Potret Satelit Ungkap Luasnya Kerusakan di Jalur Gaza: Kota Menjadi Gurun Puing

Potret Satelit Ungkap Luasnya Kerusakan di Jalur Gaza: Kota Menjadi Gurun Puing

Devi Setya - detikHikmah
Rabu, 29 Okt 2025 20:45 WIB
Potret Satelit Ungkap Luasnya Kerusakan di Jalur Gaza: Kota Menjadi Gurun Puing
Kondisi Gaza Terkini Foto: Planet Labs PBC
Jakarta -

Potret citra satelit terbaru menunjukkan betapa parahnya kerusakan di Jalur Gaza setelah dua tahun pemboman berturut-turut oleh Israel. Wilayah yang dulunya padat penduduk, penuh kehidupan, dan hijau kini berubah menjadi hamparan gurun puing tanpa warna.

Foto-foto udara ini menjadi bukti nyata dari skala kehancuran yang luar biasa di wilayah Palestina tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari NBC News, Rabu (29/10/2025), gambar satelit yang diambil oleh Planet Labs PBC, perusahaan pencitraan berbasis di San Francisco, memperlihatkan transformasi drastis Jalur Gaza sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan yang dimulai sebagai respons terhadap aksi militan Hamas di Israel kini telah menghancurkan hampir seluruh sendi kehidupan di Gaza.

Berdasarkan laporan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), sekitar 80 persen bangunan di Jalur Gaza telah rusak atau hancur. Kota Gaza, yang menjadi pusat serangan darat terbaru Israel, kini berubah total. Lapangan olahraga, taman kota, dan waduk yang dulunya menjadi ruang publik bagi warga telah musnah dari peta, berganti dengan tanah tandus dan reruntuhan bangunan.

ADVERTISEMENT

Rafah dan Al-Mawasi: Dari Lahan Hijau Menjadi Kota Tenda

Kondisi yang paling mencolok terlihat di wilayah selatan Gaza, terutama di Rafah dan Al-Mawasi.

Al-Mawasi, yang dulunya merupakan lahan pertanian subur di utara Rafah, kini menjadi kota tenda raksasa. Ratusan ribu pengungsi menempati area sempit itu tanpa infrastruktur memadai. Air bersih, tempat berlindung yang layak, serta sistem sanitasi hampir tidak tersedia.

Daerah ini disebut sebagai "zona aman", tetapi sering kali justru menjadi sasaran serangan selama perang berlangsung.

Sementara itu, populasi Rafah membengkak menjadi sekitar 1,4 juta jiwa, atau lebih dari separuh total penduduk Gaza. Kota yang padat dan penuh tekanan itu kini hampir tidak layak huni.

Bangunan-bangunan banyak yang runtuh, berwarna hitam akibat terbakar, dan menyisakan tumpukan beton serta logam bengkok. Jalanan yang dulu ramai kini hanya menjadi urat-urat debu yang menandai jejak kota yang pernah hidup.

Sebelum perang, Jalur Gaza dikenal dengan bentang alamnya yang hijau di beberapa titik, lahan pertanian, kebun zaitun, serta ladang gandum yang menopang ekonomi lokal.

Kini, hamparan hijau itu telah berubah menjadi lautan debu dan tenda pengungsi. Citra satelit memperlihatkan perbedaan kontras: dari wilayah subur menjadi area kering yang hampir tak lagi memiliki vegetasi.

Transformasi ekologis ini tidak hanya berarti kehilangan sumber pangan, tetapi juga memperparah krisis lingkungan. Limbah perang, reruntuhan bangunan, dan minimnya sistem pembuangan menyebabkan polusi tanah dan air semakin parah.

Tuntutan Internasional untuk Hentikan Serangan

Komunitas internasional telah berulang kali menyerukan Israel untuk menghentikan serangan daratnya di Gaza, terutama mengingat kondisi kemanusiaan yang memburuk.

Laporan dari berbagai lembaga kemanusiaan menunjukkan bahwa wilayah tersebut kini menghadapi krisis kelaparan, wabah penyakit, serta kekurangan obat-obatan yang akut.

Namun, hingga kini serangan masih terus berlangsung, dengan alasan untuk menumpas kelompok Hamas yang dituding bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera.

Korban Jiwa yang Terus Bertambah

Sejak saat itu, konflik meningkat menjadi kampanye militer besar-besaran. Menurut pejabat kesehatan Palestina, lebih dari 67.000 orang telah tewas di Jalur Gaza, termasuk ribuan anak-anak. Angka ini menggambarkan besarnya penderitaan warga sipil yang terperangkap di tengah perang tanpa tempat berlindung yang aman.

Sementara itu, bangunan penting seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik banyak yang tidak lagi berfungsi. Infrastruktur dasar seperti listrik dan air hampir sepenuhnya lumpuh. Situasi ini memicu keprihatinan mendalam dari berbagai organisasi internasional yang menilai Gaza telah menjadi "zona bencana kemanusiaan".

Gaza Kini: Bayangan Kota yang Hilang

Citra satelit terbaru menggambarkan Gaza sebagai kota yang kehilangan warna dan kehidupan. Dari ketinggian, tampak ribuan rumah berubah menjadi puing, ladang hijau menjadi abu, dan jalan-jalan tua masih terlihat samar di antara reruntuhan.

Di tengah lanskap yang porak-poranda itu, masyarakat Gaza berjuang untuk bertahan hidup, mencari air, makanan, dan harapan di bawah bayang-bayang kehancuran.

Dua tahun perang tanpa henti telah mengubah Jalur Gaza dari wilayah yang hidup menjadi kawasan puing dan debu.

Citra satelit bukan sekadar dokumentasi visual, melainkan cermin dari penderitaan manusia yang mendalam. Di balik angka dan statistik korban, ada jutaan jiwa yang kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan.




(dvs/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads