Geger Ular Naga di Karawang dan Kaitannya dengan Mitologi

Round Up

Geger Ular Naga di Karawang dan Kaitannya dengan Mitologi

Tim detikJabar - detikJabar
Kamis, 03 Nov 2022 20:45 WIB
Ular naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Karawang.
Ular naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Karawang. (Foto: dok. Sanggabuana Conservation Foundation)
Bandung -

Ular naga atau Xenodermus javanicus ditemukan di kawasan Pegunungan Sanggabuana, Karawang oleh Sanggabuana Conservation Foundation (CSF). Temuan ular ini dikaitkan sebagai hewan mitologi. Benarkah?

Meski namanya ular naga, namun hewan berdarah dingin itu dianggap sebagai spesies ular biasa. Hal tersebut dikatakan Amir Hamidy, Peneliti Herpetologi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

"Itu sebenarnya kalau kita bicara spesies jenis yang biasa, jadi itu nama latinnya Xenodermus javanicus," kata Amir saat dihubungi detikJabar melalui sambungan telepon, Kamis (3/11/2022).

Menurut Amir, ular naga yang ditemukan di Pegunungan Sanggabuana punya habitat tinggal di pedalaman hutan yang masih terjaga. Air yang jernih dan sungai berbatu jadi tempat favoritnya.

Ia juga menjelaskan, ular naga tersebut merupakan hewan malam. Sehingga wajar jika belum banyak orang yang familiar dengan bentuk dan jenisnya.

"Dia hidup di lokasi air yang masih jernih, sungai berbatu dan daerah pegunungan. Dia ular malam bukan ular siang jadi jarang orang lihat, hidupnya di hutan yang bagus," ucapnya.

Amir juga mengungkapkan, bentuk sisik ular tersebut yang berlunas atau menyerupai tanduk jadi alasan ular itu disebut-sebut sebagai ular naga

"Kenapa dikaitkan dengan mitologi ular naga, ya karena bentuk sisiknya aja tapi itu umum. Orang menyebutkan naga cuma istilah mitologi sebetulnya, dari suatu makhluk dan bisa dikaitkan kemana-mana. Salah satunya sisik berlunas kayak tanduk itu," tutur Amir.

Namun bukan hanya ular saja yang punya sebutan naga. Hewan-hewan lain yang punya bentuk sisik serupa juga punya istilah naga, seperti Komodo Dragon.

"Banyak yang disebut naga itu ada beberapa gak cuma ular itu aja, ada Komodo Dragon. Si ular ini unik, punya sisik berlunas makanya disebut naga. Jadi gak mengherankan sudah biasa ular ini tapi memang hidupnya di pegunungan yang sungai kecil berbatu ini," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan, sisik berlunas pada ular naga punya fungsi untuk bisa berjalan dan beraktivitas di bebatuan. "Kenapa sisiknya berlunas seperti itu, ya itu adaptasi dia di bebatuan agar bisa bergerak dengan tumpuan sisik yang bertonjol-tonjol itu," kata Amir.

Amir juga mengungkapkan, ular naga tersebut pertama kali ditemukan di Pulau Jawa pada kisaran tahun 1800 silam. Karena itulah, ular tersebut diberi nama Xenodermus javanicus.

Meski begitu, ia menyebutkan jika ular naga bukan dikatakan sebagai ular endemik dari Pulau Jawa. Sebab sejak dulu ular itu nyatanya memang telah ada di banyak tempat.

"Bukan (endemik Jawa) jadi kenapa disebut itu karena pertama kali ditemukan dari Jawa tahun 1800-an lah. Maka pertama ditemukan di Jawa tapi ternyata ada di Sumatera, Borneo (Kalimantan), semenanjung Malaysia dan Myanmar," ucapnya.

"Kalau bicara asal itu spesies sudah ada di muka bumi sejak berevolusi, tapi kapan orang menemukan itu tergantung ilmu pengetahuannya. Yang menemukan kan manusia yang kasih nama manusia. Ketika ditemukan pertama kali dari Jawa maka dikasih nama Xenodermus javanicus, tapi ternyata ada di tempat lain," tutur Amir menjelaskan.

Ular naga itu tidak termasuk dalam spesies yang terancam punah. Namun lantaran habitat aslinya yang semakin sedikit, keberadaan ular itu kian sulit ditemukan.

"Enggak cuma habitatnya yang spesifik dan di Jawa hutan yang masih bagus tinggal di pegunungan saja, sungai masih bagus kan hanya di beberapa taman nasional aja di situ posisinya," kata Amir.




(bba/dir)


Hide Ads