Menguak Catatan Sejarah di Balik Kemunculan Lagu Es Lilin

Menguak Catatan Sejarah di Balik Kemunculan Lagu Es Lilin

Wisma Putra - detikJabar
Rabu, 02 Okt 2024 11:01 WIB
Edi Natawisastra, menantu Ni Mursih dan penulis lirik lagu Es Lilin.
Endang Hidayat, cucu Ni Mursih. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Lagu Es Lilin sudah lama hadir dan lekat dengan masyarakat Sunda. Lagu berbahasa Sunda karya Ni Mursih, yang populer di tahun 1937 atau 8 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, itu menjadi satu dari sekian banyak lagu Sunda yang keberadaannya terus dilestarikan.

Ada alasan kenapa lirik lagu Es Lilin itu malah ditulis sang menantu dan bukan oleh Ni Mursih sendiri. Ni Mursih pada zaman tersebut merupakan wanita yang buta huruf, sementara menantunya, Edi Natawisastra, pada waktu itu adalah seorang guru SD.

"Bu Mursih memang buta huruf, tapi ratusan lagu bisa dihafal di luar kepala," ucap Endang Hidayat, cucu Ni Mursih, saat ditemui detikJabar, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski sudah populer di tahun 1973, tidak banyak yang tahu siapa pencipta lagu ini. Namun, nyatanya lagu itu sudah banyak dinyanyikan oleh masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Mengenai lagu Es Lilin sendiri mulai mengemuka tahun 1937, tapi waktu itu belum ada orang yang disebutkan siapa orang yang mempopularkannya, hanya disebutkan di Koran Sipatahoenan itu disebutkan misal di edisi 27 September 1937 dalam konteks Perayaan Simpanan Paguyuban Pasundan Istri Cabang Bandung ke lima tahun," tutur sejarawan Atep Kurnia kepada detikJabar.

Berikut isi kutipannya:

'Saenggeus kitu mah, terus bae ngawayang kalawan kagumbiraan anu luar bisa, tuh nepi ka isuk, takrim jeng si gagak, nembongkon kabinangkitannana lakon ti kagumbiraeun pisan, nya kitu deui si gagak dina ngaeihannana lagu Ijs Lilin atawa singkayo, ku nu lalajo henteu weleh ditarima ku keprok, anu lain lumayan nandakeun kasugemaannana.'

Dalam Bahasa Belanda, menurut Atep, es ditulis 'ijs' atau 'ys'. Meski ditulis begitu, penyebutannya tetap sama dibacanya 'es'.

"Kalau dari kutipan koran itu bisa jadi salah seorang yang mempopularkan lagu es lilin itu si gagak. Si gagak itu nama panggung atau pesinden, tapi harus dicari dulu siapa itu si gagak itu," kata dia.

Atep Kurnia.Atep Kurnia (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Di koran yang sama edisi 2 Oktober 1927, berjudul 'Persib Jeung Es Lilin', Atep juga mendapatkan kutipan menarik tentang lagu Es Lilin.

Berikut kutipannya:

'Sakumaha anu kanyahoan ku salarea ayena lagu nu kasebut di luhur, lagu Es Lilin ker mejehna populer atawa kasohor, anu ngaheot, anu ngahariring, kitu deui anu baru ngalange di panto ngadagoan bebereuhna datang kudu bae ngalagukeun Es Lilin.'

Selain itu, pada tahun 1938, lagu Es Lilin itu jadi salah satu materi untuk kongkus atau lomba. Tulisan itu terbit di Koran Berita Priangan edisi 29 April 1938. Di situ ada berita berjudul 'Kongkus Tembang Es Lilin' di situ disebutkan:

'Atas usahanya rumah obat karuhun besok Tanggal 7 Mei 1938, akan diadakan Kongkus Tembang Es Lilin bertempat di Pendopo Kabupaten Bandung.'

Jika melihat dari catatan sejarah dulu atau masa penjajahan Belanda, ada efek negatif yang ditimbulkan jika mengonsumsi es lilin. Salah satunya berefek pada kesehatan dan es lilin merupakan makanan yang dihindari dikonsumsi warga Belanda saat ada di Indonesia.

