Lelaki itu adalah Abdullah, warga keturunan Arab yang tinggal di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Memasuki bulan Ramadan, pria berusia 67 tahun itu memiliki kesibukan membuat makanan untuk berbuka puasa, yaitu bubur Harisah.
Setiap hari Abdullah membuat bubur khas Arab itu untuk dibagikan kepada jamaah masjid maupun masyarakat sekitar secara cuma-cuma alias gratis.
Abdullah tidak sendiri. Dalam membuat bubur beraroma rempah itu, ia dibantu oleh dua orang saudara perempuannya, yaitu Aisyah dan Fatimah. Mereka nampak kompak saat menyiapkan makanan untuk masyarakat yang menjalankan ibadah puasa.
Bagi Abdullah, membuat bubur Harisah untuk dibagikan secara gratis ini sudah menjadi tradisi dari keluarganya. Bahkan, kegiatan itu sudah berlangsung secara turun temurun. Abdullah sendiri merupakan generasi ketiga dalam menjalankan tradisi tersebut.
Sosok pertama yang mengawali tradisi membagikan bubur Harisah kepada masyarakat ini adalah kakek dari Abdullah, yaitu Syech Mohammad Islam Bayasut pada tahun 1924.
"Membagikan bubur Harisah ini sudah berlangsung sejak tahun 1924 dari kakek saya. Tradisi ini sudah berjalan secara turun temurun. Saya sendiri generasi ketiga," kata Abdullah saat berbincang dengan detikJabar, baru-baru ini.
Hingga kini, tradisi membuat bubur Harisah masih diteruskan oleh cucu dari Syech Mohammad Islam Bayasut, yaitu Abdullah. Pembuatan bubur Harisah ini akan dilakukan setiap hari selama bulan Ramadan.
Abdullah membuat bubur Harisah di sebuah rumah milik keluarganya. Bangunan rumah yang masih menampilkan gaya arsitektur kuno itu berada di jalan Pekarungan, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Tepat di depan rumah itu, terdapat sebuah tempat ibadah, yaitu Masjid Asy-syafi'i Bayasut.
Proses pembuatan bubur Harisah ini dilakukan oleh Abdullah sejak pukul 13.00 WIB. Setelah proses pembuatannya selesai, Abdullah bersama dua saudara perempuannya kemudian mengemas bubur Harisah itu ke tempat khusus yang sudah disediakan.
Selepas waktu Ashar atau menjelang Maghrib, bubur Harisah pun siap untuk dibagikan kepada jamaah masjid maupun ke masyarakat sekitar.
Aroma rempah khas timur tengah sangat tercium kuat dari bubur tersebut. Dilihat dari tampilannya, bubur Harisah yang dibuat oleh Abdullah ini memiliki warna kecoklatan. Warna ini berasal dari bumbu rempah yang dicampurkan pada saat proses pembuatan bubur.
"Bubur Harisah ini terbuat dari beras, daging kambing dan bumbu-bumbu khas Arab. Yang jadi ciri khas dari bubur Harisah ini adalah bumbu-bumbunya," kata Abdullah.
Hingga saat ini, bubur Harisah buatan keluarga Abdullah yang hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadan itu masih selalu dinantikan oleh masyarakat. Khususnya mereka yang tinggal di sekitar kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Menjelang waktu berbuka puasa, masyarakat yang rindu akan kenikmatan bubur Harisah pun mulai berdatangan ke kediaman keluarga Abdullah. Mereka rela mengantri demi bisa mendapatkan bubur yang dibuat dengan campuran daging kambing itu.
Salah satu warga yang terlihat mengantri demi mendapatkan bubur Harisah ini adalah Ali. Ia merupakan warga Kelurahan Panjunan. Menurut pria berusia 52 itu, bubur Harisah buatan keluarga Abdullah merupakan makanan yang jarang bisa ditemui di Kota Cirebon.
"Saat bulan Ramadan saya selalu rindu sama bubur ini. Dan saya rela antre untuk mendapatkan bubur ini. Karena bubur ini memiliki citarasanya tersendiri yang dibuat dengan bumbu rempah-rempah khas Arab," kata dia. (mso/mso)