Kabupaten Sumedang memiliki ragam keistimewaan dari mulai wisata hingga budaya. Salah satu yang istimewa adalah Golok Cikeruh yang mendunia.
Golok Cikeruh menjadi salah satu dari 37 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang ditetapkan Pemprov Jabar di tahun ini. Kemasyuran Golok Cikeruh bahkan masih dapat dirasakan hingga saat ini.
Demi mempertahankan kelestarian Golok Cikeruh, sejumlah komunitas terus berupaya menggali nilai sejarah warisan budaya tersebut. Salah satunya Komunitas Folkart Space yang berdomisili di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komunitas itu, menjadi salah satu yang cukup intens dalam menggali tentang sejarah golok Cikeruh sebagai salah satu warisan budaya para leluhurnya tersebut.
Sejumlah nama di komunitas itu, sebut saja diantaranya Uus Kuswendi, Restu Borew, Taofik FS, M.Bachrudin (Bah Waas), Arief Joe, Ishalkey, Jaka Reborn, Gery dan Ridwan (Iwo).
Beberapa dari mereka pun ternyata masih ada yang menyimpan golok Cikeruh yang terbilang cukup langka dan cukup dikenal oleh sejumlah kolektor benda pusaka dunia tersebut. Salah satunya adalah Uus Kuswendi.
Menurut Uus, golok Cikeruh pada abad 18 dan abad 19 memiliki ciri khasnya tersendiri dibanding dengan golok-golok daerah lain di Indonesia. Ciri khasnya itu, baik dari segi motif, desain, ketajaman dan bahan bakunya.
"Para pandai besi Cikeruh pada abad 18 dan abad 19 telah mencapai keahlian atau dalam istilah luar menyebutnya craftsmanship (keempuan) yang sangat tinggi dalam hal seni senjata tajam," paparnya.
Sekadar diketahui, golok Cikeruh memiliki dua jenis bentuk dan desain. Pertama yang belum terpengaruh gaya Eropa dan kedua yang telah berakulturasi dengan gaya Eropa.
Menurut Uus, fenomena di atas justru semakin menambah dan memperkaya keistimewaan dari golok Cikeruh itu sendiri.
Ciri khas dari golok Cikeruh saat itu, sambung Uus, salah satunya dapat dilihat dari segi ukiran atau motif yang terdapat di bagian pegangan atau gagang golok (grip), bilah dan sarung golok.
"Utamanya, ukiran golok Cikeruh mengandung atau memiliki nilai filosofi, makna, arti dan fungsinya, dimana motif itu tidak sembarangan dalam membuatnya," ungkap Uus kepada detikJabar, Sabtu (26/3/2022).
Uus melanjutkan, golok Cikeruh juga terkenal dengan tingkat ketajamannya. Pasalnya, para pandai besi saat itu sudah cukup ahli dalam praktik ilmu penampaan dan penyepuhan.
"Salah satu cara untuk mengetes ketajaman golok Cikeruh saat itu yakni dengan menebas beberapa paku yang sebelumnya telah ditancapkan di tempat tertentu" terangnya.
Beberapa ciri khas lainnya, kata Uus, dapat terlihat pada bagian pegangan golok dimana ada yang terbuat dari tanduk hewan seperti tanduk rusa, kijang, sapi dan lain-lain.
"Lalu masih di bagian pegangan golok, ada juga yang terbuat dari kayu pilihan dengan ukiran yang khas berupa kepala burung atau hewan lainnya," ujarnya.
Kemudian di bagian Pommel (Kenop pembatas antara ujung gagang dan bilah golok). Di bagian itu rata-rata terbuat dari kuningan, besi dan Shiell(bentuk seperti kerang).
"Begitu pun di bagian puler rikaso(bagian sesudah gagang) yang rata-rata terbuat dari kuningan atau besi," ucapnya.
Uus menambahkan, ciri lainnya yang tidak kalah penting dari golok Cikeruh, yakni adanya marking atau merek berupa inisial dengan ejaan lama. Inisial itu mengacu pada daerah Cikeruh atau inisial nama dari pandai besi kala itu. Seperti TJKR, TKR , KTDMDJ dan inisial lainnya.
