Warga di lereng Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati, Jawa Tengah menggelar upacara rakyat dalam memperingati Kemerdekaan Indonesia yang ke-77. Upacara dilakukan secara unik dan dilakukan di atas perbukitan Kendeng.
Pantauan detikJateng di lokasi upacara bertajuk "Merdikane Petani Kanggo Negeri" dimulai pukul 09.00 WIB, Rabu (17/8). Upacara rakyat itu digelar di atas Bukit Ngalang-alangan Kendeng.
Para peserta pun harus naik bukit sejauh 500 meter untuk sampai di lokasi. Di bukit terliha ada bentangan bendera merah putih sepanjang 50 meter. Sementara upacara rakyat digelar di bukit Ngalang-alangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta upacara datang dari Blora, Rembang, Grobogan dan Pati. Mereka tampak mengenakan pakaian khas Jawa dan tidak sedikit mengenakan caping.
Uniknya pelaksanaan upacara mengenakan bahasa Jawa. Upacara rakyat diiringi musik seorang emak-emak yang memukuli lesung. Rangkaian upacara rakyat tidak jauh berbeda dari umumnya. Mulai ada masing-masing barisan terdiri dari petani, buruh, pedagang, hingga generasi penerus.
![]() |
Bendera merah putih dibawa oleh para remaja dan ibu-ibu mengenakan pakaian khas Jawa. Sambil menembang Jawa, bendera dibawa untuk dikibarkan. Bendera merah putih dikibarkan dengan cara pria memanjat tiang yang dari bambu.
Selepas bendera dipasang, lalu para peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selaku inspektur upacara Ketua Jaringan masyarakat peduli pegunungan kendeng (JMPPK) Gunretno. Para peserta pun secara khidamat mengikuti upacara rakyat di Lereng Kendeng tersebut.
Selepas upacara para peserta berkumpul di bawah tiang bendera merah putih untuk melaksanakan brokohan. Peserta lalu makan bersama.
"Terkait dengan upacara rakyat ya ala rakyat, bahasa sederhana, baris-baris semampunya," kata Gunretno kepada wartawan ditemui di lokasi, Rabu (17/8/2022).
Gunretno mengatakan upacara memperingati Kemerdekaan tersebut bukan hanya seremoni saja. Melainkan menjadi perilaku yang dilakukan sehari-hari untuk tetap menjaga lingkungan.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
"Dulur-dulur merasa masih kemerdekaan itu tetap dijaga dan bisa merdeka 100 persen. Tapi jangan disalah pahami, ini bagian dari dulur-dulur mengisi kemerdekaan, mungkin di saat mengkritis masyarakat Indonesia yang tidak mementingkan ingat sejarah para pahlawan yang sudah gugur membela bangsa ini. Sedulur-dulur Kendeng meneruskan perjuangan para pahlawan yang gugur membela bangsa," imbuh dia.
Dia mengatakan pada upacara itu ada sosok Pewayangan Punakawan. Di antaranya ada sosok Semar. Kata dia Semar merupakan sosok yang mengemong raja. Oleh karena ketika raja lupa akan diingatkan.
"Ya punakawan ini apalagi kayak Semar sebagai dayang, yang momong raja di Jawa. Mestinya ketika raja lupa yang momong mengingatkan, dengan jangan dipandang sebelah mata, Semar itu sebelah mata tapi kecil besar bukan persolan berdirinya, tapi konsisten perilaku yang berpihak pada orang kecil, kepada ibu bumi itu terbukti," terang dia.
Gunretno menambahkan berpesan kepada pemerintah untuk tidak memandang sebelah mata warga di Lereng Kendeng. Warga pun siap diajak berpikir bersama untuk memajukan Indonesia.
"Pesan khusus semua pihak dalam khusus pelayan pemerintah selama ini terkadang dipandang miring, dulur-dulur siap diajak rembukan untuk menata bangsa ini biar keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia ini," pungkas dia.
Simak Video "Siswa SMA di Pati Rancang Detektor Microsleep"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)