Nafkah adalah hal wajib dari kepala keluarga pada anggotanya. Aturan yang sama juga diterapkan pada hewan peliharaan keluarga. Seorang muslim terancam dosa jika sampai lalai.
Pengertian Nafkah
Sebagaimana dijelaskan dalam tulisan Konsep Nafkah dalam Hukum Islam karya Syamsul Bahri, istilah nafkah berasal dari kata ااÙÙÙØ§Ù yang berarti mengeluarkan. Belanja atau segala sesuatu yang diberikan suami kepada istri, anak. dan kerabat disebut sebagai nafkah.
Nafkah mencakup semua kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang merupakan hak istri serta anak. Setiap kepala keluarga wajib memberikan nafkah sesuai kesanggupan dan kebutuhan untuk menunjang kehidupan berkeluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hukum Memberi Nafkah Hewan Peliharaan
Aturan memberi nafkah pada hewan peliharaan adalah wajib, sama seperti kepala keluarga pada anggotanya. Apabila lalai, maka mereka yang bertanggung jawab pada hewan tersebut akan berdosa.
Memberi nafkah pada hewan antara lain dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan melakukan upaya pemeliharaan lain. Misal memastikan kesehatan, kebersihan kandang, dan tidak menyakitinya.
Syamsul Bahri dalam tulisannya yang dimuat di Kanun Jurnal Ilmu Hukum menjelaskan, kewajiban memenuhi nafkah hewan peliharaan muncul karena adanya sebab kepemilikan. Faktor ini juga berlaku pada hamba sahaya.
"Dalam sebab kepemilikan, segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang wajib hukumnya untuk dinafkahi. Jika memiliki pelayan, hamba sahaya, dan hewan peliharaan, maka pihak tersebut dianggap berhak menerima nafkah karena termasuk sebagai kepemilikan," tulis Syamsul Bahri.
Jika hewan ditelantarkan, pemilik harus menjual atau melepaskan peliharaannya. Selain itu, pemilik yang menyiksa hewan akan mendapatkan konsekuensi berupa siksaan dari Allah atas perbuatannya.
Selain kepemilikan, ada dua faktor lain yang menyebabkan seorang muslim wajib memberi nafkah. Faktor tersebut adalah:
1. Hubungan Kekerabatan atau Keturunan
Dalam agama Islam, anggota keluarga dengan garis keturunan yang diwariskan secara vertikal berhak menerima nafkah. Contohnya adalah orang tua kepada anak dan sebaliknya, atau kakek dan nenek dengan kerabat lainnya.
2. Perkawinan
Dengan tali pernikahan, suami wajib menanggung seluruh keperluan selama berjalannya rumah tangga. Sebaliknya, istri yang dinafkahi pun berkewajiban untuk menaati suami.
Perkawinan sendiri termasuk ibadah yang dianjurkan dalam Islam, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud
ÙÙØ§ Ù ÙØ¹ÙØŽÙØ±Ù Ø§ÙØŽÙÙØšÙاؚ٠٠ÙÙÙ Ø§Ø³ÙØªÙØ·ÙØ§Ø¹Ù Ù ÙÙÙÙÙ٠٠اÙÙØšÙØ§Ø¡ÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙØªÙزÙÙÙÙØ¬ÙØ ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙÙ Ø£ÙØºÙضÙÙ ÙÙÙÙØšÙØµÙØ±ÙØ ÙÙØ£ÙØÙصÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ±ÙØ¬ÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ Ù ÙÙØ³ÙØªÙØ·Ùع٠ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ ØšÙØ§ÙصÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙØ¬Ø§Ø¡Ù
Artinya: "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya." (HR Bukhari & Muslim).
Dasar Hukum Nafkah
Kewajiban memberi nafkah telah diatur dalam sejumlah dalil, baik dalam Al-Qur'an maupun hadis. Berikut beberapa ayat Al-Quran dan hadis yang dijadikan sebagai dasar hukum terkait kewajiban memberi nafkah:
- QS Ath-Thalaq ayat 6
Ø§ÙØ³ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ ØÙÙÙØ«Ù سÙÙÙÙÙØªÙÙ Ù Ù ÙÙÙÙ ÙÙÙØ¬ÙدÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ§ ØªÙØ¶ÙاۀرÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØªÙضÙÙÙÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙ٠اÙÙÙٰت٠ØÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙÙÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ØÙتÙÙ°Ù ÙÙØ¶ÙعÙÙÙ ØÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ§ÙÙÙ Ø§ÙØ±ÙØ¶ÙØ¹ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ§Ù°ØªÙÙÙÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ¬ÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ£ÙتÙÙ ÙØ±ÙÙÙØ§ ØšÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØšÙÙ ÙØ¹ÙرÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ§ÙÙÙ ØªÙØ¹ÙØ§Ø³ÙØ±ÙتÙÙ Ù ÙÙØ³ÙØªÙØ±ÙØ¶ÙØ¹Ù ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ®ÙرٰÙÛ
Artinya: "Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkah mereka sampai mereka melahirkan kandungan mereka, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu, maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya."
