Abu Hudzaifah bin Utbah adalah salah satu sahabat nabi yang dikenal gigih. Bersama sahabatnya, Salim Abu Hudzaifah, mereka berjuang bersama untuk Islam hingga syahid menjemputnya.
Perjuangan Abu Hudzaifah bin Utbah tidaklah mudah. Sebab, ia harus membela Islam di saat keluarganya tetap musyrik.
Biografi Abu Hudzaifah
Dikutip dari buku Kuttahun Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam karya Muhammad Mustafa Azami yang diterjemahkan Mahfuzh Hidayat Lukman, Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah, termasuk kelompok yang pertama kali masuk Islam. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah SAW masuk ke Darul Arqam. Menurut Ibnu Ishaq, ia adalah orang ke-44 yang masuk Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Hudzaifah adalah pria yang berpostur tinggi dan berparas tampan. Ia juga dikenal sebagai orang yang bisa membaca dan menulis.
Merangkum buku Rijal haula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid yang diterjemahkan Kaserun AS Rahman, Abu Hudzaifah bin Utbah adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk golongan As-Sabiqun Al-Awwalun. Ia berasal dari keluarga terpandang Quraisy. Ayahnya, Utbah bin Rabi'ah, adalah salah satu tokoh dan pembesar Quraisy.
Keputusan Abu Hudzaifah untuk memeluk agama Islam tentu mengejutkan ayahnya, Utbah, yang telah mempersiapkan Abu Hudzaifah untuk menjadi pemimpin Quraisy di masa depan. Utbah sangat marah dan sedih atas keislaman anaknya ini.
Meskipun menghadapi tekanan dari keluarga, terutama ayahnya, Abu Hudzaifah tetap teguh dalam keimanannya.
Dalam perjalanan keislamannya, Abu Hudzaifah mengangkat seorang budak bernama Salim sebagai anak angkatnya. Salim, yang kemudian dikenal sebagai Salim Maula Abu Hudzaifah, juga memeluk Islam dan menjadi salah satu sahabat yang ahli dalam hal pengetahuan Al-Qur'an.
Kesedihan atas Kematian Keluarganya yang Kafir
Mengutip buku Mentari Kasih Sayang Rasulullah SAW yang Meluluhkan Kebekuan Hati karya Rasyid Haylamaz, medan Badar menjadi saksi atas berbagai peristiwa mengharukan bagi Abu Hudzaifah. Salah satunya ketika dia menyaksikan sendiri prosesi penguburan tiga kerabat terdekatnya, sang ayah (Utbah bin Rabiah), paman (Syaibah), dan saudaranya sendiri (al-Walid). Abu Hudzaifah mendampingi Rasulullah SAW saat menguburkan jenazah para pembesar Makkah tersebut.
Sungguh pemandangan yang amat memilukan bagi Abu Hudzaifah. Saat masih hidup, ayah, paman, dan saudaranya berupaya sekuat tenaga membunuh Rasulullah SAW. Kini justru mereka sendiri terbunuh di medan Badar. Mereka mati tanpa membawa amal kebaikan.
Saat Rasulullah SAW mengamati sekelilingnya, pandangan beliau pun tertuju pada wajah Abu Hudzaifah yang menampakkan kesedihan. Nabi SAW berkata padanya, "Wahai Abu Hudzaifah, seolah apa yang kami perbuat kepada 'Utbah membuatmu sedih."
Ia menghadapkan wajahnya ke arah Rasulullah SAW seraya berkata, "Duhai Rasulullah, tiada lain bagiku melainkan beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Hanya saja aku melihat sungguh tidak ada seorang pun yang lebih bijak dan mulia dari 'Utbah, sedari dulu aku selalu berdoa agar Allah SWT memberi hidayah Islam kepadanya, tapi aku menyaksikan kematiannya hari ini, pupuslah harapanku."
Kesedihan Abu Hudzaifah tidak hanya disebabkan oleh kematian ayahnya saja, melainkan ayahnya terjerumus ke dalam azab yang abadi bersama Firaunnya umat ini (Abu Jahal).
Ketika Abu Hudzaifah mengatakan demikian, seketika Rasulullah SAW pun mengelus pundak Abu Hudzaifah dengan lembut seraya mendoakan kebaikan baginya.
Abu Hudzaifah dan Salim Jihad Bersama
Mengacu sumber sebelumnya, Abu Hudzaifah dan Salim menjalani kehidupan mereka sebagai muslim dengan penuh ketaatan. Mereka bersabar menghadapi berbagai cobaan dan gangguan dari kaum Quraisy.
Ketika Islam membatalkan tradisi tabanni (adopsi anak), hubungan antara Abu Hudzaifah dan Salim berubah secara hukum. Namun, ikatan persaudaraan Islam di antara mereka tetap kuat. Salim tetap dianggap sebagai bagian dari keluarga Abu Hudzaifah, meski statusnya berubah menjadi saudara seiman dan mantan budak yang dimerdekakan.
Persaudaraannya dengan Abu Hudzaifah semakin erat dan kuat seiring perjalanan waktu.
Usai Rasulullah SAW pun wafat, Kekhalifahan Abu Bakar disambut dengan makar yang dilakukan oleh kelompok murtad. Selanjutnya, datanglah Perang Yamamah. Sebuah perang yang mengerikan dan belum pernah dialami oleh Islam sebelumnya.
Kaum muslimin bergerak untuk melakukan perang, demikian pula Salim dan saudaranya, Abu Hudzaifah. Mereka keluar untuk berperang di jalan Allah.
Pada awal perang, pasukan muslimin tidak berniat untuk menyerang. Setiap mukmin di sana merasa bahwa perang itu adalah milik mereka dan tanggung jawab ada di pundak mereka sendiri. Khalid bin Walid kembali mengumpulkan mereka dan kembali menyusun pasukan dengan kecerdasannya yang luar biasa.
Dua bersaudara itu, Abu Hudzaifah dan Salim, saling berangkulan dan saling berjanji untuk meraih syahadah (mati syahid) di jalan agama yang benar. Agama yang telah memberi mereka kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Mengutip buku Amazing Stories Kisah Sejuta Inspirasi Muhammad karya Muhammad Khalid, sekelompok pasukan murtad pun mengepung Salim hingga sang pahlawan pun tumbang. Namun, dia tetap tidak menyerah dan bertempur layaknya prajurit sejati, tetapi akhirnya tertebaslah juga tubuhnya sampai dia rubuh.
Dia terbaring di medan pertempuran dengan darah bercucuran hingga perang berakhir dengan terbunuhnya Musailamah Al-Kadzdzâb serta mundurnya pasukan murtad dan kemenangan berada di tangan pasukan muslim.
Ketika memeriksa para pahlawan yang menjadi syuhada di pihak mereka, kaum muslimin menemukan Salim sedang menghadapi sakaratul maut. Ia bertanya kepada mereka, "Apa yang telah dilakukan oleh Abu Hudzaifah?"
Mereka menjawab, "la telah gugur menjadi syahid."
Salim mengatakan, "Kalau begitu, baringkanlah aku di sisinya!"
Mereka menjawab, "la sudah berada di sisimu wahai Salim. Abu Hudzaifah gugur di tempat yang sama."
Salim menyuguhkan senyum terakhir kemudian tak berbicara lagi. Abu Hudzaifah dan sahabatnya telah menemukan sesuatu yang mereka harapkan. Bersama-sama mereka masuk Islam, bersama-sama mereka hidup, dan bersama-sama pula mereka syahid.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa