Siang itu, suasana di Plaza Panjunan tampak sepi, hanya ada beberapa pegawai yang sedang sibuk membereskan aksesoris di ruko yang masih buka. Di depan plaza, tampak seorang pria paruh baya, bernama Tarli yang berasal dari Kapetakan, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.
Meskipun jarak rumah pria berusia 55 tahun itu dengan Plaza Panjunan cukup jauh, yakni mencapai 16 kilometer, tapi hampir setiap hari, Tarli selalu datang ke plaza untuk bekerja sebagai penarik becak. Sambil duduk di jok becaknya, Tarli bercerita, bahwa ia sudah puluhan tahun menjadi tukang becak di Plaza Panjunan.
"Saya dari Kapetakan, alhamdulillah setiap hari berangkat naik becak. Jadi tukang becak sudah lama, ada 30 tahunan mah, pas masih usia remaja umur 17 tahun sudah jadi tukang becak," tutur Tarli, Senin (21/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tarli memaparkan, sebelum menjadi sepi dan terbengkalai seperti sekarang. Dulu, Plaza Panjunan merupakan tempat yang ramai, di sana ada banyak pedagang kuliner dan arena hiburan seperti biliar, video game, karaoke hingga cafe. Kala itu, ramainya Plaza Panjunan membawa berkah tersendiri bagi Tarli, karena di masa-masa itulah, Tarli mendapatkan penghasilan yang lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Bisa Bangun Rumah
Saking banyaknya, Tarli sendiri tidak menghitung berapa penumpang yang ia tarik dalam sehari. Tapi, Tarli memperkirakan, dalam sehari, ia selalu mendapatkan uang sampai Rp 100.000, sebuah nominal uang yang cukup besar di tahun 1990-an. Bahkan dari hasil menarik becak, Tarli bisa menabung dan membangun rumahnya sendiri.
"Paling ramainya itu tahun 1989 - 1995 , banyak pedagang di sini, dari mulai bakso, mi ayam, biliar dan area permainan, sehari bisa dapat uang sampai Rp 100.000, tapi hitungannya besar, soalnya sekali narik bayarnya cuman Rp 3.000, saat itu saya alhamdulillah bisa buat rumah mah," tutur Tarli.
![]() |
Namun itu dulu, semenjak Plaza Panjunan sepi, penghasilan Tarli menurun drastis, bahkan tak jarang, dalam sehari Tarli tidak mendapatkan orderan becak sama sekali. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Tarli dibantu oleh kedua anaknya yang sudah bekerja.
"Mulai sepinya di tahun 2001, sampai sekarang, hari ini saja, dari tadi pagi mangkal sampai sore, baru narik 1 orang, kadang malah sehari nggak dapat sama sekali," tutur Tarli.
Setidaknya, lanjut Tarli, ketika masih ramai ada puluhan tukang becak di Plaza Panjunan, namun, semenjak Plaza Panjunan sepi, hanya tersisa 2 orang tukang becak yang masih bertahan. "Dulu ada banyak tukang becak sampai 20 tukang becak di sini, tapi sekarang semenjak sepi cuman sisa 2 yang masih narik," tutur Tarli.
Meski pendapatan tidak menentu, tapi Tarli masih akan tetap bertahan untuk menarik becak di Plaza Panjunan. Menurutnya, jika pun ia pindah pangkalan ke tempat yang lebih ramai, belum tentu juga hasil yang didapatkan banyak. Tarli hanya berharap, semoga Plaza Panjunan dapat kembali ramai seperti dulu kala.
"Nggak ada niatan pindah ke pasar lain, soalnya sudah dari dulu di sini, kalau pindah juga belum tentu banyak yang naik, biasanya tiap tukang becak sudah punya langganan masing-masing, jadi tetap di sini saja. Semoga saja di sini bisa ramai lagi kayak dulu," pungkas Tarli.
(yum/yum)