Terdapat sebuah arca yang sudah mulai rusak di depan pintu kompleks permakaman umum di Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, Klaten. Arca itu tingginya sekitar 60 sentimeter.
detikJateng mendatangi lokasi bersama perangkat desa setempat dan pegiat cagar budaya pada Rabu (22/11). Arca berbahan batu andesit itu dalam posisi berdiri dengan alas batu prigen. Arca itu menyisakan bagian perut ke atas. Wajah dan ornamen pada bagian belakang arca sudah tidak jelas.
"Dari dulu ya di situ, tahu saya sejak kecil ya satu itu. Ternyata arca, tapi infonya dulu ada dua," kata Yunianto, salah satu warga di dekat lokasi kepada detikJateng, Rabu (22/11/2023) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditelusuri bersama Sekdes Jambeyan, Tri Rukun Widodo, ke halaman rumah warga di barat makam, satu arca lainnya sudah hilang. Di lokasi hanya ditemukan tiga batu prigen dan satu pecahan batu bertakik kulit candi.
"Dimungkinkan dari cerita orang-orang tua dulu ada candi. Sebab dulu ada lokasi yang disebut candi," kata Tri Rukun kepada detikJateng.
![]() |
Menurut Tri Rukun, lokasi di barat lokasi arca itu selain disebut candi juga disebut gumuk. Namun, pemerintah desa belum memiliki data atau dokumentasi mengenai hal itu.
"Semenjak saya jadi Sekdes tidak tahu. Pemerintah desa juga tidak tahu, warga sini ya cuma tahu ada mitos-mitos," ucap Tri Rukun.
Kaur Umum Desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, Muryadi menyatakan batu berbentuk stupa itu dirawat di rumahnya. Batu seperti kuluk (topi raja) itu ditemukan di gumuk.
"Saya temukan tergeletak di gumuk, di dekatnya banyak batu bata besar ukuran 40 sentimeter, juga batu prigen berserakan. Saya kasihan saja, terus saya rawat," ungkap Muryadi kepada detikJateng.
Batu yang disimpan di rumah Muryadi itu sekilas berbentuk stupa khas candi Budha tetapi berukuran kecil. Tingginya sekitar 50 sentimeter, bagian atasnya sedikit pecah.
Pegiat cagar budaya Klaten, Hari Wahyudi mengatakan fragmen arca yang berada di depan pintu permakaman itu diduga arca Durga.
"Diduga arca Durga, dilihat dari fragmen tangan pada arca yang masih terlihat. Sedangkan untuk stupa kecil (yang dirawat di rumah Muryadi) itu biasanya ada pada atap candi pendamping," kata Hari kepada detikJateng.
(dil/ahr)