PP Muhammadiyah: Akad Syariah Berkembang Pesat, Nonmuslim Juga Ambil

PP Muhammadiyah: Akad Syariah Berkembang Pesat, Nonmuslim Juga Ambil

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 13 Jan 2025 13:58 WIB
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr KH Saad Ibrahim MA dalam acara Maybank Shariah Thought Leaders Forum 2025 di Fairmont Hotel, Jakarta, Senin (13/1/2025).
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr KH Saad Ibrahim MA dalam acara Maybank Shariah Thought Leaders Forum 2025 di Fairmont Hotel, Jakarta, Senin (13/1/2025). Foto: Anisa Rizki/detikHikmah
Jakarta -

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr KH Saad Ibrahim menyebut peminat akad syariah bukan hanya dari kalangan muslim. Menurut data yang ia peroleh di lapangan, nonmuslim juga tertarik mengambilnya.

"Tadi dari laporan yang disampaikan, termasuk yang saya dengar dari Bu Mar (Komisaris Independen Maybank Indonesia), justru setelah kebijakan (syariah first) ini, syariahnya berkembang besar," kata Kiai Saad dalam sambutannya di acara Maybank Shariah Thought Leaders Forum 2025 di Fairmont Hotel, Jakarta, Senin (13/1/2025).

"Dan ketika kami turun ke daerah beberapa waktu yang lalu, ke Balikpapan, ke Padang, ke Malang, ke Surabaya, dapet info bahwa yang ngambil transaksi-transaksi syariah, ya akad-akad syariah, tidak hanya yang muslim, tapi juga yang nonmuslim," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dewan Pengawas Syariah itu mengatakan, berkembang pesatnya transaksi syariah ini dapat mengubah orientasi muslim menjadi ideologis. Sementara itu, nonmuslim berorientasi pada profit.

"Maknanya apa? Yang pertama, hampir pasti yang muslim orientasinya berubah ideologis. Tentu di samping ideologis juga profit. Tapi yang nonmuslim, hampir pasti atau bahkan pasti orientasinya adalah profit," lanjut Saad.

ADVERTISEMENT

Ia juga menuturkan, tak heran jika banyak bank syariah di berbagai negara seperti Perancis dan Jerman yang memiliki perkembangan pesat. Sebab, syariah mendatangkan kemaslahatan, hikmah dan kebaikan.

"Tidak hanya pada orang yang secara teologis menerima syariah, tapi juga pada semuanya. Maka ungkapan dalam Islam, rahmatan lil alamin, tentu juga ditujukan kepada yang baik muslim maupun tidak muslim," terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 itu turut menjabarkan tentang empat hal yang terlihat dari diri seseorang bahwa ia memiliki relasi yang baik dengan hartanya.

"Yang pertama, harus ada dimensi teologis bahwa kekayaan yang dimilikinya itu sebagai milik yang disebut dengan al-milkul mustaf, milik atas dasar pinjaman. Pinjaman dari mana? Tentu dari pemilik yang hakiki yaitu Allah," ujarnya.

Kedua, lanjutnya, Allah sebagai pencipta alam semesta memiliki aturan. Aturan itu dibawa oleh para nabi dan rasul mengenai prinsip syariah.

"Maka ketika kita sudah punya dimensi teologis tadi, lalu kita praktekkan petunjuk Allah dalam konteks ini syariah, dalam hal menghimpun kekayaan, dalam hal bermuamalah salah satunya. Maka ini tanda yang kedua," lanjut Saad.

Tanda yang ketiga yaitu etos kerja yang tinggi. Sebab, bermalas-malasan termasuk tindakan kufur dalam Islam.

"Malas adalah tanda kekufuran," tambah Saad.

Terakhir adalah sikap. "Ketika sudah diperoleh, lalu bagaimana sikap kita? Ketika kemudian gagal, lalu bagaimana sikap kita? Ketika sudah diperoleh, lalu digunakan di jalan Tuhan, digunakan terutama berpihak pada yang lemah, maka itu tanda kebaikan," terangnya.


Menurut Saad, proses-proses tersebut menjadi penting ketika bermuamalah.




(aeb/kri)

Hide Ads