Kereta Singa Barong Cirebon yang Kental Akulturasi Budaya

Kereta Singa Barong Cirebon yang Kental Akulturasi Budaya

Ony Syahroni - detikJabar
Jumat, 11 Nov 2022 08:00 WIB
Kereta Singa Barongan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Kereta Singa Barongan di Keraton Kasepuhan Cirebon. (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Kereta Singa Barong merupakan salah satu benda pusaka yang dimiliki Keraton Kasepuhan Cirebon. Dahulunya, Kereta Singa Barong ini menjadi kendaraan yang biasa digunakan Sultan saat menggelar kirab setiap 1 Muharram.

Dilihat dari bentuknya, Kereta Singa Barong yang dibuat pada tahun 1549 M itu dihiasi dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan beberapa bentuk bagian tubuh hewan. Seperti sayap burung, kepala Naga yang sedang menjulurkan lidah, dan belalai Gajah yang sedang memegang senjata Trisula.

Menurut Satu, selaku pemandu wisata di Keraton Kasepuhan, ukiran-ukiran bagian tubuh hewan itu yang menghiasi Kereta Singa Barong itu merupakan gambaran dari terjalinnya persahabatan antara Cirebon dengan beberapa negara lain. Seperti Cina, India dan Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Belalai Gajah itu melambangkan kalau Cirebon bersahabat dengan India. Kemudian Kepala Naga itu melambangkan jika Cirebon bersahabat dengan Cina. Kalau sayap burung itu melambangkan bahwa Cirebon itu bersahabat dengan Mesir," kata Satu saat berbincang detikJabar di Keraton Kasepuhan Cirebon belum lama ini.

"Ketiga unsur kebudayaan dari tiga negara, seperti Cina, India, dan Mesir itu disatukan menjadi senjata Trisula. Tri artinya Tiga dan Sula artinya tajam. Tetapi tajam yang dimaksud di sini adalah bukan tajam senjatanya, melainkan tajamnya alam pemikiran manusia. Yaitu seperti Cipta, Rasa dan Karsa," kata Satu menambahkan.

ADVERTISEMENT
Kereta Singa Barongan di Keraton Kasepuhan Cirebon.Kereta Singa Barongan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto: Ony Syahroni/detikJabar

Adapun nama Singa Barong yang disematkan pada kereta pusaka milik Keraton Kasepuhan Cirebon ini, merupakan kata diambil dari bahasa Cirebon. Seperti Singa yang berarti Singarani dan Barong yang artinya bareng-bareng atau bersama-sama.

"Jadi yang memberi nama Singa Barong itu orangnya bersama-sama atau singaranie, bareng-bareng kalau dalam bahasa Cirebon," ucap Satu.

Menurutnya, Kereta Singa Barong yang kini tersimpan di Museum Keraton Kasepuhan itu merupakan kendaraan pusaka yang dibuat pada tahun 1549 M oleh Panembahan Losari. Adapun yang menjadi juru ukirnya bernama Ki Nata Guna.

Kereta ini dibuat dengan menggunakan bahan kayu laban. Kemudian dari warnanya, kereta ini dibalut dengan cat yang terbuat dari bahan campuran serbuk emas dan juga intan. Sementara yang menjadi tenaga penggeraknya adalah empat ekor kerbau albino atau kebo bule.

"Yang menjadi keistimewaan dari Kereta Singa Barong ini, meski dibuat pada tahun 1549 Masehi, tapi sudah menggunakan teknologi power steering dan suspensi," ungkap Satu.

Dikatakan Satu, Kereta Singa Barong yang telah berusia ratusan tahun itu terakhir kali digunakan pada tahun 1942. Kini, kereta Singa Barong itu tersimpan di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan dan dikelilingi oleh pelindung yang terbuat dari kaca.

"Kereta Singa Barong yang asli itu terkahir kali digunakan pada tahun 1942. Setelah itu, kalau Kirab setiap 1 Muharram yang digunakan itu adalah Kereta Singa Barong yang duplikat. Kereta Singa Barong yang duplikat itu dibuat pada tahun 1996," jelas Satu.

(orb/orb)


Hide Ads