Kentalnya Akulturasi Budaya dalam Perayaan Imlek di Bali

Round Up

Kentalnya Akulturasi Budaya dalam Perayaan Imlek di Bali

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 30 Jan 2025 07:48 WIB
Umat sembahyang di palinggih Ratu Ngurah Subandar/Kongco Batur Pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Rabu sore (29/2/2025). (Agus Eka)
Foto: Umat sembahyang di palinggih Ratu Ngurah Subandar/Kongco Batur Pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Rabu sore (29/2/2025). (Agus Eka/detikBali)
Bangli -

Akulturasi budaya antara Bali dan Tionghoa tersaji dalam perayaan Imlek di Bali, Rabu (29/1/2025). Suasana semacam ini kerap dijumpai setiap Tahun Baru Imlek di Pulau Dewata. Dua budaya ini berjalan harmonis dalam kehidupan masyarakat di Bali.

Kentalnya akulturasi budaya Bali dan Tionghoa salah satunya dapat dijumpai di Konco Batur, Kintamani, Bangli, Bali. Perayaan Imlek di Kongco Batur tahun ini masih bisa berjalan secara harmoni dengan dua tradisi, baik secara Tionghoa maupun Bali, khususnya tradisi Batur.

Pemakaian busana adat Bali menjadi wajib mengingat kongco ini berada di area utama Pura Ulun Danu Batur. Aksen budaya China dengan pemakaian pernak-pernik serba merah, lampion, berpadu dengan aksen ukiran Bali, dan kelengkapan seperti penjor dan tedung (payung Bali) pada Kongco, menambah khidmat perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suka-cita menyelimuti umat yang melaksanakan perayaan Imlek di Kongco Batur. Meski hujan mengguyur, ratusan umat Tionghoa Tri Dharma maupun umat Hindu silih berganti datang memanjatkan doa sesuai tradisi masing-masing.

Persembahyangan Imlek di Kongco Batur ini sudah digelar sejak pagi setelah umat menyelesaikan ritual di rumah masing-masing. Pantauan detikBali, umat masih terus berdatangan hingga pukul 17.30 Wita.

ADVERTISEMENT

Mereka berasal dari berbagai daerah di Bali. Namun, perayaan di kongco tersebut sedikit disederhanakan mengingat warga Batur masih dalam rangkaian palebon tokoh besar setempat, Jro Gede Batur Kawanan (Alitan).

"Jadi beberapa hal dalam perayaan ini disederhanakan. Namun, tetap tidak mengurangi makna perayaannya. Seperti pentas Barongsai sakral yang saat ini tidak dipentaskan," tutur salah satu pemangku Pura Ulun Danu Batur, Jro Mangku Budarsana.

Jro Mangku Buda menuturkan pelaksanaan sembahyang Imlek di Kongco Batur yang digelar secara dua tradisi sudah dijalankan sejak lampau. Bahkan, sudah berlangsung di zaman ketika Desa Batur masih berada di sisi tenggara kaki Gunung Batur.

Namun, seiring waktu, pelaksanaan kegiatan maupun upacara yang dilakukan warga Hindu bersama Tionghoa saat ini telah berpadu dan mengalami penyesuaian sehingga menjadi sesuatu yang bernilai, khas, dan unik.

Persembahyangan biasa dilakukan tiap perayaan hari-hari suci, termasuk saat pujawali. Karena itu, warga Batur maupun umat Hindu Bali juga bisa mempersembahkan ritual khusus. Bahkan, sebelum puncak perayaan Imlek, baik warga Tionghoa dan Batur ngayah melakukan persiapan.

"Jadi baik secara Tionghoa ataupun Hindu berbaur. Sama-sama melaksanakan persembahyangan sesuai tradisi masing-masing," jelas Jero Mangku Buda.

Sesuai keyakinan Hindu, Kongco Batur juga menjadi stana atau linggih Ida Bhatara yang dalam manifestasinya Ratu Ngurah Subandar. Persembahan yang diberikan umat sangat beragam.

Sesuai tradisi Cina, umat menghaturkan berbagai jenis penganan di altar kongco. Setelah itu, pemedek melaksanakan rentetan ritual, dan juga persembahan Cap Go, yakni membakar kertas/uang emas ke dalam tungku.

Prosesi itu bermakna memohon kesejahteraan dan kemakmuran. Ritual itu juga bisa dimaknai sebagai wujud syukur atas berkah yang telah dilimpahkan para dewa. "Kalau kata tetua, kesempatan ini dipakai untuk memohon makmur," ujar salah satu umat, Kadek Riska.

Akulturasi Budaya di Kongco Dwipayana Tanah Kilap

Akulturasi budaya juga sangat terasa sangat kental saat perayaan Tahun Baru Imlek di Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar. Sejak pagi, umat berpakaian adat Bali terus berdatangan ke tempat peribadatan tersebut.

Tetua Pengurus Griya Kongco Dwipayana, Ida Bagus Adnyana, menuturkan simbol-simbol pada kongco tersebut kental dengan perpaduan budaya Hindu-Buddha. Menurutnya, umat Hindu yang berdoa di sana juga membawa sarana canang sebagaimana dilakukan saat bersembahyang di pura.

"Perpaduan budaya di sini tampak dalam bentuk simbol-simbol persembahyangan, ada untuk umat Buddha, Hindu, dan Tao. Jadi, dengan simbol itu mereka seperti tidak terbebani," ujar Adnyana kepada detikBali, Rabu (29/1/2025).

Umat berdoa merayakan Tahun Baru Imlek di Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar, Bali, Rabu (29/1/2025). (Foto: Fabiola Dianira/detikBali)Kentalnya Akulturasi Budaya dalam Perayaan Imlek di Bali Foto: Umat berdoa merayakan Tahun Baru Imlek di Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar, Bali, Rabu (29/1/2025). (Foto: Fabiola Dianira/detikBali)

Adnyana mengatakan kongco tersebut juga bersebelahan dengan Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap. Meski pembangunan kedua tempat ibadah ini tidak terkait, banyak umat Hindu yang datang berdoa ke kongco setelah bersembahyang dari pura.

"Setiap umat berdoa dengan caranya sendiri. Di sini ada 31 panggalih dan kami tidak membatasi urutan untuk sembahyangnya," imbuhnya.

Griya Kongco Dwipayana dibangun sejak 30 tahun lalu. Tempat ibadah ini juga kerap didatangi oleh umat dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Sulawesi, dan lainnya.

I Made Gede Widyasa adalah salah satu umat yang datang berdoa merayakan Imlek di kongco tersebut bersama keluarganya. Ia menyempatkan datang ke kongco itu setelah bersembahyang dari pura di sebelahnya.

"Saya ikuti kata hati, merasa nyaman berdoa di sini, saling berdampingan," ujar Widyasa.

Ada pula Alex dan Rahayu yang datang ke Griya Kongco Dwipayana untuk merasakan suasana Imlek. Meski tak memiliki darah Tionghoa, mereka mengaku merasa damai bisa berdoa di sana.

"Happy sembahyang di kongco ini dan jadi tahu budaya orang Tionghoa," ujar pasangan yang datang dari kawasan Sanur, Denpasar, itu.

Perayaan Imlek di Griya Kongco Dwipayana akan berlangsung sampai tengah malam. Acara juga akan dirangkai dengan pementasan kesenian khas Tionghoa dan penyalaan kembang api pada malam harinya.




(iws/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads