Lebaran di Cirebon Era Hindia Belanda: Krisis Ekonomi-Marak Kejahatan

Lorong waktu

Lebaran di Cirebon Era Hindia Belanda: Krisis Ekonomi-Marak Kejahatan

Sudirman Wamad - detikJabar
Selasa, 01 Apr 2025 19:00 WIB
Cirebon di masa Kolonial Hindia Belanda
Cirebon di masa Kolonial Hindia Belanda. Foto: Arsip (KITLV) perpustakaan Universitas Leiden
Cirebon -

Kota Cirebon salah satu daerah pesisir di Jawa Barat (Jabar) yang menjadi jalur aktivitas ekonomi pada era Hindia Belanda. Cirebon mengalami berbagai situasi, dari konflik, wabah, hingga kondisi ekonomi yang carut marut. Situasi itu pun berpengaruh saat Lebaran tiba.

Sebelum Indonesia merdeka, Cirebon pernah mengalami suasana Lebaran yang tak biasa. Tak ada keramaian atau kerumunan orang-orang yang bersukacita untuk berbelanja hingga tamasya.

Cerita tentang suasana Lebaran yang tak begitu ramai itu dikabarkan surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 9 Januari 1935. Surat kabar era Hindia Belanda itu menyebutkan, suasana saat Lebaran di Cirebon lebih tenang dari biasanya. Perayaan Lebaran dengan kembang api pun tak begitu meriah. Hal ini imbas dari ekonomi di Cirebon yang sedang tak baik-baik saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penghematan akibat kekurangan uang dirasakan baik di kota maupun di pedesaan," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, seperti dikutip detikJabar.

Di pasar-pasar pun tak tampak aktivitas berbelanja selayaknya saat Lebaran. Daya beli masyarakat yang menurun membuat pedagang mengeluh.

ADVERTISEMENT

"Para pemilik toko mengeluh tentang penjualan yang buruk. Mereka yang masih memiliki uang tunai, kebanyakan berbelanja di toko-toko Jepang yang barang dagangannya dipajang dengan cara yang menarik perhatian," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

Penjualan di toko-toko meningkat. Alasannya harga yang lebih murah. Sementara itu, pantauan di sepanjang jalan Kota Cirebon tak ramai dibandingkan dengan Lebaran sebelumnya. Di balik itu semua, sisi positifnya saat itu adalah meningkatnya penjualan produk lokal, seperti sarung dan pakaian tradisional yang mulai banyak dipakai lagi.

Berita tentang suasana Lebaran di Cirebon era Hindia Belanda.Berita tentang suasana Lebaran di Cirebon era Hindia Belanda. Foto: Arsip Delpher/Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

"Ini juga merupakan tanda yang menyegarkan bahwa sarung, pakaian nasional, semakin banyak dipakai lagi, yang memberikan dukungan signifikan kepada industri sarung yang sedang berkembang," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

Dua tahun setelah kondisi ekonomi yang tak baik, pada 1937, perayaan Lebaran di Cirebon kembali disambut dengan kegembiraan. Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 8 Desember 1937 melaporkan, suara petasan meramaikan perayaan Lebaran pada 1937. Toko kembang api pun kebanjiran pembeli. Kondisi itu berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, ketika Lebaran dirayakan dengan sederhana karena kondisi ekonomi tak baik.

"Setelah bertahun-tahun penduduk asli merayakan Lebaran secara sepi, tahun ini ada sedikit lebih banyak kegembiraan. Terdengar suara ledakan, letupan, dan desisan hebat dari banyaknya kembang api yang dinyalakan pada perayaan Lebaran. Salah satu toko kembang api besar di Pasuketan begitu sibuk menjual mercon dan sebagainya, sehingga tokonya harus ditutup sebagian untuk mencegah risiko kebakaran," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

Saat itu penjualan kembang api diawasi kepolisian. Penjualan pun dilakukan satu pintu. Selain kembang api, produk dari toko-toko asal Jepang juga mengalami peningkatan penjualan. "Tampaknya hampir semua orang memiliki jaket baru tahun ini. Toko-toko Jepang khususnya telah menikmati banyak pelanggan dalam beberapa hari terakhir," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

Setelah kegembiraan kembali pada perayaan Lebaran pada 1937, dua tahun berikutnya perayaan Lebaran di Cirebon mengalami situasi yang berbeda. Sejumlah surat kabar mengabarkan tentang maraknya aksi kejahatan di Cirebon saat dan setelah Lebaran. Aksi kejahatan seperti pembobolan hingga perampokan terjadi di Cirebon.

Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 18 September 1939 melaporkan, terjadi pencurian hingga perampokan. Salah satunya dialami penduduk Eropa berinisial AE van der B. Perampok masuk ke kamar tidurnya yang tidak terkunci kemudian mengambil sejumlah barang. Selain perampokan, penjarahan juga terjadi di Cirebon.

"Sepeda masih menjadi barang jarahan yang ditunggu-tunggu, tidak kurang dari delapan sepeda dicuri selama beberapa hari terakhir. Sepeda itu langsung diubah agar tidak dikenali (pemiliknya)," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

Aksi kejahatan juga terjadi di Rumah Sakit Pamitran. Dokter berinisial Moh T melaporkan tentang sejumlah uang yang dicuri dari brankas rumah sakit. Aksi kejahatan menyebar di beberapa sudut kota.

"Di perusahaan Geo Wéhry sepuluh peti ikan sarden senilai 118 gulden dibobol pencuri," tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads