Pondok pesantren menjadi sarana dakwah yang lahir sejak abad ke-14. Sejarah berdirinya pondok pesantren tertulis dalam literatur klasik.
Dijelaskan dalam buku Doktrin dan Pemahaman Keagamaan di Pesantren karya Syarif Hidayatullah, pesantren merupakan model khas pendidikan Islam tertua di Indonesia. Lembaganya disebut pondok atau pondok pesantren.
Sejarah berdirinya pondok pesantren yang pertama kali di Indonesia diyakini dimulai sejak abad ke-14. Menurut Babad Demak, model pendidikan Islam ini pertama kali muncul pada masa Sunan Ampel (Raden Rahmat). Kemunculannya bersamaan dengan periode pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan utama pendirian pondok pesantren kala itu untuk mencetak calon kiai atau ulama yang pada nantinya membangun pondok pesantren di daerah lain atau sekadar berdakwah.
Sejarah Berdirinya Pesantren Era Wali Songo Pertama
Dalam sumber lain, pembelajaran pesantren sudah ada sejak wali songo pertama, yakni Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. Sunan Gresik adalah ayah Sunan Ampel.
Menurut buku Walisongo karya Asti Musman, Sunan Gresik mendirikan pesantren untuk mempersiapkan calon penerus dakwahnya dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa dan Nusantara. Pesantren tersebut kemudian berkembang menjadi salah satu tempat pendidikan para santri.
Masih dari sumber yang sama, pendirian pesantren pertama kali di Indonesia bersumber dari kebiasaan masyarakat Hindu dan Budha. Para biksu dan pendeta Brahmana--kasta tertinggi Hindu--kala itu mendidik calon pemimpin agama mereka dengan mendirikan pusat-pusat ajaran agama untuk mendidik calon pemimpin agamanya.
Diceritakan dalam buku Wali Sanga karya Masykur Arif, awalnya Sunan Gresik mendirikan sebuah masjid sebagai tempat ibadah dan sarana dakwah Islam. Pendirian masjid ini dilakukan setelah para pengikut Islam semakin banyak.
Masyarakat Jawa saat itu memiliki kebiasaan menetap di tempat gurunya yang mengajarkan ilmu. Para guru akan menyediakan tempat-tempat khusus untuk menampung murid-muridnya.
Sunan Gresik yang mengetahui kebiasaan belajar semacam itu lantas mendirikan pesantren sebagai tempat murid atau santri yang ingin belajar ilmu kepadanya. Pesantren Sunan Gresik ini kemudian tercatat sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di Tanah Jawa.
Pondok Pesantren Era Sunan Ampel dan Perkembangannya
Istilah pesantren mulai dikenal luas sejak masa wali songo, terlebih era Sunan Ampel. Menurut artikel jurnal berjudul Sejarah dan Peran Pesantren dalam Pendidikan di Indonesia karya Adnan Mahdi yang terbit di Jurnal Islamic Review Vol II April 2013, Sunan Ampel saat itu mendirikan padepokan di Ampel Surabaya sebagai pusat pendidikan di Jawa.
Para santri dari dari Pulau Jawa berdatangan menimba ilmu agama. Bahkan, ada juga yang berasal dari Gowa dan Tallo, Sulawesi. Padepokan Sunan Ampel inilah yang dianggap sebagai cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Indonesia.
Salah seorang santri Sunan Ampel yang bernama Sunan Giri kemudian mendirikan pesantren Giri Kedaton. Sunan Giri mempunyai santri bernama Raden Patah yang kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Demak. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa yang berada di bawah bimbingan para wali songo.
Masa-masa Suram Pesantren Era Kolonial
Pesantren di Indonesia memasuki masa-masa suram era kolonial Belanda. Pada periode penjajahan itu, ruang gerak pesantren terbatas. Mereka harus berhadapan dengan kolonialis Belanda.
Pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan politik pendidikan berbentuk Ordonansi Sekolah Liaratau (Widle School Ordonanti). Dikatakan, melalui kebijakan itu pihak kolonial ingin membunuh madrasah dan sekolah yang tak berizin.
Kebijakan Belanda lain yang membatasi ruang gerak pesantren juga terlihat dari kebijakan formal yang melarang pengajaran kitab-kitab Islam. Mereka memandang hal ini berpotensi memunculkan gerakan di kalangan santri dan kaum muslim pada umumnya. Pendidikan dan perkembangan pesantren dibatasi oleh Belanda sejak Perjanjian Giyanti.
Pesantren kembali hidup pada masa kemerdekaan. Kaum santri kala itu ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), mengeluarkan fatwa wajib hukumnya mempertahankan kemerdekaan.
(kri/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!