Keramik di lantai selasar kompleks taman lampion Kota Klaten rusak parah. Kerusakan cukup mengganggu kenyamanan pengunjung di lokasi.
"Ya mengganggu karena jadi tidak nyaman. Dulu saya pernah ke sini masih bagus, ini kok sudah rusak," ungkap Pri Raharja (48) warga Kemalang kepada detikJateng di lokasi, Senin (7/3/2022).
Pri menyebut selaku masyarakat dia berharap kerusakan itu segera diperbaiki. Sebab taman itu adalah kebanggaan warga Klaten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kita berharap segera diperbaiki sebab taman itu salah satu fasilitas umum dan kebanggaan. Permasalahan masyarakat kan semakin banyak, kita butuh hiburan," ujarnya.
Menurutnya, keramik yang rusak ada beberapa titik di jalan bagian tengah. Arahnya dari utara dan lubang cukup dalam.
"Yang rusak sebenarnya baru di jalan tengah. Mungkin bukan karena keramiknya tapi akar pohon peneduh yang bertambah besar mengangkat keramiknya," lanjut Pri.
detikJateng mencoba mengecek lokasi taman lampion yang dibangun tahun 2015 itu dan menemukan setidaknya ada lima titik keramik rusak. Kerusakan di selasar bagian tengah dari pintu masuk utara.
Keramik yang sudah hilang menyebabkan dasar tanah terlihat. Sebagian mendongak sehingga berbahaya bagi pengguna jalan, terlebih ada kursi-kursi taman di sekitar.
![]() |
Salah satu warga Klaten utara, Iwan (45), mengatakan kerusakan keramik itu sudah beberapa tahun terakhir.
"Ya cukup mengganggu sebab itu jalan masuk dari utara. Mestinya bisa buat nongkrong tapi karena keramiknya rusak jadi tidak duduk di kursinya," ungkap Iwan.
Iwan menyebut taman itu ramai saat sore dan hari libur, terutama anak-anak kecil yang bermain.
"Taman itu ramai pengunjung dari berbagai daerah karena gratis. Terutama anak-anak kecil karena banyak arena mainan," imbuhnya.
Terpisah, Kabid Pengendalian Dampak dan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemkab Klaten, Dwi Maryono, menjelaskan kerusakan taman lampion itu sudah dicek. Tapi tidak mungkin direhab tahun ini.
"Sudah ada pengecekan. Untuk anggaran murni tidak cukup, bisanya dianggarkan di perubahan APBD 2022," jelas Dwi saat dihubungi detikJateng.
(rih/mbr)