Dua makam tua yang terletak di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Klaten memiliki keunikan tersendiri. Dua kuburan dipagari batu-batu bekas struktur candi itu konon tempat peristirahatan prajurit Sultan Agung.
Dua kubur tua tersebut berada di utara desa di pinggir persawahan. Berjarak sekitar 100 meter ke selatan makam, terdapat dua umbul yang salah satunya juga manfaatkan batu prigen bekas bangunan candi.
Kuburan tua tersebut terletak di kompleks makam seukuran sekitar 10x 12 meter. Kompleks makam bersusun dua itu menempatkan kuburan tua di undakan paling atas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah dua makam tua itu terdapat pemakaman umum warga sekitar. Makam warga tersebut tidak dipagar dengan batu-batu berbentuk persegi panjang dan bertakik seperti dua kuburan tua di atasnya.
Selain blok batu bertakik yang terbuat dari batu andesit, terdapat batu lingga (patok batas bangunan suci) patah yang hanya menyisakan segi empat bagian bawahnya.
Tidak ada huruf di kedua nisannya. Badan nisan yang bergaya masa Mataram Yogyakarta dan Solo itu sudah sebagian pecah tapi ditumpuk begitu saja.
Kades Kahuman, Kecamatan Ngawen, Wardoyo Joko Sumitro, menuturkan tidak ada catatan siapa yang dikuburkan di makam itu. Namun kadang masih ada warga dari Yogyakarta yang ziarah.
"Orang dari Keraton Jogja masih sering bersih-bersih di lokasi sampai sekarang. Kadang dua sampai tiga mobil," jelas Wardoyo kepada detikJateng, Sabtu (17/6/2023) siang lalu.
Menurut Wardoyo, tidak ada catatan resmi di pemerintah desa sosok yang dikuburkan. Namun dari cerita turun temurun sesepuh desa, menyebut sosok yang dikuburkan adalah orang penting dari Jogja.
![]() |
"Ya saya dengar itu (orang penting) tapi di desa blas tidak ada catatan. Setiap nyadran dibersihkan karena di bawahnya ada makam umum warga sini," papar Wardoyo.
Wardoyo mengatakan sejak zaman dulu makam itu dikelilingi pagar batu yang ditata. Batu-batu tersebut dulunya batu bangunan candi.
"Sepertinya begitu (batu bekas candi) kalau melihat bentuknya. Tapi apakah di situ candinya kita tidak tahu, dulu banyak batu di sini," imbuh Wardoyo.
![]() |
Kadus 1 Desa Kahuman, Ridwan, mengatakan batu-batu pagar makam pernah dicek petugas cagar budaya. Makam masih dirawat warga karena ada makam umum di bawahnya.
"Ya dibersihkan warga karena yang dimakamkan di situ ada juga warga sekitar situ. Jadi dirawat dibersihkan juga," kata Ridwan kepada detikJateng.
Sesepuh Desa Kahuman, Dalimin (76), menyatakan batu-batu yang mengelilingi makam itu memang batu candi. Pintu masuknya dari arah timur.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya....
"Saat saya masih kecil tatanan batu itu persegi, seperti bekas candi. Itu memang bekas batu candi, trapnya (tangga masuk) dari arah timur, jelas Dalimin kepada detikJateng.
Menurut Dalimin, bagian selatan kuburan tua itu pernah digali untuk membuat batu bata dan ditemukan arca. Namun saat digali untuk makam, tidak lagi ditemukan apapun.
"Kalau digali untuk pemakaman tidak ditemukan apa-apa. Jadi batu candi itu asli dari sini atau bukan tidak ada yang tahu," imbuh Dalimin.
Saat dirinya muda, imbuh Dalimin, sebagian batu prigen dirawat warga untuk membuat pagar di mata air selatan lokasi. Makam tua itu menurut sesepuh dulu adalah makam prajurit keraton Yogyakarta.
"Makam itu makam prajurit keraton Jogja, zaman Sultan Agung. Yang dikuburkan di situ namanya Sura Penatas bersama empat orang lainnya, dulu sering diziarahi dari Jogja," kata Dalimin.
Simak Video "Video: Mendes Yandri Susul Zulhas Tinjau Lokasi Peluncuran Kopdes Merah Putih"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)