Yayasan Menara Kini Pakai Sebutan Kasunanan Kudus, Ini Penjelasannya

Yayasan Menara Kini Pakai Sebutan Kasunanan Kudus, Ini Penjelasannya

Dian Utoro Aji - detikJateng
Sabtu, 11 Feb 2023 15:22 WIB
Komplek Masjid dan Menara Sunan Kudus, foto diambil Sabtu (4/2/2023).
Komplek Masjid dan Menara Sunan Kudus, foto diambil Sabtu (4/2/2023). (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)
Kudus -

Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus kini menggunakan istilah Kasunanan Kudus. Penyebutan ini mulai digaungkan saat peringatan Ta'sis ke-488 Masjid Al-aqsha dan Menara Kudus.

Hal ini diungkapkan oleh Komite pengarah panitia Ta'sis Masjid dan Menara Kudus, Abdul Jalil, saat kirab punden dan belik di pendapa Kabupaten Kudus, pekan lalu. Menurutnya penyebutan kasunanan memiliki arti berbeda dengan kabupaten. Kasunanan dipimpin oleh seorang sunan, sedangkan kabupaten dipimpin oleh bupati.

"Ini kabupaten kenapa, karena kepalanya bupati, kan Bupati Kudus tempatnya menjadi Kabupaten Kudus, di sana Sunan Kudus tempatnya Kasunanan, mosok Sunan Kudus tempatnya apa, gitu kan logis kan," jelas Jalil ditemui pendapa, Minggu (5/2/2023) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terbaru, saat dimintai konfirmasi, Jalil meminta penyebutan istilah kasunanan jangan disalah pahami. Menurutnya istilah kasunanan bukan pada Masjid dan Menara Kudus, melainkan dimaksud adalah Paguyuban Punden dan Belik.

"Jadi mohon tidak disalah pahami, menggunakan Kasunanan Kudus bukan berarti Menara Kudus Kasunanan bukan itu, yang kami gunakan kasunanan itu adalah punden dan belik, jadi kita itu kan punya paguyuban organisasi untuk menampung wadah silahturahim seluruh pemangku punden dan belik," jelas Jalil dihubungi wartawan, Jumat (10/2).

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan berbicara soal istilah kasunanan digunakan sebelum tahun berdirinya Kabupaten Kudus. Oleh karena itu dia memilih untuk menyebut kasunanan.

"Kita lakukan kajian, punden dan belik sebagai pengikut Sunan Kudus, ketika berbicara Sunan Kudus berarti tahun 1549 Masehi, ketika ngomong 1500 jelas kabupaten yang sekarang ini ada belum ada," jelasnya.

"Kabupaten Kudus modern itu lahir 1812, selama 250 tahun sejak 1550 sampai 1812 termologinya Kudus sebagai apa? Nah karena itu Sunan Kudus itu penyebutnya Kasunanan Kudus," Jalil melanjutkan.

Jalil membantah jika penyebutan kasunanan berarti akan memisahkan diri dari kabupaten. Menurutnya berbicara tentang kebudayaan dakwah tidak lepas dari Sunan Kudus.

"Jejak dakwahnya itu apakah di situ secara ideologi dakwah bukan kekuasaan. Kita ngomong kultur, ideologi kebudayaan dan keagamaan maka kiblatnya adalah Kudus," ungkap Jalil.

Simak penjelasan Dosen Filsafat dan Budaya IAIN Kudus di halaman selanjutnya.

Terpisah Dosen Filsafat dan Budaya IAIN Kudus, Nur Said mengatakan kasunanan yang dimaksud bukan sebagai wilayah sistem pemerintahan. Sebab kata dia belum ada kajian tentang Kasunanan Kudus.

Said mengatakan kasunanan yang dimaksud merupakan pusat dakwah Wali Sanga, yakni Sunan Kudus. "Bicara tentang Kasunanan, setiap titik itu ada wali terutama dikenal wali sanga di situ pasti ada Sunan, tapi kalau disebut dengan Kasunanan bukan berarti suatu bentuk sistem pemerintahan yang kemudian sudah establish," jelas Nur Said kepada detikJateng ditemui di kampusnya.

"Tapi itu menjadi bentuk ekologi, religius budaya sunan, karena pusatnya di Menara," imbuhnya.

Dia mengatakan strategi dakwah Sunan Kudus ada hubungan dengan Kerajaan Demak. Ciri dakwah Sunan Kudus menurutnya menunjukkan Islam yang ramah dan toleran.

"Itu strategi dakwah Wali Sanga, kesinambungan dakwah antara Kesultanan Demak kemudian ke Kudus itu sebuah kesinambungan, itu sebuah proses, jadi setiap kebaikan, Islam santun, Islam ramah, Islam toleran," jelas Said.

"Menurut Wali Sanga kan merupakan bentuk suatu kesinambungan, tapi bicara tentang Kudus ini yang saya temukan tentang Kudus Darussalam," ungkapnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/ams)


Hide Ads