Agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menghargai tamu. Dalam kitab Ad-Durrah As-Salafiyyah Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyah oleh Imam Muhyidin An-Nawawi yang diterjemahkan Salafuddin Abu Sayyid, disebutkan hadits tentang memuliakan tamu.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR Muslim).
Rasulullah dan para sahabatnya senantiasa memberikan contoh bagaimana mereka memuliakan tamunya. Seperti kisah seorang sahabat nabi dari kaum Ansar yang rela menahan lapar semalaman demi menghargai tamu.
Simak kisahnya berikut ini yang dikutip dari buku Kumpulan Kisah Teladan yang menukil kitab Rijal Hawla Rasul, karya Khalid Muhammad Khalid.
Kisah Sahabat Nabi Memuliakan Tamu hingga Menahan Lapar
Diceritakan bahwa seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW dan menceritakan kepada beliau tentang kelaparan yang dialaminya. Kebetulan, pada saat itu, Rasulullah SAW tidak memiliki makanan, baik untuk dirinya sendiri maupun di rumahnya, yang bisa diberikan kepada orang tersebut.
Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada para sahabat, "Adakah di antara kalian yang sanggup menjamu orang ini sebagai tamunya malam ini atas namaku?"
Seorang dari kaum Ansar menyahut, "Wahai Rasulullah, saya sanggup melakukan seperti yang Tuan kehendaki."
Orang Ansar itu pun membawa tamu tadi ke rumahnya dan berkata kepada istrinya, "Lihatlah bahwa orang ini adalah tamu Rasulullah SAW. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kesanggupan yang kita miliki. Ketika melakukannya, janganlah kita menyisakan makanan apa pun yang ada di rumah ini."
Sang istri menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya, aku tidak memiliki makanan apa pun selain sedikit yang hanya cukup untuk anak-anak kita di rumah ini."
Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu, tidurkanlah mereka lebih awal tanpa memberi mereka makan. Ketika aku duduk berbincang dengan tamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan ketika kami mulai makan, engkau padamkanlah lampu itu, berpura-pura hendak membetulkannya kembali agar tamu itu tidak mengetahui bahwa aku tidak makan bersamanya."
Rencana itu berjalan dengan lancar. Seluruh keluarga, termasuk anak-anak mereka, menahan lapar semata-mata agar tamu tersebut bisa makan hingga merasa kenyang.
Atas peristiwa ini, Allah SWT menurunkan firman-Nya dalam Surah Al-Hasyr ayat 9:
"Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan."
Kisah ini menjadi bukti nyata tentang keutamaan kaum Ansar dalam mendahulukan kebutuhan orang lain meskipun mereka sendiri dalam kondisi sulit.
Selain itu, kisah ini juga dapat menjadi teladan bagi umat Islam tentang bagaimana perilaku seorang sahabat nabi yang saleh dalam memuliakan tamunya.
Wallahu a'lam.
(inf/kri)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana