Zaid bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena keberanian dan keteguhannya dalam mempertahankan Islam. Ia merupakan kakak kandung dari Umar bin Khattab, khalifah kedua umat Islam, dan termasuk golongan Muhajirin yang pertama masuk Islam.
Nama lengkapnya adalah Zaid bin Khattab bin Nufail al-Adawi al-Qurasyi, seorang tokoh dari Bani 'Adi, suku Quraisy, keturunan Kinanah. Ia juga dikenal dengan kunyah Abu Abdirrahman, dan wafat sebagai syahid dalam Pertempuran Yamamah pada tahun 12 Hijriah.
Zaid bin Khattab dikenal sebagai pejuang tangguh yang selalu hadir di setiap pertempuran bersama Rasulullah SAW. Keberaniannya mencapai puncak ketika ia memegang panji pasukan Islam dalam perang melawan Musailamah al-Kazzab, nabi palsu yang mengancam persatuan umat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah hidup dan perjuangan Zaid bin Khattab menjadi teladan tentang keimanan yang kokoh dan keberanian tanpa pamrih di jalan Allah.
Kisah Zaid bin Khattab pada Perang Yamamah
Diceritakan dalam buku Biografi 60 Sahabat Nabi oleh Muhammad Khalid, perang Yamamah merupakan salah satu pertempuran besar yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq.
Pertempuran ini menjadi ujian berat bagi umat Islam dalam menumpas pemberontakan dan menghadapi ancaman nabi palsu bernama Musailamah al-Kazzab yang ingin menghancurkan agama Islam dari dalam.
Dalam pertempuran itu, sosok Zaid bin Khattab tampil sebagai salah satu pahlawan utama yang memegang panji pasukan Islam. Ia adalah sahabat Nabi yang dikenal gagah berani, tidak pernah absen dalam peperangan, dan selalu berada di garis depan dalam membela kebenaran serta melindungi agama Allah.
Pasukan Islam dipimpin oleh panglima besar Khalid bin Walid, sementara panji perang diserahkan kepada Zaid bin Khattab.
Penyerahan panji ini merupakan tanda kepercayaan tinggi dari para sahabat terhadap keteguhan iman dan keberanian Zaid, sekaligus simbol tanggung jawab besar dalam menjaga kehormatan pasukan Islam di medan tempur.
Musailamah al-Kazzab, pemimpin pasukan lawan, adalah seorang nabi palsu dari Bani Hanifah yang berhasil mengumpulkan ribuan pengikut. Ia memanfaatkan kekacauan politik pasca wafatnya Rasulullah SAW untuk menyebarkan ajaran sesat dan menantang kekuasaan Islam di Jazirah Arab.
Di antara barisan pengikut Musailamah, terdapat sosok yang sangat dicari oleh Zaid, yaitu Rajjal bin Unfuwwah. Rajjal merupakan mantan sahabat Nabi yang sebelumnya dikenal sebagai penghafal Al-Qur'an dan orang berilmu, namun ia kemudian murtad dan berpihak kepada Musailamah, menggunakan pengetahuannya untuk menipu masyarakat agar mengakui kenabian palsu.
Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya telah memperingatkan tentang bahaya seseorang seperti Rajjal.
Beliau bersabda bahwa akan ada seorang laki-laki dari umatnya yang gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud, dan setelah kemurtadan Rajjal, para sahabat meyakini bahwa sabda itu ditujukan kepadanya.
Ketika pertempuran Yamamah dimulai, pasukan muslim sempat mengalami tekanan berat karena jumlah pasukan Musailamah yang jauh lebih besar. Namun di tengah kekacauan dan kegentingan itu, Zaid bin Khattab berdiri tegak, mengangkat tinggi panji Islam sambil berseru agar kaum muslimin tidak mundur dan terus berjuang di jalan Allah.
Dengan keberanian luar biasa, Zaid maju menembus barisan musuh, menantang maut demi menegakkan kalimat tauhid. Ia terus menerjang hingga akhirnya berhasil mencapai target yang dicarinya, yaitu Rajjal bin Unfuwwah, dan dengan keberanian penuh, ia menebas pengkhianat itu hingga tewas di medan perang.
Kematian Rajjal menjadi titik balik dalam pertempuran Yamamah. Semangat pasukan Musailamah hancur seketika, sementara kaum muslimin bangkit kembali dengan semangat jihad yang menyala-nyala, hingga akhirnya Musailamah al-Kazzab terkepung di sebuah kebun besar yang dikenal dengan nama HadΔ«qat al-Maut (Taman Kematian).
Di tengah kemenangan besar itu, Zaid bin Khattab gugur sebagai syahid, setelah berjuang tanpa henti di garis terdepan. Ketika mendengar kabar kematian kakaknya, Umar bin Khattab berkata penuh haru, "Rahmat Allah bagi Zaid, ia mendahuluiku dalam dua keutamaan, masuk Islam lebih dahulu dan gugur syahid lebih dahulu pula."
(hnh/lus)












































Komentar Terbanyak
Pemerintah RI Legalkan Umrah Mandiri, Pengusaha Travel Umrah Syok
Umrah Mandiri Dilegalkan, Pengusaha Travel Teriak ke Prabowo
Rieke Diah Pitaloka Geram, Teriak ke Purbaya Gegara Ponpes Ditagih PBB