Cirebon memiliki banyak sekali peninggalan bangunan cagar budaya yang menjadi jejak sejarah dari masa lampau. Salah satunya tiang telepon peninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh di sejumlah titik di Cirebon.
Tiang setinggi kurang lebih empat meter ini berbahan dasar besi. Memang masih berdiri kokoh, namun secara fungsi sudah tak digunakan lagi. Tiang ini hanya menyisakan sejarah dan nostalgia.
Pegiat Budaya Cirebon, Raden Chaidir Susilaningrat menceritakan tiang telepon itu berdiri sekitar tahun 1900-an. Tiang tersebut digunakan sebagai penghubung kabel untuk alat komunikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulunya memang digunakan sebagai tiang buat kabel telepon engkol. Karena dulu cuma telepon otomatis sebagai alat komunikasi di zaman kolonial Belanda," terangnya kepada detikJabar, Selasa (27/2/2024).
Ia juga memastikan bahan dasar besi yang mendominasi menjadi bukti jika tiang tersebut dibangun era kolonial Belanda. "Itu kan ciri khas banget dari konstruksinya kalau itu menandakan peninggalan Belanda," bebernya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, keberadaan tiang telepon tersebut menjadi semacam 'land mark' bagi kota-kota bekas jajahan kolonial terutama yang berada di pulau Jawa. "Tiang telepon ini bisa dianggap sebagai 'land mark' di kota-kota atau wilayah bekas jajahan Belanda," tegasnya.
Pada zaman Belanda telepon engkol menjadi alat komunikasi yang diandalkan. Sehingga keberadaan tiang telepon menjadi sangat penting sebagai penghubung kabel dari alat komunikasi tersebut.
"Kalau melihat dari sejarahnya kan dulu telepon 'engkol' menjadi alat komunikasi yang diandalkan, jadi keberadaan tihan telepon itu sangat penting," ucapnya.
Dari pengalaman pribadinya, diperkirakan sekitar tahun 1970-an seiring dengan dimulainya penggunaan telepon otomatis dan jaringan telepon yang terus diperluas. Tiang tersebut tidak digunakan lagi dan diganti dengan yang ada sampai saat ini.
"Dari pengalaman dan fakta yang saya tahu, kalau tiang telepon itu udah tidak difungsikan lagi pada tahun 1970-an," ungkapnya.
Secara perkembangan dunia telekomunikasi, Chaidir menyebutkan di zaman kolonial Belanda urusan telekomunikasi diselenggarakan oleh Post, Telegraaf en Telefoon Dienst, kemudian oleh Pemerintah RI menjadi Djawatan PTT.
"Alhamdulillah saya dan generasi yang dilahirkan tahun 1950 hingga 1960-an adalah saksi hidup dari perkembangan teknologi telekomunikasi. Kami mengalami penggunaan mulai dari telepon èngkol, telepon otomatis, telepon koin, telepon kartu, wartel, sampai dengan smart phone saat ini," terangnya.
Dengan masih banyaknya tiang telepon zaman Belanda yang berdiri tegak di Cirebon. Ia berharap kepada pemerintah daerah untuk lebih peduli pada berbagai peninggalan sejarah yang saat ini sangat membutuhkan perhatian untuk pelestariannya.
"Kami selaku pegiat budaya menekankan kepada pemerintah untuk bisa memperhatikan setiap bangunan peninggalan Belanda. Karena dari situ kita bisa lebih mengenal lebih jauh tentang perjalanan panjang kita sebagai bangsa Indonesia," tutupnya.
(sud/sud)