Abbad bin Bisyr RA adalah nama yang harum dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai salah satu sahabat Rasul dari kalangan Anshar yang paling setia.
Kehidupannya diisi dengan pengabdian penuh kepada Islam. Ia bahkan menjadi pengawal pribadi Rasulullah SAW.
Keteguhan iman menjadikannya teladan dalam berjihad dan beribadah. Berikut profil singkat Abbad bin Bisyr.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Abbad bin Bisyr RA
Menukil buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi karya Muhammad Raji Hasan Kinas, Abbad bin Bisyr bin Waqasy RA adalah sahabat Rasulullah SAW dari kalangan Anshar. Ia berasal dari suku Aus keturunan Bani Asyahli.
Abbad bin Bisyr RA memiliki dua panggilan akrab, yaitu Abu Bisyr dan Abu al-Rabbi.
Keutamaan dan posisi Abbad bin Bisyr RA di kalangan sahabat sangatlah tinggi. Aisyah RA bahkan pernah bersaksi:
"Ada tiga orang Anshar yang keutamaan mereka sebanding. Mereka semua dari Bani Abdul Asyhal, yaitu Sa'd bin Muaz, Usaid bin Hudhair, dan Abbad bin Bisyr."
Kisah Heroik Abbad bin Bisyr di Perang Dzaturriqa
Abbad bin Bisyr RA tercatat aktif mengikuti setiap pertempuran besar, termasuk Perang Badar dan Perang Uhud, mendampingi Rasulullah SAW. Namun, tindakan paling heroiknya yang tak terlupakan terjadi saat Perang Dzaturriqa.
Dalam perang tersebut, seorang muslim tak sengaja mengenai istri dari seorang musyrik dengan anak panah. Suami wanita itu bersumpah akan membalas dendam dengan membunuh salah satu sahabat Nabi, dan secara diam-diam mencari tahu lokasi Nabi SAW menginap malam itu.
Menurut Ringkasan Sirah Nabawiyah karya Muhammad Atim, saat itu, Rasulullah SAW memerintahkan Abbad bin Bisyr RA dan Amar bin Yasar RA untuk berjaga di gerbang Syi'ib. Saat Amar tertidur pulas, Abbad bin Bisyr RA memilih mendirikan salat sunnah sambil berjaga.
Melihat Abbad sedang salat, lelaki musyrik itu segera melepaskan panah dan tepat mengenai tubuh Abbad bin Bisyr RA.
Meskipun terluka, Abbad bin Bisyr RA tidak membatalkan salatnya. Ia hanya mencabut anak panah itu sambil tetap berdiri tegap. Lelaki musyrik itu melepaskan panah kedua, bahkan panah ketiga, namun Abbad bin Bisyr RA tetap mencabutnya, kemudian baru rukuk dan sujud menyelesaikan salatnya.
Selesai salat, barulah ia membangunkan Amar RA. Amar terkejut melihat lelaki musyrik itu ada di dekat mereka. Amar lebih terkejut lagi ketika melihat Abbad bin Bisyr RA berlumuran darah.
Malam untuk Ibadah, Siang untuk Jihad
Sepanjang hidupnya, Abbad bin Bisyr RA menunjukkan keseimbangan sempurna antara ibadah dan jihad. Ia membagi hidupnya menjadi dua:
- Malam Hari: Digunakan untuk beribadah dan membaca Al-Qur'an. Suara lantunan Al-Qur'annya yang lembut dikenal sangat menarik hati siapa pun yang mendengarnya.
- Siang Hari: Dimanfaatkan untuk berjihad melawan kaum kafir.
Saking cintanya Rasulullah SAW pada Abbad bin Bisyr RA, beliau pernah berdoa, "Ya Allah, ampunilah dia! (Menurut Ibn al-Atsir, 'Ya Allah, kasihilah Abbad'). Adakah sesuatu yang lebih diharapkan daripada ampunan dan rahmat Allah?"
Mimpi Kesyahidan di Perang Yamamah
Abbad bin Bisyr RA selalu mengikuti peperangan hingga Rasulullah SAW wafat. Namun, pengabdiannya berakhir saat Perang Yamamah melawan Musailamah al-Kazzab.
Satu malam menjelang keberangkatan, Abbad bin Bisyr RA bermimpi.
"Hai Abu Said, aku bermimpi langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. Aku menafsirkannya, Insyaallah, sebagai kesyahidan," katanya.
Abu Said berkata, "Demi Allah, sungguh baik mimpimu itu."
Mimpi orang-orang bertakwa adalah kebenaran. Keesokan harinya, Abbad bin Bisyr RA berangkat dan terbunuh sebagai syahid dalam peperangan itu. Semoga Allah SWT merahmatinya.
Wallahu a'lam.
(hnh/inf)












































Komentar Terbanyak
Sosok Pria Muslim Hentikan Penembakan Massal Yahudi di Pantai Bondi
Benarkah Malaikat Tidak Masuk Rumah yang Ada Anjingnya? Ini Penjelasan Ulama
Bolehkah Rujuk Tanpa Menikah Ulang Setelah Talak 1?