Ganjar Datang ke IKN, Bawa Tanah dan Air dari Puser Bumi

Ganjar Datang ke IKN, Bawa Tanah dan Air dari Puser Bumi

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Minggu, 13 Mar 2022 22:00 WIB
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kaltim, Minggu (13/3/2022).
Foto: Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kaltim. (Foto: screenshot akun Instagram Pemprov Kaltim)
Semarang -

Gubernur dari seluruh Indonesia diundang Presiden Joko Widodo ke lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, termasuk Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Ganjar membawa tanah dari 'puser bumi' ke Kalimantan.

Hal itu dilakukan sejalan dengan permintaan Jokowi agar para gubernur membawa air dan tanah dari daerah masing-masing. Air dan tanah itu kemudian disatukan dalam Kendi Nusantara.

"Air dan tanah yang diminta presiden sudah saya bawa. Dari mana air dan tanah itu saya ambil, ya rahasia," kata Ganjar menjawab wartawan, seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganjar menerangkan air dan tanah itu diambil dari sejumlah gunung yang diyakini menjadi puser bumi atau pusatnya dunia. Tapi dia tidak menyebut daerah tempat dia mengambil air dan tanah tersebut.

"Jawa Tengah itu ada beberapa lokasi yang dikenal sebagai puser bumi. Jadi pusatnya bumi itu ada di Jawa Tengah, lokasi yang jadi pusat kebudayaan, ada peninggalan leluhur dan lainnya. Ya orang tua kan lebih paham, makanya kemudian tanah dan air dari lokasi itulah yang saya bawa," ujar Ganjar.

ADVERTISEMENT

"Intinya ada dua hal, pertama secara simbolik, ini tanah air. Ada tanah dan air. Saya yakin betul karena Pak Jokowi banyak filosofi, maka ia meminta berkumpullah seluruh gubernur membawa tanah air. Ada persatuan, ada kontribusi secara visual," imbuhnya.

Ditanya soal ada anggapan klenik di balik dibawanya tanah dan air tersebut, Ganjar menjawab santai. Menurutnya hal ini bagian dari kultur atau kebudayaan, bahkan di negara maju seperti Jepang, tetap ada ritual atau upacara, karena itu budaya.

"Kalau orang Jawa mau buat rumah, di atasnya ada pisang, beras, bendera merah putih. Itu tradisi. Di Jepang juga sama, mau buat bendungan, buat gedung itu ada ritual dan upacaranya. Jadi nggak usah mikir soal apakah ini klenik atau tidak, ini soal kultural dalam bingkai persatuan," pungkasnya.




(alg/ams)


Hide Ads