Kalurahan Nglindur, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, DIY, ternyata menyimpan sejarah terkait Brawijaya V. Salah satu pedukuhannya, bernama Gangsalan Lor, dipercaya sebagai tempat tinggal salah satu selir Brawijaya V.
Pantauan detikJateng, di lokasi tersebut terdapat sebuah petilasan dengan pelang bertuliskan 'Gedhong Karang Petilasan Bondhan Surati'. Juga ada papan payu di pohon bertuliskan 'Dilarang Pikat' dan 'Pikat Manuk Ora Mulih' (menangkap burung tidak bisa pulang).
Untuk sampai di petilasan itu, pengunjung harus menuruni beberapa anak tangga dan menyusuri rerimbunan pohon. Di petilasan situ tampak pagar dua lapis yang di tengahnya terdapat bangunan kecil dengan kain putih di tengahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lurah Nglindur Muhammad Hanan Amshori mengatakan desanya memiliki satu calon tempat wisata religi bernama Gedhong Karang.
"Di situ juga ada petilasan Bondhan Surati, selirnya Brawijaya V. Dia juga lelono (mengembara) sampai di situ," kata Hanan saat ditemui, Kamis (22/6/2023).
![]() |
Di tempat itu, kata Hanan, Surati memberi tanda dengan menancapkan kayu di tempat yang saat ini terdapat bangunan kecil. Konon, kayu itu memicu tumbuhnya pepohonan di tempat tersebut sehingga rindang.
"Di sana ada bangunan kecil, sebenarnya itu untuk menancapkan tongkat kayu, terus dari tongkat itu sebagai tanda Bondhan Surati pernah di sini. Nah, tongkat itu ceritanya jadi pohon hidup," ujarnya.
Akan tetapi, kayu tersebut sudah mati sehingga hanya menyisakan petilasan atau bekas lokasi penancapannya.
Menurut Hanan, banyak orang yang mendatangi tempat tersebut untuk memanjatkan doa dengan perantara kebudayaan. Selain itu, setiap satu Suro warga menggelar kegiatan khusus.
"Saat satu Suro pasti jamasan pusaka yang memang ada di situ, tapi disimpan oleh juru kuncinya. Selain itu untuk rangkaian saat rasulan juga," ucapnya.
Meski telah didatangi banyak orang, Hanan mengaku belum membuka tempat tersebut sebagai tempat wisata religi.
"Belum kita upayakan sebagai destinasi wisata religi, belum lengkap sarana dan prasarananya," ujarnya.
![]() |
Baca penuturan juru kunci di halaman selanjutnya....
Sementara itu, juru kunci Gedhong Karang Warno (68) menjelaskan, dari cerita nenek moyang tongkat kayu yang dimaksud adalah kayu nagasari. Sedangkan lokasi itu bukanlah petilasan namun tempat selir Brawijaya V Bondhan Surati.
"Dari cerita nenek moyang saya Brawijaya V masuk ke daerah Gedhong Karang dan selirnya Bondhan Surati, tempatnya itu. Bukan petilasan, tapi tempatnya," katanya.
"Yang jelas zaman segitu menancapkan kayu, dan sampai sekarang lokasinya dibuat bangunan. Jadi yang bilang pendahulu seperti itu," lanjut Warno.
Soal banyaknya orang yang berdatangan ke tempat tersebut, Warno membenarkannya. Namun, paling banyak saat satu Suro, menjelang rasulan, dan setelah panen.
"Yang kirim doa banyak di situ, sebelum rasulan Kamis Legi mengirim doa dan setelah panen mengirim doa lagi, itu kepercayaan masyarakat. Jadi sebelum rasulan dan setelah panen," ujarnya.
Oleh sebab itu, setiap hari Jumat Warno selalu membersihkan tempat tersebut. Semua itu, kata juru kunci ke-9 ini semata-mata untuk menjaga tempat agar tetap bersih.
"Setiap Jumat saya bersihkan Gedhong Karang. Setiap Jumat ada belasan orang yang membantu saya bersih-bersih di sana," katanya.