Kenangan Roaynah Saat Jadi Juragan Becak di Cirebon

Kenangan Roaynah Saat Jadi Juragan Becak di Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 01 Des 2024 15:30 WIB
Juragan Becak di Cirebon.
Juragan Becak di Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Di salah satu sudut gang Jalan Raya Gunung Jati yang menghubungkan Cirebon dan Indramayu, terdapat sebuah pangkalan becak yang letaknya tepat di dekat Sungai Tangkil. Berbeda dengan pangkalan pada umumnya, pangkalan becak tersebut tampak tidak terawat.

Terlihat beberapa becak dengan kondisi besi yang berkarat, ban yang bocor, jok becak yang robek, serta warna becak yang memudar dan berdebu. Becak-becak rusak itu sengaja dibiarkan dalam waktu yang cukup lama.

Tepat di salah satu becak yang kempes, terlihat seorang wanita berusia 59 tahun. Wanita tersebut merupakan pemilik dari becak-becak yang terbengkalai tadi. Namanya Roaynah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan berkerudung hitam itu mengaku sengaja menelantarkan becak di pangakalan hingga rusak. "Karena biaya buat memperbaiki becak itu lebih mahal, onderdilnya mahal. Apalagi sekarang becak sudah nggak diminati, jadi buat apa diberesin juga,"tutur Roaynah, belum lama ini.

Roaynah dahulu memang berprofesi sebagai juragan becak. Penarik becak menyewa kepada Roaynah. Pelanggan Roaynah mayoritas berasal dari Klayan dan Gunung Jati. Dua wilayah ini menjadi sentra becak di Cirebon.

ADVERTISEMENT

Roaynah mengatakan Klayan tak hanya basis bagi penarik becak, tetapi wilayah yang berada di perbatasan antara Kota dan Kabupaten Cirebon juga menjadi ladang bagi produsen becak. Kebanyakan becak-becak yang Roaynah miliki hasil produksi dari daerah Klayan.

"Dulu mah enak, sekitar tahun 1992 sampai tahun 1997 itu paling ramai yang nyewa becak, di sana hampir semua orang jadi tukang becak. Sistemnya orangnya nyewa becak ke kita, untuk dia tarik cari penumpang. Becak-becaknya dapat beli di sana juga, " tutur Roaynah.

Roaynah mengatakan saat itu ia sendiri memiliki sekitar 30 becak yang disewakan. Jika banyak yang mau menyewa becaknya, Roaynah akan membaginya dalam dua bagian, yakni bagian pertama siang hari dan bagian kedua, malam hari. Untuk satu hari menyewa, Roaynah mematok harga sekitar Rp 1.500 untuk di siang hari, dan Rp 2.000 untuk di malam hari. Menurut Roaynah, nominal harga segitu, merupakan nominal harga yang sangat besar pada masa itu. Dalam sehari, Roaynah bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 30.000.

"Kalau malam soalnya lebih banyak yang menyewa. Sekarang mah, kalau mau nyewa naik sekitar Rp 5.000," tutur Roaynah.

Namun, itu dahulu, dari 35 becak yang Roaynah miliki, sekarang tersisa 10 becak, dengan rincian 5 becak rusak dan terbengkalai, serta 5 becak lainnya masih dalam kondisi bisa digunakan.

"Sekarang tersisa paling 5 yang bener, sisanya, 5 becak lagi rusak. Untuk becak-becak yang lain sudah dijual, karena sepi. Misal dibenerin, nggak menutup modalnya," Tutur Roaynah.

Roaynah memperkirakan, ada banyak faktor yang menyebabkan becak menjadi kurang diminati sekarang. Pertama, banyaknya ojek online, kedua adanya sistemnya kredit kendaraan yang menyebabkan orang lebih mudah untuk membeli motor atau mobil.

"Banyak ojek online jadi sepi, orang yang buka usaha seperti ini juga pada mengeluh, aslinya yang buka usaha juragan becak seperti banyak, cuma karena sepi, jadi tinggal sedikit, " tutur Roaynah.

Melihat fenomena tersebut, Roaynah sendiri tidak tahu harus melakukan apa, di usianya yang sudah senja, ia hanya bisa pasrah sambil tetap menyewakan kelima becaknya yang masih tersisa. "Sudah tua jadi ya sudah saja, mau usaha apalagi, anak-anaknya juga sudah pada besar, "pungkas Roaynah.

(sud/sud)


Hide Ads