqadha puasa Ramadhan dianjurkan untuk dilakukan terlebih dahulu dibandingkan puasa Syawal.
Alasannya karena qadha puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi kaum muslim yang pernah meninggalkan kewajibannya berpuasa di bulan Ramadhan kemarin. Sebaliknya, puasa Syawal merupakan ibadah sunnah di dalam Islam. Meskipun puasa Syawal sangat dianjurkan, tetapi kewajiban qadha puasa Ramadhan justru membuatnya lebih baik diutamakan dibanding puasa Syawal.
Sementara itu, dijelaskan dalam buku 'Step By Step Fiqih Puasa Edisi Revisi' karya Agus Arifin, terdapat dua pendapat mengenai pengerjaan puasa Syawal dan qadha puasa Ramadhan. Pendapat pertama menyatakan tidak diperkenankannya mengerjakan puasa Syawal sebelum membayar utang puasa Ramadhan. Hal ini berkaitan dengan hukum mengqadha puasa Ramadhan yang merupakan sebuah kewajiban, sedangkan puasa Syawal adalah ibadah sunnah.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan dalam sebuah hadits bahwa:
"Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib hingga Aku mencintainya" (HR. Bukhari Nomor 6502).
Kemudian ada pendapat kedua yang menyatakan bahwa diperbolehkan puasa Syawal sebelum mengqadha puasa Ramadhan. Hal ini berkaitan dengan penentuan waktunya.
Apabila qadha puasa Ramadhan merupakan ibadah yang tidak ditentukan waktunya karena dapat dikerjakan oleh umat Islam dari bulan Syawal hingga sebelum datangnya Ramadhan selanjutnya. Lain halnya dengan puasa Syawal yang ditentukan waktunya karena hanya boleh dikerjakan di bulan Syawal.
Anjuran untuk mengerjakan qadha puasa Ramadhan terlebih dahulu sebelum puasa Syawal juga disampaikan dalam buku 'Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah' karya Ruhyat Ahmad. Dikatakan melalui sebuah hadits mengenai kewajiban ibadah qadha puasa Ramadhan hendaknya didahulukan daripada puasa Syawal yang merupakan ibadah sunnah.
Seperti disampaikan oleh Ibnu Rajab bahwa:
"Barangsiapa mempunyai qadha puasa di bulan Ramadhan, lalu ia malah mendahulukan menunaikan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, maka ia tidak peroleh pahala puasa setahun penuh dengan mengerjakan puasa Ramadhan diikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Ia tidak peroleh pahala tersebut karena puasa Ramadhannya belum sempurna" (Lathoif Al Ma'airf halaman 392).
Meskipun begitu, disampaikan juga terkait kaum muslim yang mendahulukan puasa Syawal terlebih dahulu baru mengqadha puasa Ramadhannya. Puasa yang dikerjakannya tetap dianggap sah. Namun, pahala puasa setahun penuh tidak akan diperoleh karena puasa Ramadhan miliknya belum sempurna.
Merujuk dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa bagi seorang muslim yang ingin meraih keutamaan puasa Syawal dengan meraih pahala seperti berpuasa setahun penuh, hendaknya mendahulukan qadha puasa Ramadhan terlebih dahulu.
Baru setelahnya mengerjakan puasa Syawal. Namun, tidak ada salahnya juga untuk mengerjakan puasa Syawal dan dilanjutkan dengan menyegerakan mengqadha puasa Ramadhan. Wallahu'alam.
Bacaan Niat Qadha Puasa Ramadhan
Sebelum mengqadha puasa Ramadhan, perlu bagi setiap muslim yang hendak mengerjakannya untuk memahami bacaan niatnya terlebih dahulu. Saat mengawali qadha puasa Ramadhan dengan niat, diharapkan dapat menyempurnakan ibadah yang akan dikerjakan.
Dikutip dari buku 'Kitab Terlengkap Bersuci, Shalat, Puasa, Shalawat, Surat-Surat Pendek, Hadits Qudsi dan Hadits Arba'in Pilihan, serta Dzikir & Doa' karya Ustadz Rusdianto, S.Pd.I., berikut bacaan niat qadha puasa Ramadhan:
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ΅ΩΩΩΩ Ω ΨΊΩΨ―Ω ΨΉΩΩΩ ΩΩΨΆΩΨ§Ψ‘Ω ΩΩΨ±ΩΨΆΩ Ψ±ΩΩ ΩΨΆΩΨ§ΩΩ ΩΩΩΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ.
"Nawaitu shauma ghadin 'an qadhaa-i fardhi ramadhaana lillaahi ta'aalaa."
Artinya: "Sengaja saya berpuasa pada esok hari untuk mengganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta'ala."
Bacaan Niat Puasa Syawal
Sama halnya dengan mengqadha puasa Ramadhan, bagi muslim yang akan mengerjakan puasa Syawal juga hendaknya mengamalkan bacaan niatnya terlebih dahulu. Disampaikan dalam buku 'Pintar Ibadah' karya Ust. H. Fatkhur Rahman, berikut bacaan niat puasa Syawal yang dapat diamalkan oleh kaum muslim:
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ΅ΩΩΩ Ω ΨΊΩΨ―Ω Ω ΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω Ψ΄ΩΩΩΩΨ§Ψ―Ω Ψ³ΩΩΩΨ©Ω ΩΩΩΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ
"Nawaitu shauma ghadin min yaumi syawwaalin sunna-tan lillaahi ta'aalaa."
Artinya: "Aku berniat puasa besok pagi pada bulan syawal, sunnah karena Allah Ta'ala."
Demikian tadi penjelasan mengenai apakah boleh puasa Syawal tapi masih memiliki utang puasa Ramadhan yang dilengkapi dengan bacaan niatnya. Semoga informasi ini membantu.
(dil/dil)