Kaset Pita 'Es Lilin' Jadi Harta Karun Musik yang Dicari Kolektor

Kaset Pita 'Es Lilin' Jadi Harta Karun Musik yang Dicari Kolektor

Wisma Putra - detikJabar
Rabu, 02 Okt 2024 09:30 WIB
Kaset pita album Es Lilin
Foto: Istimewa/dokumen pribadi narasumber
Bandung -

Di tengah maraknya platform digital, ada kehangatan nostalgia ketika mendengar lagu Es Lilin yang diputar di radio-radio jadul. Bagi mereka yang tumbuh besar di era 80-90an, lagu ini bagian dari masa lalu manis. Meski kini bisa dengan mudah ditemukan di YouTube, sensasi mendengarkan lagu ini dari kaset pita atau piringan hitam adalah pengalaman berbeda, yang masih dicari oleh penikmat musik Sunda hingga kini.

Irham Vikry, pemilik toko kaset DU 68 Musik di Jalan Dipatiukur, Bandung, membagikan kisah tentang bagaimana lagu Es Lilin masih menjadi primadona di kalangan kolektor dan pecinta musik. Di usia 55 tahun, Irham masih setia menjaga toko musiknya, tempat yang menjadi 'surga' bagi mereka yang rindu dengan lagu-lagu Sunda klasik.

"Es Lilin masih dikenal, beberapa orang masih cari dan generasi muda tahu. Pembelinya masih ada, tapi tergantung penyanyinya, karena lagu ini banyak dinyanyikan beberapa penyanyi," kata Vickry saat berbincang dengan detikJabar via sambungan telepon, Selasa (1/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu versi paling populer dari lagu ini adalah yang dinyanyikan oleh Upit Sarimanah. Menurut Irham, vokal Upit memiliki keunikan yang membuat lagunya terdengar lebih istimewa dibandingkan penyanyi lain. Selain Upit, Nining Meida dan Ana Motofani juga pernah membawakan Es Lilin dalam gaya pop modern yang populer di era 70-an, menciptakan berbagai variasi yang menarik.

"Tapi kalau angkatan tahun 50-an kasetnya nggak keluar yang ada piringan hitamnya. Terus yang Ni Mursih juga tidak ada. Termasuk edisi Bing Slamet jarang," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Namun, ada versi lain dari Es Lilin yang kini menjadi buruan kolektor, yaitu versi instrumental yang dibawakan oleh Tamam Husein, ayah dari Nina Tamam, anggota band Warna yang terkenal di awal tahun 2000-an. Album yang dirilis Tamam di tahun 70-an ini menghadirkan aransemen yang unik, memadukan unsur rock progresif dengan sentuhan eksperimental yang langka pada zamannya.

"Jadi Tamam Husein pernah bikin album tahun 1970-an, judul album memang Es Lilin dia bikin versi instrumentalnya. Orang jarang tahu tapi dicari banget sekarang dan yang cari bukan dari kita saja, tapi orang luar (negeri) juga cari. Karena musiknya beda second like rock dan progresif rock," katanya.

Kaset pita album Es LilinKaset pita album Es Lilin Foto: Istimewa/dokumen pribadi narasumber

Meski kaset pita dan piringan hitam lagu Es Lilin masih dapat ditemukan di beberapa tempat, harganya bervariasi tergantung stok. Kaset pita dijual dengan harga yang relatif terjangkau, antara Rp 15-35 ribu, sementara piringan hitam bisa mencapai Rp 200-400 ribu. Namun, untuk versi yang langka, seperti milik Tamam Husein, harganya bisa melambung jauh lebih tinggi.

Di luar Es Lilin, Irham menyebutkan bahwa lagu-lagu Sunda seperti karya Darso, musik jaipongan, hingga degung masih memiliki tempat di hati para kolektor dan penggemar musik, baik lokal maupun internasional.

"Lebih lama dari Darso, Darso juga bisa soal calung dicari juga, tapi secara umum kalau orang luar Indonesia nyatanya umumnya jaipongan karena lebih keras musiknya, mereka suka, buat lokal degung juga masih dicari," pungkasnya.

(wip/iqk)

Sorot Jabar

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjabar


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads