Apakah Sholat Dhuha Boleh Berjamaah? Ini Penjelasan Hukumnya

Apakah Sholat Dhuha Boleh Berjamaah? Ini Penjelasan Hukumnya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Jumat, 07 Mar 2025 08:47 WIB
Sholat dhuha
Sholat dhuha. (Foto: Unsplash/afiq fatah)
Solo -

Sholat dhuha merupakan ibadah sunnah yang cukup banyak dipraktikkan oleh umat Islam. Namun, kerap muncul pertanyaan seperti ini, "apakah sholat dhuha boleh berjamaah?". Inilah yang akan kita cari tahu jawabannya, detikers.

Berdasarkan informasi yang terdapat pada buku Sholat Dhuha Dulu, Yuk tulisan Imron Mustofa, sholat dhuha dilaksanakan pada waktu khusus, yaitu setelah Matahari terbit hingga sebelum masuk waktu dzuhur. Waktu paling awal untuk memulai sholat dhuha adalah ketika Matahari sudah naik sekitar satu tombak atau sepenggalah, yang diperkirakan sekitar 15-20 menit setelah Matahari terbit.

Waktu yang paling utama untuk melaksanakan sholat dhuha adalah ketika Matahari sudah mulai meninggi dan cuaca mulai terasa panas. Hal ini sesuai dengan hadits dari Zaid bin Arqam yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan sholat dhuha pada saat anak unta mulai merasakan panasnya Matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Batas akhir sholat dhuha adalah menjelang masuknya waktu dzuhur, sekitar beberapa menit sebelum adzan dzuhur berkumandang. Secara umum, sholat dhuha dapat dilakukan antara pukul 07.00 hingga sekitar pukul 11.30 WIB, tergantung pada waktu terbit dan tergelincirnya Matahari di masing-masing daerah.

Lantas, bagaimanakah hukum pelaksanaan sholat dhuha secara berjamaah? Mari kita simak penjelasan lengkap mengenai hukumnya berikut ini!

ADVERTISEMENT

Apakah Sholat Dhuha Boleh Berjamaah? Begini Hukumnya

Dikutip dari buku 77 Tanya Jawab Seputar Sholat yang ditulis Abdul Somad, hukum sholat dhuha berjamaah masih menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Secara umum, mayoritas ulama, termasuk Imam An-Nawawi dan Ibnu Taimiyah, menyatakan bahwa sholat dhuha tidak dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah.

Hal ini karena sholat dhuha termasuk dalam kategori sholat sunnah yang lebih utama dilakukan secara sendiri (munfarid), sebagaimana juga berlaku untuk sholat sunnah rawatib dan sholat tahiyatul masjid. Namun, meskipun tidak dianjurkan, para ulama sepakat bahwa jika sholat dhuha dilaksanakan secara berjamaah, hukumnya tetap diperbolehkan dan tidak dianggap makruh.

Imam An-Nawawi dalam kitabnya menyebutkan bahwa sholat sunnah seperti dhuha boleh dilakukan berjamaah, terutama jika dilakukan sesekali dan tidak menjadi kebiasaan tetap. Pendapat ini didukung oleh beberapa hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan sholat sunnah secara berjamaah dengan para sahabat, meskipun hal ini tidak dilakukan secara rutin.

Imam Ibnu Taimiyah juga membagi sholat sunnah menjadi dua kategori: yang dianjurkan berjamaah seperti sholat gerhana dan istisqa, serta yang lebih utama dilakukan sendiri seperti sholat dhuha. Namun, beliau juga menegaskan bahwa jika sholat sunnah yang tidak dianjurkan berjamaah tetap dilakukan secara bersama-sama, maka hukumnya tetap sah dan diperbolehkan, asalkan tidak dilakukan terus-menerus.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sholat dhuha lebih utama dikerjakan secara munfarid atau sendiri. Namun jika dilakukan secara berjamaah, hukumnya tetap boleh dan sah. Yang perlu diperhatikan adalah agar tidak menjadikannya sebagai kebiasaan tetap, sehingga tidak menyerupai sholat wajib yang memang disyariatkan untuk dilaksanakan berjamaah.

Tata Cara Sholat Dhuha

Dirangkum dari buku Sholat Dhuha Dulu, Yuk yang ditulis oleh Imron Mustofa, sholat dhuha boleh dikerjakan sebanyak dua, empat, delapan, maupun dua belas rakaat. Cara melaksanakan sholat dhuha juga sama seperti sholat lainnya, hanya saja ada surat yang dianjurkan untuk dibaca setelah Al-Fatihah.

Pada rakaat pertama dianjurkan membaca surat Ad-Dhuha dan pada rakaat kedua membaca surat Al-Isyirah. Ada pula yang menganjurkan untuk membaca surat Asy-Syams pada rakaat pertama dan Adh-Dhuha pada rakaat kedua. Namun ini tidak wajib, hanya bersifat anjuran.

Sholat dhuha dapat dilakukan dengan dua rakaat dan sekali salam. Jika ingin melaksanakan sholat dhuha dengan 4, 8, atau 12 rakaat maka dapat menyesuaikan jumlah salamnya.

1. Berwudhu seperti wudhu yang dilakukan sebelum sholat wajib.

2. Mengenakan pakaian yang menutup aurat dengan baik.

3. Memilih tempat sholat yang bersih dan suci.

4. Berdiri menghadap kiblat dengan tegak, lalu membaca niat dalam hati:

نَوَيْتُ أَنْ أُصَلِّيَ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Ushalli Sunnatadh-dhuhaa rak'ataini lillaahi ta'aalaa.

"Aku niat sholat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah Ta'ala."

5. Mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan takbiratul ihram (اللّهُ أَكْبَرُ).

6. Bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di depan dada, lalu membaca doa iftitah, surat Al-Fatihah, dan surat pilihan.

7. Melakukan ruku dengan tuma'ninah.

8. Bangkit dari rukuk (itidal) dengan tegak dan tenang.

9. Melakukan sujud pertama dengan khusyuk.

10. Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah.

11. Melakukan sujud kedua dengan sempurna.

12. Berdiri untuk rakaat kedua, lalu mengulang rukun-rukun seperti pada rakaat pertama.

13. Setelah sujud kedua pada rakaat terakhir, membaca tahiyat akhir.

14. Mengakhiri sholat dengan mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.

Doa Setelah Sholat Dhuha

Setelah selesai melaksanakan sholat dhuha, disarankan untuk membaca doa dengan penuh keikhlasan dan pengharapan kepada Allah SWT. Tidak ada ketentuan khusus mengenai bahasa yang harus digunakan, kita dapat berdoa dalam bahasa yang paling kita pahami, seperti bahasa Arab, Sunda, Jawa, atau bahasa lainnya.

Yang terpenting adalah menghadirkan rasa harap akan anugerah Allah dan rasa takut jika perbuatan kita tidak diridhai-Nya. Meskipun demikian, ada doa khusus yang dianjurkan untuk dibaca setelah sholat dhuha. Doa ini memiliki makna mendalam dalam memohon rezeki dan keberkahan dari Allah SWT.

Oleh karena itu, selain berdoa dengan kata-kata sendiri, kita juga dapat mengamalkan doa yang telah diajarkan dalam tuntunan Islam. Berikut ini bacaan doanya.

اللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسَرًا فَيَسِرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهَّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرَبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ أَتِنِي مَا اتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

Allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal 'ishmata ishmatuka. Allaahumma in kaana rizqii fissamaa-i fa anzilhu, wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kaana mu'assiran fayassirhu, wa in kaana haraaman fathahhirhu, wa in kaana ba'iidan fa qarribhu, bi haqqi dhuhaa-ika, wa bahaa-ika, wa jamaalika, wa quwwatika, wa qudratika, aatinii maa aataita 'ibaadakash shaalihiin.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha ialah waktu-Mu, keagungan ialah keagungan-Mu, keindahan ialah keindahan-Mu, kekuatan ialah kekuatan-Mu, dan perlindungan ialah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit maka turunkanlah. Jika di dalam bumi maka keluarkanlah. Jika masih sukar maka mudahkanlah. Jika (ternyata) haram maka sucikanlah. Jika masih jauh maka dekatkanlah. Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai sholat dhuha yang boleh dikerjakan secara berjamaah, tetapi lebih utama jika dikerjakan sendiri. Semoga bermanfat!




(sto/apl)


Hide Ads