9 Fakta di Balik Tanah dan Air yang Dibawa Ganjar ke IKN

Round-Up

9 Fakta di Balik Tanah dan Air yang Dibawa Ganjar ke IKN

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 15 Mar 2022 06:23 WIB
Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah Ganjar pranowo. Foto: Pemprov Jateng
Solo -

Presiden Joko Widodo mengundang gubernur dari seluruh Indonesia ke lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Para gubernur diminta membawa air dan tanah dari daerah mereka untuk disatukan dalam Kendi Nusantara.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun turut membawa tanah dari 'puser bumi'. Namun, Ganjar merahasiakan lokasi di mana dia mengambil tanah dan air tersebut. Usut punya usut, berikut 9 fakta di balik tanah dan air yang dibawa Ganjar ke lokasi IKN.

1. Dari Gunung Puser Bumi
Ganjar menerangkan air dan tanah itu diambil dari sejumlah gunung yang diyakini menjadi puser bumi atau pusatnya dunia. Tapi dia tidak menyebut daerah tempat dia mengambil air dan tanah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jawa Tengah itu ada beberapa lokasi yang dikenal sebagai puser bumi. Jadi pusatnya bumi itu ada di Jawa Tengah, lokasi yang jadi pusat kebudayaan, ada peninggalan leluhur dan lainnya. Ya orang tua kan lebih paham, makanya kemudian tanah dan air dari lokasi itulah yang saya bawa," kata Ganjar menjawab wartawan, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (13/3/2022).

Gunung TidarGunung Tidar Foto: Humas Pemkot Magelang

2. Simbolik dan Filosofis

ADVERTISEMENT

Ditanya soal ada anggapan klenik karena tanah dan air tersebut, Ganjar menjawab santai. Menurutnya hal ini bagian dari kebudayaan,

"Intinya ada dua hal, pertama secara simbolik, ini tanah air. Ada tanah dan air. Saya yakin betul karena Pak Jokowi banyak filosofi, maka ia meminta berkumpulah seluruh gubernur membawa tanah air. Ada persatuan, ada kontribusi secara visual," kata Ganjar.

"Di Jepang juga sama, mau buat bendungan, buat gedung itu ada ritual dan upacaranya. Jadi nggak usah mikir soal apakah ini klenik atau tidak, ini soal kultural dalam bingkai persatuan," ujar Ganjar.

3. Tanah dari Magelang

Menurut Kabag Humas dan Protokol Provinsi Jateng Agung Kristianto, Puser Bumi yang disebut Ganjar berada di Kabupaten Karanganyar dan Kota Magelang.

"Air dari Sendang Bancolono Tawangmangu, tanah dari Gunung Tidar," kata Agung Kristianto kepada wartawan lewat keterangannya, Senin (14/3/2022).

Pemprov Jawa Tengah juga memberikan penjelasan soal Gunung Tidar. Disebutkan, di puncak Gunung Tidar terdapat 'paku' berisi Rajah Kalacakra ditancapkan dan dipercaya menjaga keseimbangan. Kekeramatan Gunung Tidar juga dipengaruhi keberadaan makam seorang waliyullah Syech Subakir dan tombaknya.

Gerbang Gunung TidarGerbang Gunung Tidar Foto: Eko Susanto/detikJateng

4. Air dari Karanganyar

Pemprov Jawa Tengah juga memberikan penjelasan soal Sendang Bancolono di Tawangmangu. Sendang Bancolono merupakan tempat keramat yang diyakini sudah ada sejak abad 11 Masehi.

Lokasinya ada di ketinggian 1.300 mdpl di lereng Gunung Lawu. Terdapat dua sumber mata air yang disakralkan, yakni Sendang Lanang (lelaki) dan Sendang Wedok (perempuan).

Dalam keterangannya, Pemprov Jateng menyebutkan sebagian besar raja-raja di Tanah Jawa diyakini memanfaatkan air di sendang itu untuk bersuci sebelum ritual atau melakukan kegiatan sakral kerajaan.

Selain itu disebutkan ada sebuah riwayat yang menceritakan raja terakhir Majapahit memilih menenangkan diri di pertapaan Bancolono. Konon Presiden kedua RI sampai Presiden keenam RI memilih pertapaan Bancolono untuk laku spiritual.

5. Tentang Gunung Tidar

Gunung Tidar persis di tengah Pulau Jawa sehingga disebut sebagai pakunya tanah Jawa. Dari situ pula disebut sebagai asal muasal tokoh Semar.

Di Gunung Tidar terdapat makam penyebar Islam sebelum generasi Walisanga. Di bagian atas gunungnya terdapat petilasan Syekh Subakir, Kyai Sepanjang. Ada juga makam Eyang Ismoyo Jati (perwujudan Semar). Di sana juga terdapat Tugu Sa.

"(Tugu Sa) Tugu yang menganalogikan ada tiga huruf tulisan Jawa, yang mengatakan sapa salah seleh (siapa yang salah akan menemui kekalahan). Jadi ketika orang punya hajat pasti sampai ke atas karena mereka tahu Gunung Tidar atau pakune tanah Jawa itu kan penggalan dari kata 'mukti lan kadadar'," kata Kepala UPT Kebun Raya Gunung Tidar, Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang, Yhan Noercahyo Wibowo, Senin (14/3/2022).

ikn nusantaraikn nusantara Foto: Dok. Pemprov Jatim

6. Legenda dan Mitologi

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Sugeng Priyadi mengatakan, ada berbagai macam versi tentang Gunung Tidar.

"Pakunya Tanah Jawa bukan sejarah, itu sebuah legenda. Ada istilah, jadi termasuk tentang Ismoyo, Semar. Kita tahu pewayangan itu dari India, tokoh Semar sebenarnya nggak ada di dalam Mahabharata dan sebagainya. Itu muncul ketika pewayangan sudah masuk di nusantara khususnya di Tanah Jawa," ujarnya.

Menurut sejarawan Magelang, Novo Indarto, menyebut istilah paku Tanah Jawa bermula dari Babad Tanah Jawa. "Itu (penyebutan paku Tanah Jawa) dimulai dari Babad Tanah Jawa," kata Novo kepada detikJateng, Senin (14/3).

Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Magelang Sus Anggoro.menambahkan, penyebutan Gunung Tidar disebut sebagai paku Tanah Jawa itu merupakan mitologi.

"Mitologinya kalau paku itu dicabut maka Indonesia atau nusantara akan tenggelam. Itu kanggugon tuhon, menurut saya. Artinya mitologi sudah tersebar dimana-mana dan diyakini. Nah barangkali itu kaitannya dengan geografis," ujar Sus Anggoro.

7. Petilasan Syekh Subakir

Mengenai petilasan Syekh Subakir disebutkan bahwa itu merupakan penyebutan orang Jawa terhadap tokoh ulama dari Persia Maulana Muhammad al-Baqir yang melakukan dakwah Islam di Jawa. Dia ke Gunung Tidar untuk menemui para pemimpin makhluk halus di puser bumi tanah Jawa untuk melakukan percakapan batin.

Karena itulah, menurut Sus Anggoro, yang berada di Gunung Tidar tersebut merupakan maqom (petilasan) bukan makam. "Gunung Tidar itu bukan hanya milik Islam karena Syekh Subakir di situ bukan makam. Syekh Subakir kundur (pulang) ke Turki makamnya di sana," pungkasnya.

Pundhen Bancolono di Tawangmangu, KaranganyarPundhen Bancolono di Tawangmangu, Karanganyar Foto: Ari Purnomo/detikJateng

8. Sendang Bancolono di Magetan

Ternyata sendang atau sumur kuno Bancolono berada di Magetan, Jawa Timur, bukan Jawa Tengah. Sendang legendaris di lereng Gunung Lawu itu berada di bawah jembatan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di bawah jembatan itu mengalir sungai kecil pembatas dua provinsi. Timur sungai masuk Magetan, sedangkan barat sungai masuk Karanganyar. Terdapat dua sendang berada di timur sungai.

Pertama masuk, pengunjung akan melihat sendhang putri. Kemudian sendhang lanang dan selanjutnya Pundhen Eyang Raden Bancolono di barat sungai. Satu sendang berupa mata air berbentuk pancuran. Sendhang lainnya berbentuk bak berdiameter satu meter, berkedalaman 70-80 centimeter.

"Dua sendang itu masuknya Jatim, kalau Pundhen Eyang Bancalono masuknya Tawangmangu, Karanganyar. Itu terpisah sungai," kata penjaga Sendang Bancolono Best Hariyanto, saat ditemui detikJateng di lokasi, Senin (14/3/2022).

9. Sendang Ditemukan Tahun 1800

Menurut Best, sendang itu ditemukan warga sekitar tahun 1800. "Namanya pundhen, merupakan cikal bakal bagi orang yang mempercayai tempat ini," ujar dia. Zaman dulu, Best bercerita, kawasan Sendang Bancolono berupa gua-gua. "Dulu di Cemoro Sewu (Jatim) belum ada air, ambil dari sini," tuturnya.

Ada kepercayaan warga mengenai khasiat air sendang itu, yakni bisa menghilangkan kesialan seseorang. "Sendhang lanang dipercaya bisa melunturkan santet, susuk. Sedangkan sendhang putri dianggap bisa melancarkan keinginan, membuang sial, menghilangkan penyakit," papar Best.




(dil/dil)


Hide Ads