- QS Al-Baqarah ayat 233
ÙÙØ§ÙÙÙÙ°ÙÙØ¯Ù°ØªÙ ÙÙØ±ÙØ¶ÙØ¹ÙÙ٠اÙÙÙÙÙØ§Ø¯ÙÙÙÙÙÙ ØÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ Ø§ÙØ±Ùاد٠اÙÙÙ ÙÙÙØªÙÙ ÙÙ Ø§ÙØ±ÙÙØ¶ÙØ§Ø¹ÙØ©Ù Û ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙØ¯Ù ÙÙÙÙ Ø±ÙØ²ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ³ÙÙÙØªÙÙÙÙÙÙ ØšÙØ§ÙÙÙ ÙØ¹ÙرÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ§ تÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ³Ù اÙÙÙÙØ§ ÙÙØ³ÙعÙÙÙØ§ Û ÙÙØ§ ØªÙØ¶ÙاۀرÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ¯Ùة٠ؚۢÙÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙÙÙÙÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ ØšÙÙÙÙÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ§Ø±ÙØ«Ù Ù ÙØ«ÙÙ٠ذٰÙÙÙÙ Û ÙÙØ§ÙÙÙ Ø§ÙØ±ÙØ§Ø¯ÙØ§ ÙÙØµÙاÙÙØ§ عÙÙÙ ØªÙØ±Ùاض٠٠ÙÙÙÙÙÙÙ ÙØ§ ÙÙØªÙØŽÙØ§ÙÙØ±Ù ÙÙÙÙØ§ جÙÙÙØ§ØÙ عÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙØ§ ÛÙÙØ§ÙÙÙ Ø§ÙØ±ÙØ¯ÙØªÙÙ٠٠اÙÙÙ ØªÙØ³ÙØªÙØ±ÙØ¶ÙØ¹ÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙØ§Ø¯ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ§ جÙÙÙØ§ØÙ عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØ°Ùا سÙÙÙÙÙ ÙØªÙÙ Ù Ù ÙÙØ§Ù اٰتÙÙÙØªÙÙ Ù ØšÙØ§ÙÙÙ ÙØ¹ÙرÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ§ØªÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ°ÙÙ ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ اÙÙÙ٠اÙÙÙÙ°ÙÙ ØšÙÙ ÙØ§ ØªÙØ¹ÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ØšÙØµÙÙÙØ±Ù
Artinya: "...Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya..."
- HR Muslim
ÙÙØ§ØªÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙØ³Ùاء٠ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ø£ÙØ®ÙØ°ÙØªÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ØšÙØ£ÙÙ ÙØ§Ù٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø³ÙØªÙØÙÙÙÙÙØªÙÙ Ù ÙÙØ±ÙÙØ¬ÙÙÙÙÙÙ ØšÙÙÙÙÙÙ ÙØ©Ù اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙÙÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙ ÙØ§Ù ÙÙÙØ·ÙØŠÙÙÙ ÙÙØ±ÙØŽÙÙÙÙ Ù Ø£ÙØÙØ¯Ùا تÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙÙÙÙ. ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙ٠ذÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø¶ÙØ±ÙØšÙÙÙÙÙÙÙ Ø¶ÙØ±ÙØšÙØ§ غÙÙÙØ±Ù Ù ÙØšÙرÙÙØÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ø±ÙØ²ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ³ÙÙÙØªÙÙÙÙÙÙ ØšÙØ§ÙÙÙ ÙØ¹ÙرÙÙÙÙ
Artinya: "Bertakwalah kepada Allah dalam urusan Wanita. Sesungguhnya kalian telah mengambil mereka sebagai amanat Allah dan menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah, dan mereka wajib menjaga untukmu supaya tidak ada seorang lelaki pun yang kamu benci memasuki kamarmu. Apabila mereka melakukan itu, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Dan kalian wajib memberi makan dan pakaian kepada mereka secara ma'ruf."
- HR Abu Dawud
عÙÙÙ Ù ÙØ¹ÙاÙÙÙÙØ©Ù اÙÙÙÙØŽÙÙÙØ±ÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙÙØªÙ ÙÙØ§ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ Ù ÙØ§ ØÙÙÙ٠زÙÙÙØ¬ÙØ©Ù Ø£ÙØÙØ¯ÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ù٠أÙÙÙ ØªÙØ·ÙعÙÙ ÙÙÙØ§ Ø¥ÙØ°Ùا Ø·ÙØ¹ÙÙ ÙØªÙ ÙÙØªÙÙÙØ³ÙÙÙÙÙØ§ Ø¥ÙØ°Ùا اÙÙØªÙسÙÙÙØªÙ - Ø£ÙÙ٠اÙÙØªÙØ³ÙØšÙت٠- ÙÙÙØ§Ù ØªÙØ¶ÙØ±ÙØšÙ اÙÙÙÙØ¬ÙÙÙ ÙÙÙØ§Ù تÙÙÙØšÙÙØÙ ÙÙÙØ§Ù تÙÙÙØ¬Ùر٠إÙÙØ§ÙÙ ÙÙ٠اÙÙØšÙÙÙØªÙ
Artinya: Dari Muawiyah al-Qusyairi, aku bertanya, "Ya Rasulullah, apa hak istri kami?" Beliau bersabda, "Engkau memberinya makan apa yang engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian. Janganlah engkau pukul mukanya, janganlah engkau menjelekkannya, dan janganlah engkau meninggalkannya melainkan masih dalam satu rumah."
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan hukum memberi nafkah pada hewan peliharaan adalah wajib. Pemilik hewan yang tidak bertanggung jawab harus siap-siap menanggung konsekuensi sesuai hukum Allah SWT.
(row/row)












































Komentar Terbanyak
Cak Imin Sebut Indonesia Gudang Ulama
MUI Surakarta Jelaskan Hukum Jenazah Raja Dimakamkan dengan Busana Kebesaran
Cak Imin Sebut Pesantren Solusi Rakyat, Bisa Tangani Utang dan Kemiskinan