Ular naga bukan hanya mitos belaka. Hewan tersebut ternyata hidup dan berkembang biak di kawasan pegunungan Sanggabuana, Kabupaten Karawang.
Namun, ular tersebut tidak seperti yang digambarkan selama ini, baik di film bahkan dongeng. Hewan berdarah dingin yang tinggal di pegunungan Sanggabuana ini memiliki ukuran yang relatif kecil.
Jangankan mengeluarkan semburan api, ular dengan nama latin Xenodermus javanicus juga tidak memiliki bisa. Tidak hanya itu, ular ini juga termasuk jenis hewan yang mudah stres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ular yang hidup di pegungungan Sanggabuana pertama kali ditemukan oleh tim dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF). Ular itu ditemukan tidak sengaja oleh anggota tim SCF yang sedang melakukan observasi di wilayah Curug Cikoleangkak di Puncak Sempur, Pegunungan Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.
Saat ditemukan, hewan melata itu tengah memangsa anak katak atau kecebong. Keberadaan hewan yang penuh dengan mitos ini sudah dicari sejak satu tahun lalu.
"Sebenarnya ular ini ditemukan tidak sengaja, dan sebelumnya saya sudah mencari keberadaan ular naga jawa ini sejak setahun yang lalu. Kami mencari sejak dari Curug Cipanunda di atas Kampung Tipar, yang ada di wilayah Karawang sampai di Curug Cimata Indung yang hutannya masuk wilayah Purwakarta," kata Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Uce Sukendar, Rabu (2/11/2022).
Ular ini memiliki bentuk yang unik sehingga kerap dikaitkan dengan makhluk mitologi. Contohnya saja pada bagian sisik punggungnya. Bentuk sisiknya berlunas atau menyerupai tanduk jadi alasan ular itu disebut-sebut sebagai ular naga.
"Kenapa dikaitkan dengan mitologi ular naga, ya karena bentuk sisiknya aja tapi itu umum. Orang menyebutkan naga cuma istilah mitologi sebetulnya, dari suatu makhluk dan bisa dikaitkan kemana-mana. Salah satunya sisik berlunas kayak tanduk itu," kata Amir, Kamis (3/11/2022).
![]() |
Amir menyebut, ular ini tidak hanya bisa ditemui di Pulau Jawa. Tapi juga di sejumlah wilayah lainnya. Seperti di Sumatera, Kalimantan bahkan hingga Malaysia dan Myanmar.
Satu yang perlu menjadi perhatian dari keberadaan ular ini adalah menjadi salah satu indikator kelestarian lingkungan. Karena keberlangsungan hidup ular naga tergantung dari kualitas ekosistem tempat tinggalnya.
"Tapi jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alih fungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif, dan mempengaruhi kelembaban kawasan di sekitar habitat hidup ular naga Jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang," ujar Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Deby Sugiri.
Ikuti jejak ular naga di Gunung Sanggabuana di sini :
1. |
2. |
3. |
4. |
5. |
6. |
7. |
8. |
9. |
10. |
11. |