Keluarga Mbah Darman (77) dan Sukimin (47) sudah puluhan tahun tinggal di hutan Desa Ngrawoh, Kecamatan Kradenan, Blora. Mereka tinggal di rumah sederhana tanpa penerangan listrik dan jarak ke permukiman warga sekitar 2 kilometer.
Pantauan detikJateng, akses menuju ke Desa Ngrawoh ini dikelilingi hutan hati yang luas. Jarak tempuh dari Alun-alun Blora hingga ke Desa Ngrawoh sekitar 46 kilometer atau 1,5 jam perjalanan.
Untuk diketahui Desa Ngrawoh, Kecamatan Kradenan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro dan Ngawi, Jawa Timur. Akses Desa Ngrawoh ke Ngawi dan Bojonegoro itu hanya dipisahkan Bengawan Solo.
Akses jalan dari pusat kota ke Desa Ngrawoh cukup baik dan beraspal. Namun, dari permukiman warga Desa Ngrawoh menuju ke kawasan hutan petak 147, RPH Ngrawoh, BKPH Ngrandong, KPH Ngawi, tempat tinggal Mbah Darman terbilang berbatu dan tanah.
Tak ada jalan aspal dari area desa menuju ke hutan tempat keluarga Mbah Darman dan Sukimin tinggal. Kontur tanah mudah becek ketika diguyur hujan membuat pengendara harus berhati-hati saat melintas.
Banyak jalan berlubang dan genangan air di lokasi tersebut. Ketika memasuki area hutan jati itu tampak lahan garapan milik warga desa.
Mayoritas warga menanam jagung di lahan tersebut. Setibanya di rumah Mbah Darman dan Sukimin, rumah keduanya saling berhadapan.
Kedua rumah itu berupa potongan papan kayu yang ditempel seadanya menjadi tembok. Tampak sambungan papan kayu itu tidak rapat dan menyisakan lubang angin.
Kerap ditemui penyangga rumah kayu yang sudah lapuk tergerus rayap. Pintu dan sebagian rumah mereka hanya berbahan kulit kayu jati.
Tak ada akses listrik di hutan tempat mereka tinggal. Kedua keluarga ini pun memanfaatkan lampu sentir atau teplok sebagai penerangan.
Darman tercatat dalam kependudukan lahir di Blora, pada 1945. Begitu juga Wagiyem istrinya, tercatat lahir di Blora pada 1954. Masa kecil Darman tinggal di Desa Gempol, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Kemudian saat bujangan, dia memilih pergi meninggalkan rumah kelahiran untuk tinggal di hutan.
"Sudah ada 22 tahun tinggal di rumah ini. Ya di mbaon (hutan garapan) sini. Sebelumnya pindah-pindah. Sejak kecil, tahun 1965 sudah di hutan," ucap Darman ditemui di rumah beralas tanah itu, Kamis (6/1/2023).
Selengkapnya kisah Mbah Darman 22 tahun tinggal di hutan.
(ams/aku)