"Menarik setelah saya gali info di masa yang lalu, fenomena lagu ini terkait dengan keberadaan es lilinnya sendiri di Indonesia. Ada beberapa versi, salah satunya di buku Parada Harahap, judulnya 'Indonesia Sekarang' terbitan 1952. Parada Harahap seorang perintis pers nasional, dia menyebutkan jika es lilin itu dikenalkan oleh orang Jepang, tapi di situ dia tidak sebutkan tahun berapa. Tapi saya telusuri koran lama dalam Bahasa Belanda, es lilin itu mulai ada di tahun 1928 di koran-koran berbahas Belanda banyak diberitakan terutama efek negatif dari konsumsi es lilin," tutur Atep.

Bukan Sekedar Lagu

Atep menuturkan, nama es lilin bukan hanya disematkan sebagai nama lagu dan makanan saja, melainkan produk fesyen dulu turut menggunakan nama es lilin.

"Selain itu, pengaruh es lilin bukan hanya jadi nama lagu dalam Bahasa Sunda, melainkan menjadi nama kain, ada kain es lilin. Kemudian kutang atau BH model es lilin, itu tahun 1939, itu jadi nama jenis kain yang diilhami dari istilah lainnya. Itu di antaranya di jual di Toko Taman Batik Halim di Pasar Baru Bandung. Kemudian kalau dalaman model es lilin diiklankan oleh Nyonya P Kimsia di Semarang tahun 1941," tutur Atep.

Ni Mursih saat tampil bersama pengiringnya.Ni Mursih saat tampil bersama pengiringnya. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)

Sudah sekian banyak catatan sejarah yang dibuka oleh Atep. Dia pun baru menemukan tulisan lagu Es Lilin diciptakan Ni Mursih pada koran terbitan tahun 1938.

"Lagu Es Lilin yang dinyanyikan Ni Mursih itu baru saya temukan di Koran Sipatahoenan edisi 14 Mei 1938. Ada iklan piringan hitam produksi Kolombia, piringan hitam berkode LJ132, isinya (teks) 'Es Lilin Sareng Ekstra Geboy oleh Nyimursih'," ucap Atep menjelaskan.

Peran Penting Pemerintah

Atep mengatakan pemerintah perlu untuk turut serta merawat lagu Es Lilin. Upaya mengenalkan kembali lagu tersebut juga jadi salah satu upaya merawat.

"Untuk saya sendiri, saya kira penting juga untuk diperkenalkan kembali. Sekarang mungkin di kalangan umum kurang mengetahui soal lagu tersebut, sehingga saya pikir harus ada upaya untuk memperkenalkan kembali. Termasuk lagu-lagu lain seperti Lagu Sorban Palid yang barengan dengan Es Lilin," ujar dia.

Atep mendorong pemerintah melakukan pengarsipan hingga digitalisasi lagu-lagu Sunda yang pernah popular di masa lampau. Tujuannya agar generasi penerus tetap bisa mendengarkan karya-karya bersejarah yang pernah diciptakan oleh nenek moyangnya.

"Penting juga, bukan Es Lilin saja, tapi lagu Sunda lainnya patut dilakukan ya (pengarsipan-digitalisasi). Seperti yang dilakukan Madrotter, itu blog. Dia melakukan upaya digitalisasi lagu lama termasuk lagu Sunda. Saya sendiri bisa dengarkan lagu Es Lilin yang dinyanyikan Ni Mursih di blog itu," kata Atep.

Populer di Malaysia

Menurut Atep, lagu Es Lilin populer di Indonesia pada tahun 1937. Kemudian, setelah kemerdekaan Indonesia, lagu Es Lilin terkenal di Malaysia.

"Kenapa misalnya selama ini sering dikatakan sampai dikenal ke Malaysia, saya cari lagi catatan sejarah. Ternyata tahun 1960-an lagu Es Lilin di aransemen ulang oleh Bing Slamet, itu saya temukan di tulisannya Saiful Nawas dalam Majalah Slekta No 53 tahun 1961," ujarnya.

Dalam majalah itu ada tulisan berjudul 'Lagu Popular Pencipta dan Penyanyinya' yang menjelaskan sebuah lagu lama diubah dalam gaya baru. Lagu es Lilin yang dibawakan Bing Slamet itu mendapatkan sambutan hangat.

"Kemungkinan lagu ini populer di Malaysia dibawa oleh Bing Slamet yang mengaransemen ulang lagu lama tersebut," kata Atep.

(wip/dir)

Sorot Jabar

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjabar



Hide Ads