Sebagai perayaan tahun baru, Imlek selalu dirayakan dengan meriah oleh warga Tionghoa. Khusus di Cirebon, perayaan Imlek sudah dilakukan sejak masa Hindia Belanda. Kala itu, populasi keturunan Tionghoa di Cirebon cukup banyak, bahkan perayaan Imlek juga banyak dikabarkan dalam beberapa surat kabar Hindia Belanda.
Surat kabar De Locomotif edisi 7 Februari 1899 misalnya, perayaan Imlek selalu dirayakan meriah dengan kembang api. Namun, menurut Residen Cirebon, sebelum penyalaan kembang api, hewan kuda harus diamankan terlebih dahulu, karena cahaya kembang api dapat membuat kuda merasa takut dan terancam, apalagi ketika kuda tersebut sedang dikendarai, maka akan mengamuk dan membahayakan pengendara. Setelah perayaan kembang api, penduduk Tionghoa akan melaksanakan Cap Go Meh, dan berkeliling menggunakan barongsai.
Namun, perayaan Imlek di Cirebon pada masa Hindia Belanda juga tidak selalu dirayakan dengan meriah, pada tahun 1938, Imlek di Cirebon dirayakan dengan suasana yang sepi tanpa atribut apapun, termasuk menyalakan kembang api, hiruk-pikuk keramaian Imlek juga tidak terjadi di tahun itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip surat kabar de Locomotif edisi 3 Februari 1938, suasana sepi perayaan Imlek disebabkan karena warga Tionghoa Cirebon sedang melakukan penghematan, uang mereka untuk Imlek kebanyakan dialokasikan ke dalam Kas Komite Bantuan Tiongkok sebagai simpanan, jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Namun, pada esok harinya ada sekelompok kecil orang Tionghoa yang melakukan atraksi barongsai di sekitar pemukiman Tionghoa Cirebon, mereka juga berkeliling sambil meminta sumbangan.
Tak hanya tahun 1938, di tahun 1940 juga Imlek di Cirebon dirayakan dengan cukup sederhana, alasannya karena saat itu masih dalam kondisi perang, meski begitu, untuk Parade Cap Go Meh masih tetap dilaksanakan di Cirebon, seperti yang dipaparkan dalam surat kabar Nederlandsch-Indische edisi 13 Februari 1940.
"Tahun Baru 4577 digembar-gemborkan secara seadanya oleh masyarakat Tionghoa di Cheribon dengan sedikit dentuman, letupan, dan desisan kembang api. Uang yang dihemat akan digunakan untuk mendukung Palang Merah Tiongkok. Keesokan harinya diadakan parade Tjap Go Meh yang menarik banyak perhatian terutama dari pihak pribumi," tulis surat Nederlandsch-Indische edisi 13 Februari 1940.
Peristiwa di Malam Imlek
Pada malam tahun baru Imlek juga, sempat terjadi kebakaran di Pandesan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Dalam surat kabar, Batavia Nieuwsblad edisi 26 Januari 1928, dipaparkan mengenai suasana situasi kebakaran. Awalnya, di tengah langit yang gelap, tiba-tiba muncul cahaya merah yang berasal dari rumah penduduk Pandesan yang terbakar.
Meski kebakaran sudah membesar, tetapi, pemadam kebakaran tak kunjung datang, dan baru muncul setengah jam kemudian. Sementara itu, polisi dan warga setempat telah melakukan berbagai macam upaya agar kebakaran tidak meluas. Api mulai padam ketika selang air dari mobil pemadam mengalir, setidaknya ada 7 rumah yang terbakar.
Selain kebakaran, ada peristiwa penembakan pada saat malam Imlek, seperti yang diberitakan dalam surat kabar De Locomotif edisi 7 Juni 1935, kala itu, saat letusan kembang api masih menghiasi langit Cirebon, terjadi insiden penembakan kepada pemilik toko Tionghoa yang menjual alat timbangan, ia tembak mati di depan rumahnya yang terletak di jalur lalu lintas di Pasuketan-Lemahwungkuk.
Sebelum ditembak, korban mengira dia akan diberi kembang api, namun, ternyata adalah sebuah pistol yang ditembakkan kepada dirinya. Diduga, sang pemilik toko ditembak oleh seseorang yang iri hati kepada dirinya. Saat itu, masih belum diketahui siapa yang melakukan penembakan, tetapi, polisi menangkap beberapa orang yang dicurigai memiliki rasa iri kepada sang pemilik toko. Namun, setelah beberapa hari di tahan, beberapa orang tersebut dilepaskan kembali karena kurangnya bukti.
Baru, pada surat kabar Nederlandsch-Indische edisi 13 Februari 1935, kepolisian Cirebon berhasil menemukan pelaku penembakan, awalnya pelaku tidak mengaku bahwa ia telah membunuh pemilik toko, namun, setelah diinterogasi cukup lama, akhirnya mengaku bahwa dia adalah pembunuhnya. Bahkan ada dugaan bahwa beberapa orang juga terlibat dalam pembunuhan tersebut.
"Beberapa hari lalu berhasil menangkap seorang tersangka yang setelah diinterogasi cukup lama, akhirnya mengaku sebagai pembunuhnya. Dia diduga merupakan pesaing pelaku pembunuhan yang berasal dari Tegal. Investigasi belum selesai, namun ada banyak indikasi bahwa beberapa orang terlibat dalam rencana pembunuhan tersebut," tulis surat kabar Nederlandsch-Indische edisi 13 Februari 1935.
(mso/mso)