Kartu Pintar dan Membaiknya Pelayanan Haji Oleh Saudi

Kolom Hikmah

Kartu Pintar dan Membaiknya Pelayanan Haji Oleh Saudi

Rizal Mustary - detikHikmah
Rabu, 19 Jun 2024 11:36 WIB
Rizal Mustary, mantan Staf Khusus Menko Polhukam
Foto: Dokumentasi pribadi Rizal Mustary
Jakarta -

Setelah 13 tahun, Alhamdulillah saya kembali berkesempatan menunaikan Rukun Islam ke-5: ibadah haji. Bedanya, kala itu saya berangkat sebagai wartawan murni untuk membuat video dokumenter seputar pelaksanaan haji untuk Astro Awani.

Atas bantuan izin Departemen Agama, penulis bersama dua rekan lain mendapat tempat sebagai peserta haji 2008. Dengan menanggung sendiri biaya perjalanan ibadah sendiri, status kami sama dengan Jemaah lainnya sehingga kami bisa merasakan seluruh rangkaian penyelengaraan ibadah haji di Tanah Suci hingga kembali ke Tanah Air.

Kali ini, saya berangkat sebagai pribadi bersama istri. Biro haji Maktour menjadi pilihan karena selama ini punya reputasi mumpuni soal penyelenggaraan haji nonpemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentu ada banyak perbedaan yang saya lihat, baik dari sisi pemerintah Kerajaan Arab Saudi maupun Pemerintah Indonesia dalam melayani Jemaah haji ini. Hal yang paling kasat mata adalah pembenahan infrastruktur, khususnya di sekitar Masjidil Haram, Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Saudi sepertinya tak pernah berhenti menata dan membenahi Masjidil Haram agar dapat menampung seoptimal mungkin Jemaah yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Ketika saya berhaji pertama kali pada 2008, alat-alat berat tidak pernah berhenti beroperasi 24 jam. Sekarang ini, crane-crane itu masih bergelantungan demi memenuhi target daya tampung sekitar 2,5 juta Jemaah (?).

ADVERTISEMENT

Kala itu gedungnya belum begitu kelihatan, tapi sekarang hasilnya sudah ketahuan. Di sisi timur Masjidil Haram, misalnya, sudah jadi dan bisa menjadi tempat salat ribuan orang. Dulu baru ada dua lantai, kini sudah menjadi empat. Bukan cuma salat tapi juga untuk Tawaf dan Sai. Fasilitas lain yang bertambah adalah penggunaan Skuter dan Mobil Golf untuk Jemaah yang terkendala secara fisik dan kesehatan saat akan menjalankan Tawaf dan Sai.
Meskipun di sana-sini masih ada Jemaah yang salat di emperan. Namun saya percaya seiring pembangunan yang terus berjalan, cepat atau lambat semua Jemaah akan terhimpun di dalam masjid dan mendapatkan pahala ibadah 100 ribu kali.

Hal lain yang patut mendapat apresiasi adalah para askar yang lebih ramah, meskipun tetap penuh disiplin. Mereka membantu mengarahkan para Jemaah yang akan masuk dan keluar Masjidil Haram sedemikian rupa sehingga mengurangi terjadinya potensi 'crash' antar Jemaah. Ada jalur khusus untuk Tawaf dan Sai, juga ada eskalator untuk bisa ke rooftop.

Terkait transportasi masih bisa kita tolerir karena terkait traffic. Kondisi makin padat jelang 9 Dzulhijah, jadi kalau terlambat ya bisa dimaklumi. Cuma mungkin bisa disiapkan tempat tunggu yang nyaman dengan melengkapi penyejuk udara gak Jemaah tak kepanasan dan tak mudah emosi karena harus menunggu berlama-lama.

Saya perhatikan semakin ke sini banyak ONH Plus yang seperti berlomba memberi pelayanan terbaik. Ini tentu bagus sekali agar memacu penyelenggara haji regular pun terus meningkatkan kualitasnya meski harus dilayani ratusan ribu Jemaah. Pada 2008 atas jasa Pak Fuad Masytur saya sempat menikmati beberapa hari bagaimana fasilitas yang diberkan Maktour bagi jemaahnya. Dia konsisten, dan menjadi rujukan penyelenggara ONH Plus lain agar tidak asal dalam memberikan fasilitas pelayanan bagi jemaahnya.

Salah satu kunci keberhasilan penataan haji tahun ini saya kira adalah penggunaan kartu pintar atau smart card untuk memperketat sekaligus mencegah jamaah haji illegal. Atau mereka yang tak memiliki visa haji. Penggunaan teknologi ini sangat efektif sehingga mereka yang bertahun-tahun nekad masuk ke Makkah dan ikut berhaji di Arafah tak bisa lagi leluasa melakukannya. Ini cara cerdas pemerintah Saudi menyeleksi sekaligus memastikan beban lahan dan fasilitas haji yang mereka miliki sesuai dengan jumlah peserta haji.

Tahun-tahun sebelumnya, kerap muncul masalah kelambatan layanan bus di Armuzna karena jamaah membludak. Kemacetan panjang tak terhindarkan, antara lain karena jumlah peserta haji ilegal yang tidak terkontrol. Tahun ini, Alhamdulillah masalah seperti ini mulai bisa dihindari dengan penggunaan kartu pintar oleh para jamaah. Nyaris tak ada jamaah ilegal yang bisa masuk ke Arafah, Mina, dan Muzdalifah.

Pemerintah Indonesia pun sedikit-banyak telah melakukannya antara lain dengan memanfaatkan aplikasi 'Kawal Haji' untuk memudahkan akses jemaah dan masyarakat dalam menyampaikan beragam persoalan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Aplikasi ini hadir dengan dua fitur utama. Pertama, pelaporan jemaah, khususnya berkenaan dengan layanan konsumsi, akomodasi, transportasi, termasuk jika ada jemaah terpisah dari rombongan, atau lupa arah pulang ke penginapan. Kedua, deteksi lokasi dan pergerakan jemaah untuk memudahkan proses pencarian jika ada jemaah yang tersesat.

Bahwa masih ada satu-dua laporan kekurangan, ya itu wajar saja. Karena mustahil juga memuaskan semua Jemaah 100 persen. Di hotel berbintang pun saya kira demikian.


Naskah ini merupakan tuturan mantan Staf Khusus Menko Polhukam, Rizal Mustary kepada Sudrajat, wartawan detik.com di Mekkah.




(jat/erd)

Hide Ads