Mengenal KH. Wahid Hasyim, Pahlawan Nasional yang Khatam Al-Qur'an di Usia 7 Tahun

Mengenal KH. Wahid Hasyim, Pahlawan Nasional yang Khatam Al-Qur'an di Usia 7 Tahun

Devi Setya - detikHikmah
Jumat, 10 Nov 2023 10:15 WIB
KH. Wahid Hasyim, Pahlawan Nasional yang Khatam Al-Quran di Usia 7 Tahun
KH. Wahid Hasyim, Pahlawan Nasional yang Khatam Al-Qur'an di Usia 7 Tahun Foto: Dok. Kemenag
Jakarta -

Banyak Pahlawan Nasional yang datang dari kalangan kiai dan ulama, salah satunya KH. Abdul Wahid Hasyim atau dikenal juga sebagai KH. Wahid Hasyim. Bukan hanya unggul dalam bidang agama Islam, KH. Wahid Hasyim juga memiliki jasa besar pada masa kemerdekaan Indonesia.

KH. Wahid Hasyim adalah pria kelahiran Jombang, 1 Juni 1914. Pria yang akrab disapa Kyai Wahid ini dikenal sebagai sosok yang cerdas.

Melansir laman Kemenag, Kamis (9/11/2023) KH. Wahid Hasyim telah khatam Al-Qur'an saat usianya baru menginjak 7 tahun. Ia belajar Al-Qur'an dari sosok ayahanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Putra pertama dari 15 orang bersaudara, anak pasangan KH. Hasyim Asyari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas ini juga dikenal mahir menggunakan huruf latin, bahasa Belanda dan Inggris pada usia 15 tahun, tanpa mengenyam pendidikan kolonial.

KH. Wahid Hasyim Pernah Belajar di Makkah

Pendidikan KH. Wahid Hasyim dimulai dengan belajar di bangku Madrasah Salafiyah di Pesantren Tebuireng. Ia juga sempat mendalami ilmu di beberapa pesantren, seperti di Pondok Siwalan, Panji, sebuah pesantren tua di Sidoarjo. Setelah setahun di Pondok Siwalan, ia pindah ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

ADVERTISEMENT

Melansir laman Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), Kamis (9/11/2023) KH. Wahid Hasyim baru memahami huruf latin di usianya yang menginjak 15 tahun.

Ia kemudian mempelajari berbagai pengetahuan dengan berlangganan berbagai majalah, dalam dan luar negeri, mengikuti kursus bahasa Belanda, Arab dan Inggris. Melalui cara ini, pengetahuan dan wawasannya semakin luas.

Tahun 1932, KH Wahid Hasyim menunaikan ibadah haji dan tinggal di Makkah hingga tahun 1933. Masa ini dimanfaatkan untuk menggali ilmu agama.

Pulang dari Makkah, KH Wahid Hasyim yang masih berusia 19 tahun kemudian mulai terjun ke dalam pergerakan, khususnya pangkalan utamanya untuk meningkatkan mutu pesantren dalam membentuk santri intelektual.

Kiprahnya dalam Kemerdekaan Indonesia

KH. Wahid Hasyim pernah memegang tanggung jawab sebagai bagian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU).

Ketika Jepang datang semua organisasi dilarang bergerak, tak terkecuali NU. Wadah umat Islam yang diizinkan hanya MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia = Dewan Tertinggi Islam di Indonesia) di bawah pimpinan K.H. Wahid Hasyim.

Kedudukan inilah yang mengantarnya ke pusat perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang, menjadi anggota Cou Sangi In, kemudian anggota Dokuritsu Jumbi Cosakai hingga panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

KH. Wahid Hasyim adalah salah satu dari 9 orang yang menandatangani Piagam Jakarta yang intinya menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar RI 1945.

Pada tahun 1943, KH. Wahid Hasyim menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Putera pendiri Nahdlatul Ulama (KH Hasyim Asy'ari) ini juga terlibat dalam keanggotaan BPUPKI dan PPKI dan menjadi anggota termuda yang menandatangani Piagam Jakarta.

Menjadi Menteri Agama dan Dikukuhkan Sebagai Pahlawan Nasional

KH. Wahid Hasyim yang merupakan ayahanda dari KH. Abdurrahman Wahid ini merupakan Menteri Agama RI keempat dengan jabatan tiga periode kabinet.

KH. Wahid Hasyim pernah menjadi Menteri Agama pada Kabinet Republik Indonesia Serikat (20 Desember 1949 - 6 September 1950), Kabinet Natsir (6 September 1950 - 27 April 1951), dan Kabinet Sukiman Suwirjo (27 April 1951 - 3 April 1952). Selama menjadi Menteri Agama RI, banyak terobosan yang dilakukan KH. Wahid, antara lain mendekritkan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN).

KH Abdul Wahid Hasyim menikah di usia 25 tahun dengan Nyai Hj Solichah, putri KH. Bisri Syamsuri, dan dikaruniai enam anak. Keenam anaknya yaitu KH. Abdurrahman Wahid, Aisyah Hamid, Sholahuddin Wahid, Umar Wahid, Lily Wahid, dan Hasyim Wahid.

KH Abdul Wahid Hasyim meninggal di Cimahi, Jawa Barat, pada 19 April 1953 di usia 39 tahun. KH Wahid Hasyim dimakamkan di Tebuireng, Jombang. Jawa Timur. Almarhum juga telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 206 Tahun 1964, 28 April 1964.




(dvs/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads