Surat Ad-Dhuha menjadi salah satu surat yang dianjurkan dibaca ketika mengerjakan salat sunnah Dhuha di pagi hari. Surat ini diturunkan ketika Rasulullah SAW diejek oleh kaum kafir.
Surat Ad-Dhuha adalah surat ke-93 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 11 ayat. Surat ini tergolong surat Makkiyah karena diturunkan di Makkah.
Mengutip buku Ensiklopedia Hadits Ibadah Membaca Al-Qur'an karya Syamsul Rijal Hamid, dalam sebuah hadits dari Ali RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu ayat yang memberi pengharapan dibandingkan firman-Nya, 'Dan kelak Tuhan-Nya memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu kamu menjadi puas.' Maka, aku menyimpannya bagi umatku untuk hari kiamat." (HR Dailami)
Dalam hadits lain, surat Ad-Dhuha juga menjadi bacaan yang dianjurkan ketika mengerjakan salat Dhuha. Dari 'Uqbah bin 'Amir, "Rasulullah pernah memerintahkan pada kami mengerjakan salat Dhuha dengan membaca surat Asy-Syams dan surat Ad-Dhuha." (HR At-Thabrani)
Keutamaan Surat Ad-Dhuha
Mengutip buku Paradigma Baru Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir karya Dr. H. Abdur Rokhim Hasan, surat Ad-Dhuha memiliki keutamaan bagi pembacanya, terlepas dari segala isi Al-Qur'an yang masing-masing memiliki keutamaan. Beberapa keutamaan membaca surat Ad-Dhuha yakni termasuk dalam golongan yang Allah ridhoi, juga termasuk yang akan mendapatkan syafaat Rasulullah SAW dan juga Allah SWT tuliskan kebaikan untuk pembacanya sejumlah 10 anak yatim.
Surat Ad-Dhuha diturunkan oleh Allah SWT sebagai wahyu dari peristiwa dihinanya Nabi SAW oleh sekelompok orang musyrik dengan kalimat, "Sesungguhnya Muhammad sudah ditinggalkan tuhannya," dikarenakan lamanya tidak turun wahyu selama 12 hari menurut riwayat Ibnu Harij, 15 hari menurut Ibnu Abbas dan 40 hari menurut Maqotil.
Jundub bin Abdillah RA menceritakan, "Suatu ketika Nabi Muhammad SAW sakit selama sehari atau dua hari. Seorang wanita datang ke Nabi SAW dan berkata, 'Wahai Muhammad! Tidaklah aku saksikan bahwa setanmu itu meninggalkanmu.' Kemudian Allah SWT menurunkan surat Ad-Dhuha." (HR Bukhari)
Ad-Dhuha sendiri berarti sebuah kalimat janji 'Qosam' yang memiliki 4 penafsiran.
1. Menurut as-Suddi, Adh Dhuha berarti jam-jam awal pada siang hari sebelum tenggelamnya matahari.
2. Menurut Qatadah berarti hari masih pagi.
3. Menurut Qatrab berarti terbitnya matahari.
4. Menurut Mujahid dan keturunan dari Ali bin Isa, Ad Dhuha berarti cahaya siang sepanjang hari.
Adapun kalimat 'sajaa' dalam kalimat 'wallaili idza sajaa' memiliki empat arti kata yang bisa berarti 'idza aqlaba' yang berarti jika datang, 'idza adzlama' berarti jika semakin gelap, 'idza istawa' yang berarti jika setingkat 'idza dzahaba' yang berarti jika pergi. Adapun secara terang kata 'wallaili idza sajaa' berarti sebuah kondisi di mana sekeluarga menetap karena kegelapan yang menyelimuti.
Tafsir Surat Ad-Dhuha 1-5
Merangkum kitab Tafsir Al-Azhar karya Hamka, ayat 1 surat Ad-Dhuha yang berbunyi, "Demi waktu dhuha." Ini berisi penegasan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk memperhatikan waktu dhuha. Waktu dhuha ialah sejak pagi setelah matahari terbit, sampai naik sampai menjelang tengah hari. Setelah matahari berada di pertengahan langit maka waktu dhuha tidak ada lagi.
Ayat 2 surat Ad-Dhuha, "Demi malam, apabila dia sudah sunyi-senyap." Sumpah peringatan atas malam apabila sudah sunyi-senyap ialah memperingatkan betapa penting manusia untuk istirahat.
Kemudian pada ayat 4, menurut tafsiran Al-Qasimi, 'Yang di ujung pekerjaanmu ini akan lebih baik daripada permulaannya.' Artinya jika di permulaan merasakan agak sulit jalannya, banyak tantangan dan perlawanan, namun di akhir perjalanan akan ada hasil yang memuaskan.
Melalui ayat 5, Allah SWT menjanjikan karunia dari apa yang Dia turunkan kepada utusan-Nya. Ayat ini menegaskan bahwa nikmat dan karunia Allah SWT berupa ketinggian martabat, kesempurnaan jiwa, ilmu dunia dan akhirat, pengetahuan tentang umat terdahulu, kemenangan menghadapi musuh, tersebarnya agama ini ke seluruh dunia, semua itu akan mendatangkan ridha, dan berbahagia dalam hati Nabi Muhammad SAW.
(dvs/kri)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana