Ular Naga dan 4 Hewan Eksotis Ini Huni Gunung Sanggabuana

Ular Naga dan 4 Hewan Eksotis Ini Huni Gunung Sanggabuana

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 11 Agu 2024 07:30 WIB
Ular Naga (Xenodermus javanicus)
Ular Naga (Xenodermus javanicus) (Foto: Β© Lutz ObelgΓΆnner / http://www.reptile-care.de/species/Serpentes/Xenodermatidae/Xenodermus-javanicus.html)
Bandung -

Pegunungan Sanggabuana yang berada di Kabupaten Karawang menyimpan berbagai satwa eksotis, Bahkan beberapa di antaranya terancam punah.

Salah satu LSM yang peduli terhadap kelestarian Gunung Sanggabuana, Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) mengungkapkan beberapa di antara banyak temuan mereka selama kurang lebih 5 tahun menjelajahi hutan Sanggabuana.

Berikut di antaranya hewan eksotis penghuni Sanggabuana :

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Elang Jawa

Elang JawaElang Jawa Foto: Merdeka Copper Gold

Masyarakat Sunda menyebut burung elang jawa dengan nama manuk dadali. Burung pemangsa ini banyak ditemukan di langit pegunungan Sanggabuana. Burung Elang Jawa yang menjadi top predator di angkasa ini pertama teridentifikasi oleh tim ekspedisi pada Juli 2020.

Elang jawa yang bernama latin Nisaetus bartelsi ini, merupakan burung yang dijadikan lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Sebagai satwa endemik jawa, burung elang jawa hanya ditemukan di Pulau Jawa saja.

ADVERTISEMENT

Dalam IUCN (Unternational Union for Conservation of Nature) Red List burung elang jawa masuk dalam kategori Endangered (EN). Sedangkan dalam CITES (the Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora) dikategorikan dalam Appendix 1, yaitu daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.

2. Macan Tutul Jawa

Macan tutul di perkampungan lereng Pegunungan Sanggabuana Karawang terekam kamera trapMacan tutul di perkampungan lereng Pegunungan Sanggabuana Karawang terekam kamera trap Foto: istimewa/SCF

Karnivora besar yang masih tersisa di Pegunungan Sanggabuana adalah macan tutul jawa atau Panthera pardus melas. Selain macan tutul jawa dengan pola totol juga ditemukan macan kumbang yang juga merupakan macan tutul melanistik atau mengalami kelainan pigmen sehingga warna rambut atau badannya gelap hitam.

Macan tutul jawa ini merupakan satwa endemik jawa dan merupakan satwa dilindungi dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi dalam Permen KLHK nomor 106 tahun 2018. Dalam IUCN Red List, macan tutul jawa masuk dalam kategori Critically Endagered (CR) dan Appendix 1 Cites atau terancam kritis.

3. Alap-alap Capung atau Alap-alap Terkecil di Dunia

Alap-alap capung atau burung terkecil di dunia dari keluarga Falcon ditemukan oleh tim Sanggabuana Wildlife Expedition di Pegunungan Sanggabuana, Karawang. Nama ilmiahnya adalah Microhierax fringillarius,Alap-alap capung atau burung terkecil di dunia dari keluarga Falcon ditemukan oleh tim Sanggabuana Wildlife Expedition di Pegunungan Sanggabuana, Karawang. Nama ilmiahnya adalah Microhierax fringillarius, Foto: (Bernard T/Istimewa)

Alap-alap Capung merupakan raptor atau burung pemangsa, dan merupakan jenis terkecil dari keluarga Falconidae. Burung yang mempunyai nama ilmiah Microhierax fringillarius ini juga pernah teridentifikasi oleh SCF di Pegunungan Sanggabuana pada April 2021 lalu.

Burung alap-alap capung merupakan burung berdarah panas, berukuran sepanjang 15 centimeter dengan berat sekitar 35-40 gram. Dalam IUCN Red List, pemakan serangga ini masuk dalam status Least Concern (LC) yang artinya daftar spesies yang tidak terancam punah, tetapi karena sering diperdagangkan.

Di pegunungan Sanggabuana, alap-alap capung ini terekam kamera video sedang menyuapi anaknya makan, dan berburu capung. Selain tongkeret dan serangga lain, burung ini menjadikan capung sebagai makanannya, hingga dinamakan alap-alap capung.

