Kiai Ageng Hasan Besari adalah tokoh ulama besar yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa pada abad ke-18. Ia dikenal sebagai pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo. Dari pesantren itulah lahir tokoh-tokoh besar yang menjadi ulama hingga pemimpin masyarakat.
Nama Kiai Ageng Hasan Besari sendiri tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjalanan Islam di Nusantara. Ia adalah sosok kharismatik yang berhasil menyatukan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal dan menjadikannya diterima luas oleh masyarakat Jawa.
Sebagai seorang ulama besar, Kiai Ageng Hasan Besari juga dikenal sebagai guru dari berbagai tokoh berpengaruh, termasuk kalangan bangsawan dan raja. Hal ini menjadikannya tidak hanya berperan dalam dakwah, tetapi juga dalam mencetak generasi pemimpin yang berwawasan luas dan berkarakter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Kiai Ageng Hasan Besari
Menurut artikel Ketokohan Syekh Hasan Besari Ponorogo: Teladan Keberagamaan, Kebudayaan, Kebangsaan tulisan Muhammad Hasyim yang dipresentasikan dalam The 2nd International Conference on Engineering, Technology, and Social Sciences 2020 menyebutkan, Kiai Ageng Hasan Besari adalah seorang ulama besar Nusantara yang hidup pada abad ke-18.
Kiai Ageng Hasan Besari lahir di Tegalsari, Ponorogo, pada 1729. Ia adalah putra kedua dari Kiai Muhammad Ilyas, hasil pernikahannya dengan istri pertama. Dengan silsilah yang terhubung langsung kepada pendiri Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Kiai Ageng Muhammad Besari, Kiai Hasan Besari memiliki latar belakang keluarga ulama yang kuat.
Pondok Pesantren Gebang Tinatar semasa kepemimpinan Kiai Ageng Hasan Besari mencapai masa keemasannya yang kemudian lebih dikenal sebagai Pondok Tegalsari dan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar pada masanya.
Lingkungan pesantren yang mendidik dan penuh nilai-nilai agama membuat Kiai Ageng Hasan Besari tumbuh menjadi sosok yang berilmu tinggi. Kehidupan di pondok pesantren tidak hanya membentuk kecerdasannya, tetapi juga menjadikannya pribadi yang memiliki wawasan luas dalam berbagai disiplin ilmu.
Nama besarnya tidak lepas dari pengaruh keluarga besarnya termasuk kakeknya, Kiai Ageng Muhammad Besari. Sang kakek memiliki sembilan anak yang salah satu keturunannya menjadi Sultan di Selangor, Malaysia.
Selain berasal dari keluarga ulama, Kiai Hasan Besari juga memiliki garis keturunan yang agung dengan Nabi Muhammad SAW, seperti yang diungkapkan oleh Fuad Fitriawan dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kyai Muhammad Hasan dalam Proses Penyebaran Agama Islam Di Desa Karanggebang yang diterbitkan pada Jurnal Dialogia, Vol. 15 Nomor 2, edisi Desember 2017.
Kiai Hasan Besari masih memiliki hubungan darah dengan dua tokoh Walisongo, yaitu Sunan Giri dan Sunan Ampel. Jika ditelusuri lebih jauh, silsilah keluarganya terhubung dengan Sayyid Zainal Abidin dan Sayyid Husein keturunan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai seorang ulama yang tumbuh di lingkungan pesantren, Kiai Ageng Hasan Besari dikenal sebagai sosok yang alim, sabar, cerdas, dan ahli dalam menjalani tirakat. Kepribadiannya yang penuh hikmah serta penampilan yang gagah dan berwibawa membuatnya sangat dihormati.
Peran Kiai Ageng Hasan Besari di Bidang Pendidikan
Menurut penjelasan dalam buku 99 Kiai Kharismatik Indonesia Jilid 1 karya A. Aziz Masyhuri, Kiai Ageng Hasan Besari dikenal sebagai salah satu tokoh penting yang membawa Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari, Ponorogo, mencapai masa keemasan.
Kiai Ageng Hasan Besari menjadi pemimpin pesantren setelah ayahnya, KH Ilyas Besari, meninggal pada 1800. Ia memimpin selama lebih dari enam dekade hingga 1862. Dalam periode panjang ini, ia berhasil menjadikan Tegalsari sebagai pusat pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di Nusantara.
Sebagai seorang ulama dengan keilmuan mendalam dan karisma luar biasa, Kiai Ageng Hasan Besari mampu menarik banyak santri dari berbagai daerah di Indonesia. Para santri yang belajar di Tegalsari datang dari wilayah-wilayah seperti Banten, Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, hingga Karawang.
Kiai Ageng Hasan Besari tidak hanya melanjutkan fondasi pendidikan yang telah diletakkan oleh pendahulunya, Kiai Ageng Muhammad Besari, tetapi juga memperluas pengaruh Tegalsari hingga menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di masanya.
Ia berhasil mencetak generasi santri yang memiliki wawasan luas, penguasaan ilmu keagamaan yang mendalam, serta kepemimpinan yang tangguh. Masa kepemimpinan Kiai Ageng Hasan Besari menjadi era keemasan bagi Pesantren Tegalsari, pesantren ini dikenal sebagai pusat ilmu yang melahirkan banyak tokoh penting.
Tokoh Penting yang Muncul dari Kiai Ageng Hasan Besari
Kiai Ageng Hasan Besari bukan hanya dikenal sebagai ulama besar, tetapi juga sebagai sosok yang berperan melahirkan generasi intelektual dan tokoh-tokoh berpengaruh di Nusantara.
Pesantren Tegalsari yang diasuhnya menjadi tempat belajar para tokoh besar, seperti Raden Ngabehi Ronggowarsito, seorang pujangga terkenal dari Surakarta, dan Kiai Haji Abdul Manna sebagai pendiri Pesantren Tremas. Selain mereka, ada pula Kiai Haji Mujahid yaitu pengasuh Pesantren Sidoresmo di Surabaya yang juga menjadi salah satu didikannya.
Raden Ngabehi Ronggowarsito selama menimba ilmu di Pesantren Tegalsari dikenal dengan nama Raden Burhan. Kehadiran para tokoh besar ini menunjukkan bagaimana Pesantren Tegalsari di bawah bimbingan Kiai Ageng Hasan Besari menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya membekali ilmu agama tetapi juga membentuk karakter santrinya untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh.
Dari sisi keturunan, Kiai Ageng Hasan Besari juga memiliki hubungan darah dengan keluarga ningrat. Mengutip dari buku Ensiklopedi Tokoh Nasional: Haji Oemar Said Cokroaminoto tulisan Agus Salim, salah satu keturunan Kiai Ageng Hasan Besari adalah Raden Mas Cokroaminoto, yang juga memiliki peran penting dalam sejarah.
Garis ini memperlihatkan bahwa warisan Kiai Ageng Hasan Besari tidak hanya meluas melalui keilmuan dan santrinya, tetapi juga melalui keturunannya yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa.
Wafatnya Kiai Ageng Hasan Besari
Kiai Ageng Hasan Besari wafat pada tanggal 9 Januari 1862 M dalam usia sekitar 100 tahun. Ada perbedaan terkait tahun wafatnya.
Ia meninggalkan 10 anak dan 44 cucu. Jenazahnya dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga yang terletak di Tegalsari, berdekatan dengan makam kakek dan ayahnya.
Setelah wafatnya Kiai Ageng Hasan Besari, terjadi perubahan dalam struktur kepemimpinan di wilayah Tegalsari dan sekitarnya. Desa Karanggebang dan Pohlima dipisahkan dari Tegalsari.
Anaknya dari pernikahan dengan Raden Ayu, salah satu putri Paku Buwono IV, yaitu Raden Hasan Ripangi, diangkat menjadi kepala perdikan. Sementara itu, kepemimpinan Pesantren Tegalsari dilanjutkan oleh putra sulung beliau, Kiai Hasan Anom dari istri pertama. Sayangnya, Kiai Hasan Anom wafat pada 1873 dan kepemimpinan Tegalsari kemudian diteruskan oleh adiknya, Kiai Hasan Kalipo.
Hingga saat ini, nama Kiai Ageng Hasan Besari tetap dikenal luas, khususnya di Ponorogo. Makamnya di Tegalsari menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi, baik oleh masyarakat lokal maupun dari luar daerah.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina