Dokter Internasional Sebut Sniper Israel Sengaja Tembak Anak-anak di Gaza

Dokter Internasional Sebut Sniper Israel Sengaja Tembak Anak-anak di Gaza

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Senin, 15 Sep 2025 17:00 WIB
A wounded Palestinian child receives treatment at a hospital, in the aftermath of an Israeli strike, amid the ongoing conflict between Israel and Hamas, in Nuseirat in the central Gaza Strip, December 20, 2024. REUTERS/Khamis Said
Tangisan anak-anak Gaza di RS. Foto: REUTERS/Khamis Said
Gaza -

Tim dokter internasional yang bekerja di Gaza telah menemukan pola luka tembak yang tak biasa dan mengkhawatirkan pada anak-anak Gaza yang mereka tangani. Pola luka ini seperti bukan kecelakaan.

Temuan ini dipublikasi pada Sabtu (13/9/2025) oleh harian Belanda de Volkskrant dan dilaporkan oleh kantor berita Anadolu News Agency. Investigasi ini didasarkan pada kesaksian dari 17 dokter dan seorang perawat dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada dan Belanda yang semuanya bertugas di enam rumah sakit dan empat klinik di Gaza sejak Oktober 2023. Kebanyakan dari mereka sudah memiliki pengalaman sebelumnya di zona krisis, termasuk Sudan, Afganistan dan Ukraina.

Lima belas tenaga medis profesional mengatakan kepada de Volkskrant bahwa mereka secara kolektif telah merawat setidaknya 114 anak, semuanya berusia 15 tahun atau lebih muda. Masing-masing mengalami satu luka tembak di kepala atau dada. Sebagian besar luka-luka ini berakibat fatal. Kasus-kasus tersebut tercatat di 10 fasilitas medis berbeda antara akhir 2023 dan pertengahan 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokter bedah trauma dari AS, Feroze Sidhwa menceritakan kembali hari pertamanya di Rumah Sakit Eropa pada Maret 2024. Kala itu, empat anak laki-laki dengan usia di bawah 10 tahun dirawat dalam waktu 48 jam, semuanya datang dengan luka tembak yang identik di kepala.

ADVERTISEMENT

"Bagaimana mungkin di rumah sakit kecil seperti ini dalam waktu 48 jam, empat anak datang dengan luka tembak di bagian kepala?" ujar Sidhwa kepada surat kabar tersebut. Selang 13 hari berikutnya, ia menangani lebih dari sembilan anak dengan luka yang sama.

Ia kemudian bertemu dengan seorang rekan dokter di rumah sakit lain yang melaporkan kejadian seperti kasus serupa "hampir setiap hari", sehingga mendorongnya untuk menyimpulkan: "Saat itulah saya memutuskan: Saya harus mencari tahu apa yang terjadi di sini."

Dilansir Palestine Chronicle, Minggu (14/9/2025) Sidhwa mengatakan bahwa "sangat tidak mungkin disebabkan oleh kecelakaan." Para dokter yang diwawancarai menekankan bahwa sifat luka-luka tersebut membuatnya sangat kecil kemungkinan terjadi karena kecelakaan.

Ahli-ahli forensik yang dikonsultasikan oleh de Volkskrant mendukung penilaian ini, bahwa keseragaman luka-luka tersebut menunjukkan adanya tembakan yang disengaja, kemungkinan dari penembak atau pesawat tanpa awak jarak jauh.

Pengungkapan ini muncul di tengah berlanjutnya bombardir Israel terhadap Gaza yang menewaskan puluhan warga Palestina setiap hari dan memaksa warganya untuk mengungsi secara massal.

Akan tetapi Israel secara konsisten membantah tuduhan bahwa pasukannya sengaja menargetkan warga sipil, termasuk anak-anak.

Anadolu News Agency mengatakan para dokter mengalami dilema moral terhadap apa yang mereka hadapi. Jika berbicara sangat berisiko dapat dilarang kembali ke Gaza.

Menurut PBB, Israel telah menolak lebih dari 100 tenaga kesehatan internasional sejak Maret 2025 tanpa penjelasan rinci. Namun, banyak yang bersikeras bahwa diam bukan lagi pilihan. "Tidak berbicara bukan lagi pilihan," kata seorang dokter kepada de Volkskrant.




(lus/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads