Setiap manusia tentu tidak terlepas dari kesalahan. Namun, yang membedakan adalah bagaimana seseorang menyikapi kesalahan itu: menutupi dan mengingkari, atau mengakuinya lalu kembali kepada Allah SWT. Inilah pelajaran besar dari kisah Nabi Adam AS, yang doanya diabadikan dalam surah Al-A'raf ayat 23.
Doa Taubat Nabi Adam AS dalam QS Al-A'raf Ayat 23
Ketika Nabi Adam AS dan Hawa melanggar larangan Allah SWT, keduanya segera menyadari betapa besar kesalahan yang telah dilakukan. Mereka tidak menyalahkan siapa pun, melainkan mengakui kelemahan diri dan memohon ampun dengan doa:
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab latin: Rabbanā ẓalamnā anfusana wa il lam tagfir lanā wa tar-ḥamnā lanakụnanna minal-khāsirīn
Artinya: "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf: 23)
Tafsir QS Al-A'raf Ayat 23
Menurut Tafsir Al-Azhar susunan Buya Hamka, surah Al-A'raf ayat 23 berisi doa Nabi Adam AS dan Hawa setelah melanggar larangan Allah: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."
Ayat ini menggambarkan bagaimana Adam AS dan Hawa menyadari kesalahan mereka. Mereka tidak menutupi dosa, justru mengakui bahwa kelemahan diri membuat mereka terpedaya bujukan iblis. Rasa ingin tahu yang tidak terkendali telah menyeret mereka untuk mengikuti kehendak setan dan mengabaikan perintah Allah SWT. Dari sinilah muncul kesadaran bahwa satu-satunya jalan keselamatan hanyalah kembali pada ampunan dan rahmat-Nya.
Kesadaran ini ditegaskan pula dalam surah Al-Baqarah ayat 37, bahwa doa tersebut sebenarnya diajarkan langsung oleh Allah SWT kepada Adam AS agar ia bertaubat. Dengan pengakuan yang jujur dan penuh penyesalan, Allah SWT pun menerima taubat mereka.
Namun, ampunan itu tidak berarti Adam AS dan Hawa tetap berada di surga. Peristiwa tersebut mengubah pandangan mereka terhadap kehidupan, khususnya dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Karena itu, meskipun kesalahan sudah diampuni, keduanya tetap harus keluar dari surga dan menjalani kehidupan baru di bumi.
Wallahu a'lam.
(inf/kri)
Komentar Terbanyak
Ketum PBNU Gus Yahya Minta Maaf Undang Peter Berkowitz Akademisi Pro-Israel
Bisakah Tes DNA untuk Menentukan Nasab? Ini Kata Buya Yahya
Kelaparan di Gaza Kian Memburuk, Korban Anak Meningkat