Melihat Hutan Ngrawoh Blora Tempat Tinggal Mbah Darman: Sunyi-Tanpa Listrik

Melihat Hutan Ngrawoh Blora Tempat Tinggal Mbah Darman: Sunyi-Tanpa Listrik

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Sabtu, 07 Jan 2023 15:08 WIB
Kisah 2 keluarga hidup tanpa listrik di Hutan Blora, Kamis (6/1/2023).
Kisah 2 keluarga hidup tanpa listrik di Hutan Blora, Kamis (6/1/2023). Tampak ladang jagung di tengah hutan jati Perhutani (Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng)
Blora -

Keluarga Mbah Darman (77) dan Sukimin (47) sudah puluhan tahun tinggal di hutan Desa Ngrawoh, Kecamatan Kradenan, Blora. Mereka tinggal di rumah sederhana tanpa penerangan listrik dan jarak ke permukiman warga sekitar 2 kilometer.

Pantauan detikJateng, akses menuju ke Desa Ngrawoh ini dikelilingi hutan hati yang luas. Jarak tempuh dari Alun-alun Blora hingga ke Desa Ngrawoh sekitar 46 kilometer atau 1,5 jam perjalanan.

Untuk diketahui Desa Ngrawoh, Kecamatan Kradenan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro dan Ngawi, Jawa Timur. Akses Desa Ngrawoh ke Ngawi dan Bojonegoro itu hanya dipisahkan Bengawan Solo.

Akses jalan dari pusat kota ke Desa Ngrawoh cukup baik dan beraspal. Namun, dari permukiman warga Desa Ngrawoh menuju ke kawasan hutan petak 147, RPH Ngrawoh, BKPH Ngrandong, KPH Ngawi, tempat tinggal Mbah Darman terbilang berbatu dan tanah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mbah Darman (77) dan keluarga puluhan tahun tinggal di hutan Desa Ngrawoh, Blora. Foto diambil Jumat  (6/1/2023).Mbah Darman (77) dan keluarga puluhan tahun tinggal di hutan Desa Ngrawoh, Blora. Foto diambil Jumat (6/1/2023). Keluarga ini mengandalkan teplok sebagai penerangan di malam hari (Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng)


Tak ada jalan aspal dari area desa menuju ke hutan tempat keluarga Mbah Darman dan Sukimin tinggal. Kontur tanah mudah becek ketika diguyur hujan membuat pengendara harus berhati-hati saat melintas.

Banyak jalan berlubang dan genangan air di lokasi tersebut. Ketika memasuki area hutan jati itu tampak lahan garapan milik warga desa.

ADVERTISEMENT

Mayoritas warga menanam jagung di lahan tersebut. Setibanya di rumah Mbah Darman dan Sukimin, rumah keduanya saling berhadapan.

Kedua rumah itu berupa potongan papan kayu yang ditempel seadanya menjadi tembok. Tampak sambungan papan kayu itu tidak rapat dan menyisakan lubang angin.

Kerap ditemui penyangga rumah kayu yang sudah lapuk tergerus rayap. Pintu dan sebagian rumah mereka hanya berbahan kulit kayu jati.

Tak ada akses listrik di hutan tempat mereka tinggal. Kedua keluarga ini pun memanfaatkan lampu sentir atau teplok sebagai penerangan.

Darman tercatat dalam kependudukan lahir di Blora, pada 1945. Begitu juga Wagiyem istrinya, tercatat lahir di Blora pada 1954. Masa kecil Darman tinggal di Desa Gempol, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Kemudian saat bujangan, dia memilih pergi meninggalkan rumah kelahiran untuk tinggal di hutan.

"Sudah ada 22 tahun tinggal di rumah ini. Ya di mbaon (hutan garapan) sini. Sebelumnya pindah-pindah. Sejak kecil, tahun 1965 sudah di hutan," ucap Darman ditemui di rumah beralas tanah itu, Kamis (6/1/2023).

Selengkapnya kisah Mbah Darman 22 tahun tinggal di hutan.

detikJateng disambut hangat olehnya, dengan suguhan kopi dan ramahnya penghuni. Darman yang terbiasa sehari-hari dengan telanjang dada. Ia penyandang disabilitas, berjalan dengan bantuan tongkat karena memiliki riwayat sakit di bagian kaki kanan.

Darman dan Wagiyem memiliki dua anak, Wasis dan Wardi yang keduanya sudah menikah. Kedua anaknya ini sempat tinggal seatam dengan Darman di hutan, namun kini keduanya tinggal bersama istri mereka di permukiman di luar hutan tempat tinggal Darman.

Sehari-hari Darman berladang jagung dan membuat arang untuk dijual seharga Rp 25 ribu per karaugn. Dia memilih tinggal jauh dari tetangga karena tidak memiliki lahan untuk tinggal.

"Mau gimana lagi, di dusun tidak punya tempat. Tiyang sepuh banget sugihe (ungkapan satire yang menerangkan orang tuanya sangat miskin). Malam kadang dingin kadang gerah. Nyamuknya banyak, saya pakai bediang (asap dari pembakaran jerami untuk mengusir nyamuk)," terang pria renta berambut putih ini.

Kisah 2 keluarga hidup tanpa listrik di Hutan Blora, Kamis (6/1/2023).Kisah 2 keluarga hidup tanpa listrik di Hutan Blora, Kamis (6/1/2023). Sukimin dan keluarganya menjadi tetangga Mbah Darman. Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng

Pihak Pemerintah Desa Ngrawoh saat ini tengah menyiapkan relokasi untuk Darman dan Sukimin tinggal di kampung. Oleh karena tidak memungkinkan membangun di tanah desa, pihaknya bakal membuatkan rumah di atas tanah Perhutani.

"Langkah Pemdes beberapa kali kita coba komunikasi dengan dua anggota keluarga itu, kita usahakan turun. Beberapa kali tidak mau, baru bulan-bulan kemarin beliau terbuka, mau diajak turun ke kampung," terang Kades Ngrawoh Purwondo kepada detikJateng, saat ditemui Jumat (6/1).

"Kami usulkan dari anggaran RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) daerah dan provinsi. Apabila tidak terealisasi, kami siapkan di perubahan Dana Desa," sambung Purwondo.

Halaman 2 dari 2
(ams/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads