Ketika Nabi Ibrahim Membangun Kakbah, Ini Kisahnya

Ketika Nabi Ibrahim Membangun Kakbah, Ini Kisahnya

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Senin, 29 Jan 2024 08:00 WIB
Kabah ditutup untuk pemeliharaan berkala
Kakbah (Foto: Haramain via X @HaramainInfo)
Jakarta -

Siapa yang tidak mengenal Kakbah? Semua orang mengenalnya, baik yang muslim maupun non muslim. Begitu penting sejarahnya, sehingga kita perlu tahu bagaimana kisah Nabi Ibrahim membangun Kakbah.

Brilly El-Rasheed dalam Al-Bait: Misteri Sejarah Ka'bah dan Hilangnya di Akhir Zaman menyebutkan inilah rumah ibadah yang sangat penting bagi umat Islam dan arah tujuan utama ketika mendirikan salat.

Kakbah adalah masjid termulia dan yang pertama dalam sejarah umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 96-97 yang artinya,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia adalah (Baitullah) yang (berada) di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."

Kakbah bukanlah sesuatu yang muncul dengan sendirinya. Melainkan sebuah rumah ibadah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Nabi Ismail AS.

ADVERTISEMENT

Lantas, bagaimana kisah Nabi Ibrahim AS membangun Ka'bah?

Kisah Nabi Ibrahim Membangun Kakbah

Kisah Nabi Ibrahim membangun Kakbah beberapa kali disinggung oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an. Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni dalam Kisah-Kisah dalam Al-Qur'an menyebutkan bahwa pembangunan Kakbah adalah perintah dari Allah SWT.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA. Ia menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS berkata,

"Wahai Ismail, sesungguhnya Allah memerintahkan sesuatu kepadaku."

Ismail AS menjawab, "Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhan!"

"Apakah kamu mau membantuku?" Jawab Ibrahim AS.

Ismail berkata, "Aku akan membantumu."

Kemudian, Nabi Ibrahim AS berkata,

"Sesungguhnya Allah telah menyuruhku untuk membangun sebuah rumah di sini, sembari menunjuk kepada anak bukit. Keduanya lalu menggali pondasi seraya berdoa, "Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."

Setelah itu, Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS meninggikan pondasi Ka'bah. Ismail membawa batu dan memikulnya di atas pundaknya.

Sementara itu, ayahnya, Ibrahim AS, membangun dan menyusun batu-batu itu hingga beberapa tumpukan. Setelah menjadi tinggi dan Nabi Ibrahim AS sulit untuk menjangkaunya, Ismail AS datang membawa batu dan meletakkannya di bawah kaki ayahnya.

Batu yang digunakan sebagai pijakan Nabi Ibrahim AS inilah yang kelak menjadi Maqam. Yakni, tempat Ibrahim AS berdiri di atasnya.

Di saat Nabi Ibrahim AS menyusun batu-batu itu, Ismail AS terus mengambil batu yang lain dan memikulnya hingga bangunan Ka'bah itu selesai.

Keduanya berkata,

"Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."

Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS membangun Ka'bah setiap hari meskipun hari-hari itu dilalui dengan cuaca yang amat panas dan terik. Di setiap langkah dan proses pembangunan itu, lisan keduanya tak pernah berhenti untuk mengucapkan doa,

"Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."

Keduanya senantiasa mengucapkan doa ini karena takut amal mereka tidak diterima Allah SWT. Meskipun pintu amal telah dibuka, namun pintu diterimanya amal masih tertutup. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS terus berdoa kepada Allah SWT.

Ketika pembangunan Ka'bah hampir selesai, Nabi Ibrahim AS masih merasa ada yang kurang dengannya. Ia membutuhkan sebuah tanda untuk memulai dan mengakhiri tawaf.

Kemudian ia menyuruh Ismail untuk mencari sebuah batu. Ia pun mencarinya dengan mendaki wilayah bukit, hingga datanglah Jibril dengan membawa batu (Hajar Aswad) sembari meletakkannya di salah satu sudut Ka'bah.

Ismail lalu menghampiri ayahnya, sementara Hajar Aswad telah menancap dengan kokoh. Dia lalu berkata, "Wahai ayah, siapa yang membawakan untukmu batu ini?"

Nabi Ibrahim AS menjawab, "Jibril datang kepadaku dari langit dan menyusun batu ini."

Dengan penempatan Hajar Aswad di sudut Ka'bah ini, lengkap sudah proses pembangunannya. Kemudian, keduanya berdoa kepada Allah SWT sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 128-129 yang artinya,

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunah) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Ibrahim AS kemudian berkata, "Tuhan, aku telah selesai membangunnya."

Allah SWT lalu memerintahkan Ibrahim AS untuk berseru kepada manusia untuk mengerjakan ibadah haji. Namun, Ibrahim AS merasa suaranya tidak akan bisa mencapai orang-orang yang jauh itu.

Allah SWT berkata, "Serukanlah, dan Aku akan menyampaikan!" lalu Nabi Ibrahim AS pun melaksanakan perintah-Nya dengan berseru,

"Wahai manusia, telah diwajibkan kepada kalian untuk melaksanakan ibadah haji, haji ke Baitullah!"

Seketika, segala sesuatu menjawab seruannya tersebut, bahkan anak-anak yang masih berada di tulang rusuk ayahnya pun dapat mendengarnya.

Maka barang siapa yang mendengarnya, dia termasuk dari golongan orang yang berhaji, sehingga Allah SWT mengampuni dosa dan menerima hajinya.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads