Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) lakukan pendataan satwa-satwa prioritas yang ada di kawasan hutan dataran tinggi Pegunungan Sanggabuana. Hal itu dilakukan untuk melengkapi kajian keanekaragaman satwa di pegunungan tersebut.
Dalam tiga bulan terakhir ini SCF telah mendata kepadatan (densitas) dan populasi dari satwa langka endemik jawa, yakni Owa Jawa di tiga blok hutan di Pegunungan Sanggabuana.
Plt Direktur Eksekutif SCF Deby Sugiri menuturkan, Owa Jawa atau hylobates moloch, bersama dengan macan tutul jawa atau panthera pardus melas, serta elang jawa atau nisaetus bartelsi, merupakan tiga satwa prioritas yang diketahui menghuni hutan kawasan Pegunungan Sanggabuana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain sebagai satwa langka endemik jawa, Owa Jawa atau primata kelabu tanpa ekor ini juga merupakan satwa terancam punah dengan status IUCN Red List masuk dalam kategori Appendiks I CITES," kata Deby saat diwawancara detikJabar, Minggu (24/8/2024).
Pendataan, kata Deby, dilakukan mulai Maret hingga Juni 2024. Populasi kelompok dan kepadatan Owa Jawa di tiga blok hutan Pegunungan Sanggabuana, didapati belasan kelompok.
"Dalam pendataan atau survey densitas dan populasi Owa Jawa yang kami lakukan, berhasil terdata 13 kelompok Owa Jawa di 3 blok hutan di kawasan Pegunungan Sanggabuana," kata dia.
Berdasarkan perkiraan, dari 13 kelompok Owa Jawa yang berhasil diidentifikasi, terdapat sebanyak 41 individu Owa Jawa yang kini hidup di Pegunungan Sanggabuana Karawang.
"Pendataan Owa Jawa kali ini menggunakan metode triangulasi atau vocal count. Metode ini yang biasa dilakukan oleh teman-teman yang banyak bergiat konservasi untuk Owa dan primata lain," imbuhnya.
Hasil survey ini, kata Deby, termasuk data preferensi pakannya akan dipakai untuk menentukan program kerja terkait pelestarian dan perlindungan Owa Jawa di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.
"Dengan data ini, kita kemudian akan melanjutkan pendataan dengan lebih terperinci, rencananya akan kita lanjutkan dengan mendata populasi kelompok, densitas, individu, preferensi pakan, penggunaan ruang, dan juga kelompok umur Owa Jawa di seluruh kawasan Pegunungan Sanggabuana. Harapannya akan didapat lebih banyak data komprehensif," ucap Deby.
Hasil asessmen mengungkap, selain Owa Jawa, di kawasan Pegunungan Sanggabuana juga dihuni primata lain, yaitu Lutung Jawa, Surili, Kukang Jawa, dan Monyet Ekor Panjang.
"Selain primata lain itu, dalam pendataan sebelumnya, sudah ditemukan sebanyak 339 jenis satwa liar yang ada di Pegunungan Sanggabuana yang sedang berproses menjadi Taman Nasional ini," ujar dia.
Dari 339 jenis satwa liar yang ada, kata Deby, sebanyak 51 jenis diantaranya justru merupakan jenis satwa dilindungi dalam daftar Permen 106 tahun 2018 tentang jenis satwa dan tumbuhan dilindungi.
"Dengan kegiatan survey populasi dan distribusi yang telah dilakukan ini, diharapkan juga memberikan kontribusi penting untuk mengumpulkan data atau informasi ilmiah untuk Owa jawa di Gunung Sanggabuana, yang dapat menjadi pemandu strategi konservasi Owa jawa selanjutnya," ucap Deby.
Saya mengucapkan selamat untuk teman-teman Sanggabuana, dan semoga ini juga menginspirasi yang lain, bahwa kita dapat melakukan sesuatu, berkontribusi melestarikan Owa jawa yang juga menjadi kebanggaan warga Karawang dan sekitarnya." Tutur Arief Setiawan yang biasa dipanggil Wawan ini.
Sementara itu,Kepala SKW IV Purwakarta BBKSDA Jabar, Vitriana mengatakan bahwa, Ekspedisi pendataan Owa Jawa di Sanggabuana merupakan langkah nyata, dari kepedulian banyak pihak dalam pelestarian satwa liar dilindungi.
"Ini merupakan langkah nyata banyak pihak, termasuk SCF dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yang merupakan aset kekayaan alam serta sumber daya genetik yang penting," kata Vitriana.
Data yang akurat, kata Vitriana, akan berperan dalam upaya pelestarian lanjutan untuk satwa endemik Owa Jawa sebagai satwa primata endemik Jawa agar dapat lestari, berkembang biak di habitat alaminya sehingga jauh dari ancaman kepunahan.
"Ini merupakan data yang penting untuk perkembangbiakan satwa endemik jawa di habitat aslinya, dengan upaya ini semoga dapat lestari, dan jauh dari kepunahan," pungkasnya.
(mso/mso)