4. Owa Jawa

Penampakan owa Jawa di Pegunungan Sanggabuana.Penampakan owa Jawa di Pegunungan Sanggabuana. Foto: Istimewa

Selain raptor, ada lima jenis primata yang berhasil teridentifikasi oleh SCF di Pegunungan Sanggabuana. Salah satunya adalah Silvery Gibbon atau owa jawa.

Primata endemik jawa ini ditemukan hampir di sebagian besar punggungan Pegunungan Sanggabuana. Tiap pagi dan sore hari, nyanyian atau teriakan primata yang bernama ilmiah Hylobates moloch ini bisa didengar di beberapa lereng gunung.

Owa jawa sendiri merupakan salah satu keluarga primata besar yang tidak mempunyai ekor. Primata ini memakan dedaunan dan buah-buahan yang ada di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.

Sampai sekarang belum ada data pasti berapa populasi owa jawa yang ada di Sanggabuana, selain owa jawa, juga ada primata lain seperti lutung jawa, surili, dan monyet ekor panjang di Pegunungan Sanggabuana.

Owa Jawa sendiri merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup danKehutana Nomor 106 tahun 2018. Sedangkan Dalam IUCN Red List,Owa Jawa masuk dalam kategori Endagered (EN).

4. Katak Tanduk Jawa

[Gambas:Instagram]



Sepanjang perjalanan eksplorasinya SCF juga berhasil menemukan, herpetofauna unik di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana. Salah satunya adalah Katak Tanduk Jawa atau Javan Horned Frog.

Sesuai namanya, katak unik ini mempunyai perpanjangan dermal pada bagian mata yang menyerupai atau membentuk tanduk di atas matanya. Dengan adanya dua tanduk di atas mata inilah yang menjadikan katak ini diberi nama katak tanduk.

Hewan amfibi ini kadang juga disebut dengan katak serasah. Selain mempunyai perpanjangan dermal diatas kedua matanya, katak tanduk jawa juga mempunyai perpanjangan dermal di bagian hidungnya hingga bagian hidungnya meruncing.

Mengenai habitat katak tanduk jawa, Solihin menjelaskan, kerap ditemukan di dataran menengah sampai dataran tinggi.

Di Sanggabuana, katak tanduk jawa ditemukan di dekat aliran sungai di ketinggian sekitar 600 mdpl. Selain senang berada di dekat aliran sungai, katak bertanduk ini sering bersembunyi di balik serasah daun di dasar hutan.

Warna katak tanduk jawa, biasanya menyerupai serasah, sehingga mampu berkamuflase dengan baik untuk bersembunyi dari para predator.

5. Ular Naga Jawa

Ular naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Karawang.Ular naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Karawang. Foto: dok. Sanggabuana Conservation Foundation

Secara mengejutkan di hutan Pegunungan Sanggabuana ternyata juga ditemukan melata yang selama ini dianggap sebagai hewan mitologi, yaitu ular naga jawa.

Ular Naga Jawa atau Xenodermus javanicus ditemukan oleh tim eksplorasi SCF, ketika sedang melakukan pendataan herpetofauna di sepanjang aliran sungai Cikoleangkak, di ketinggian sekitar 600 mdpl di dalam kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.

Ular unik ini ditemukan dengan panjang sekitar 50 centimeter, dan terekam kamera memangsa anak katak (cebong). Keunikan hewan melata ini adalah sisiknya lebih kasar dibanding ular lain, dan mempunyai hemipenial atau duri yang menonjol di bagian punggung dan dorsal.

Barisan Hemipenial yang berjajar rapi di bagian punggung dan mempunyai semacam dua tanduk di bagian kepala, membuat ular ini mirip dengan ular naga dalam cerita mitologi.

Dalam IUCN Red List, Ular Naga Jawa masuk dalam kategori Least Concern (LC). Keberadaan ular naga di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana ini menjadi salah satu indikator lingkungan.

Ular naga jawa sangat rentan terhadap polusi dan perubahan lingkungan, keberadaan ular naga jawa, juga menjadi penanda bahwa ekosistem di sekitarnya masih baik, dan perlu dipertahankan.

(yum/yum)


Hide Ads