"Ciri khas lainnya pada ukiran di bagian sarung goloknya dan bagian tempat untuk menggantungkan golok atau dalam istilah Sunda disebut bagian simet meuting memiliki kandungan makna dan arti secara khusus," pungkasnya.
Seperti diketahui, Kawasan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang sebelum terkenal dengan sentra perajin senapan angin, sebelumnya dikenal sebagai pembuat golok atau pedang terbaik pada masa kolonial Belanda. Kemasyhuran golok Cikeruh bahkan masih dapat dirasakan hingga kini.
Hal itu dapat dilihat jika anda berselancar di internet. Dengan menggunakan kata kunci "golok Tjikeroeh", anda akan mendapati banyak situs luar negeri dan para kolektor dunia yang membahas tentang keunikan dari golok Cikeruh.
Salah satunya banyak diulas dalam sebuah kanal etnografi di situs vikingsword.com. Berbagai bentuk dan model golok Cikeruhan ditampilkan para kolektor senjata tajam disana.
Salah satunya golok Cikeruh pada masa kolonial Belanda sekitaran 1888-1920. Disana disebutkan bahwa bilahnya berbentuk khas Jawa dengan ukiran yang unik namun didasarkan pada bentuk bilah berburu Belanda. Kendati demikian, pedang itu bukan salinan dari bentuk pedang Eropa.
Dengan gagang tulang dan ornamen kuningan di atas dan bawah pegangan golok serta pelindung pegangan berbentuk kerang yang juga berbahan kuningan, menginterprestasikan sebuah pedang dengan nilai artistik khas Cikeruhan yang unik.
Golok atau pedang Cikeruh yang ditampilkan memiliki panjang total 41 centimeter dengan panjang bilah 29 centimeter. Bentuk gagangnya merupakan model belati pemburu atau Hirschfanger.
Golok Cikeruh juga ditampilkan dalam situs Jerman, yakni auktionen-in-heidelberg.de. Di sana ditampilkan dua golok awal Cikeruh pada awal abad 20-an. Dua golok tersebut bergagang dengan bentuk kepala elang.
Pada bilah bermata tunggal golok tersebut terdapat ukiran indah. Ukiran itu salah satunya terdapat di kedua sisi ricasso atau bilah yang terdapat di dekat gagang golok. Panjang golok pertama 43 centimeter dan panjang golok kedua 35 centimeter.
Salah seorang pegiat pusaka Sunda, Hadian Wasita Soleh menjelaskan, pandai besi asal Cikeruh sangat terkenal pada masa kolonial Belanda atau sesudahnya.
Golok atau pedang Cikeruhan sendiri, lanjut Hadian, memiliki dua gaya desain, pertama golok Cikeruh yang dipengaruhi gaya Eropa lantaran untuk memenuhi pesanan dari Pemerintah Kolonial Belanda kala itu. Kemudian, golok Cikeruh dengan desain murni dengan tema masyarakat Sunda.
"Desain pertama memiliki bilah dan sarangka (sarung golok) model gaya Eropa, gaya ini seperti tipe hunting sword (pisau berburu), pada era-era kalau di Jerman pada era 1600 sampai sekarang replikanya masih ada," papar Hadian kepada detikjabar.
Saat berbincang dengan salah seorang kolektor asal Belanda, kata Hadian, ciri tempa golok Cikeruh yang mengikuti gaya Eropa itu terlihat pada bilahnya.
Artinya, sambung Hadian, para pandai besi Cikeruh sudah mencapai sebuah tingkat keahlian yang cukup tinggi dalam seni membuat golok atau pedang.
"Jika melihat golok atau pedang gaya Cikeruhan yang memakai bentuk kerang pada hand guard-nya (tameng pegangan), itu ciri golok Cikeruh model gaya Eropa," terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan, Disparbud Jabar Febiyani mengatakan, golok Cikeruh ditetapkan sebagai WBTB Jawa Barat sebagai langkah dan upaya pemerintah dalam melindungi dan melestarikan karya-karya budaya yang ada di Jawa Barat.
"Jawa Barat itu sangat kaya akan karya budayanya mulai dari pengetahuan, kemahiran, adat, ritual dan sebagainya dan itu cara pemerintah melakukan perlindungan dengan cara pendokumentasian, pencatatan dan penetapan (WBTB)," ungkap Febiyani kepada detikJabar.
(mso/bbn)