Setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan, umat Islam merayakan kemenangan dengan Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal. Setelah kebahagiaan Idul Fitri, kita memiliki kesempatan untuk kembali meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan mengamalkan puasa sunnah Syawal.
Di tengah semangat beribadah, muncul pertanyaan yang sering di kalangan masyarakat Muslim tentang apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh dipisah? Pertanyaan ini menjadi perhatian banyak umat Islam yang ingin meraih keutamaan puasa Syawal.
Hukum Puasa Syawal Tidak Berurutan
Menurut Tarmizi As Shidiq dalam buku Daqu Method dalam Tinjauan Pendidikan Islam, Imam Syafi'i dan Imam An-Nawawi berpendapat bahwa puasa Syawal lebih utama jika dilakukan selama enam hari berturut-turut di awal bulan. Waktu yang dianjurkan untuk mengamalkannya adalah mulai tanggal 2 hingga 7 Syawal, segera setelah Hari Raya Idul Fitri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pandangan serupa juga dianut oleh mazhab Hambali, sebagaimana dijelaskan dalam buku Dialog Lintas Mazhab Fiqh Ibadah dan Muamalah karya Asmaji Muchtar. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa pelaksanaan puasa Syawal selama enam hari secara berturut-turut tanpa ada jeda di antara hari-harinya dianggap lebih utama dan lebih mendekati kesempurnaan ibadah.
Namun, tidak ada ketentuan yang mengharuskan puasa Syawal dilaksanakan secara berurutan, sehingga seseorang tetap boleh menjalankannya secara terpisah. Yang terpenting adalah memenuhi enam hari puasa dalam bulan Syawal, meskipun dilakukan dengan selang-seling atau di waktu yang berbeda.
Para ulama sepakat bahwa siapa pun yang berpuasa enam hari di bulan Syawal, baik berturut-turut maupun terpisah, tetap mendapatkan keutamaannya. Dengan demikian, umat Islam memiliki fleksibilitas dalam mengamalkan puasa Syawal sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing.
Keutamaan Puasa Syawal
Menurut Ahmad Sarwat dalam buku Puasa Bukan Hanya saat Ramadhan, menjalankan puasa Syawal selama enam hari memiliki keutamaan yang setara dengan berpuasa selama satu tahun penuh.
Hal ini sesuai dengan beberapa riwayat. Pertama, dari riwayat Attub al-Anshari dari Nabi Muhammad SAW,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: "Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun." (HR Muslim)
Kedua, dari hadits Tsauban yang memperkuat masyru'iyah puasa Syawal,
وَعَنْ ثَوْبَانَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَسِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
Artinya: "Siapa yang berpuasa satu bulan Ramadan, ditambah enam hari (Syawal) setelah Idul Fitri, pahala puasanya seperti pahala puasa satu tahun. Dan siapa yang mengerjakan satu amalan kebaikan, baginya sepuluh kebaikan." (HR Ibnu Majah)
Dalam kitab Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan oleh Khairul Amru Harahap dan Masrukhin, disebutkan bahwa keutamaan puasa Syawal selama enam hari berlaku bagi mereka yang senantiasa menjalankan puasa Ramadan setiap tahunnya.
Mengenai kelipatan pahala, para ulama menjelaskan bahwa setiap amal kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Para ulama menekankan bahwa puasa Ramadan selama satu bulan setara dengan pahala puasa selama sepuluh bulan, sedangkan enam hari puasa Syawal bernilai seperti dua bulan puasa.
Dengan demikian, seseorang yang menunaikan puasa Syawal setelah Ramadan akan mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa selama satu tahun penuh.
Selain itu, menurut Ceceng Salamudin dalam buku Ternyata Shalat & Puasa Sunah Dapat Mempercepat Kesuksesan, puasa Syawal juga memiliki keutamaan untuk melengkapi kekurangan yang mungkin terjadi saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, sebagaimana sholat sunnah dapat menyempurnakan kekurangan dalam sholat fardhu.
Hal ini disebabkan karena puasa Ramadan yang telah dijalani sebelumnya kemungkinan tidak sempurna, baik dari segi keutamaan maupun pelaksanaannya sehingga puasa syawal akan menyempurnakannya.
Wallahu a'lam.
Baca juga: Ketentuan Puasa 6 Hari Bulan Syawal |
(hnh/inf)
Komentar Terbanyak
BPJPH: Ayam Goreng Widuran Terbukti Mengandung Unsur Babi
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat