5 Amalan di Bulan Syaban, Puasa Sunnah hingga Perbanyak Doa

5 Amalan di Bulan Syaban, Puasa Sunnah hingga Perbanyak Doa

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 10 Feb 2024 18:00 WIB
A full moon is seen over a taksim mosque in istanbul.
Foto: Getty Images/Abdulkadir ARSLAN
Jakarta -

Ada beberapa amalan sunnah yang bisa dikerjakan di bulan Syaban. Amalan tersebut diantaranya puasa sunnah, memperbanyak sholawat dan menjadi waktu yang tepat untuk melangitkan doa-doa seraya memohon ampunan Allah SWT.

Syaban adalah bulan yang ke-8 dalam kalender Islam. Syaban berasal dari kata Syaaba yang berarti 'merekah' karena bulan ini berada di antara dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadhan.

Karena berada di antara dua bulan mulia, terkadang orang kerap melupakan bulan ini. Hal ini bahkan dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan" (HR. An-Nasa'i)

Hadits ini menyebutkan tentang banyak orang yang lalai pada Syaban dikarenakan letaknya di antara Rajab, di mana umat Islam merayakan Isra Mi'raj dan menjelang Ramadhan.

ADVERTISEMENT

Mengutip buku Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya'ban oleh Dra. Udji Asiyah, M.Si, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW mengabarkan tentang Syaban yakni bulan yang istimewa, karena merupakan bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT atau dengan kata lain bulan naiknya berbagai amalan ke hadirat Allah SWT.

Penjelasan ini sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'arij ayat 4,

تَعْرُجُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya: Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.

Rasulullah SAW bersabda:

"Bulan Syaban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Karena itu, Aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan." (HR. An-Nasa'i dan Ahmad)

Amalan di Bulan Syaban

Ada banyak amalan yang bisa dikerjakan di bulan Syaban. Di Indonesia, 1 Syaban 1445 H jatuh bertepatan dengan Minggu, 11 Februari 2024. Sementara itu, pada waktu magrib di hari Sabtu, 10 Februari 2024, telah terhitung sebagai malam 1 Syaban 1445 H.

Sebagai umat muslim yang beriman, mari ketahui amalan apa saja yang bisa dikerjakan di Syaban.

1. Puasa sunnah

Merangkum buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, Dan Haji oleh Abdillah F. Hasan disebutkan bahwa amalan yang bisa dikerjakan saat Syaban adalah puasa sunnah.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, dari Anas Ra, "Puasa manakah yang paling afdal setelah puasa Ramadhan?" Rasulullah menjawab, "Puasa Syaban untuk mengagungkan Ramadhan."

Di bulan ini, Rasulullah SAW melakukan puasa sunah terbanyak dibanding bulan-bulan lain (selain Ramadhan).

Mengapa puasa di bulan Sya'ban menjadi perhatian penting? Dari segi jasmani, dengan memperbanyak puasa sunnah pada Syaban, seorang muslim akan semakin siap dalam menghadapi puasa Ramadhan selama sebulan penuh.

Menurut Ibnu Rajab, kedudukan puasa Syaban di antara puasa yang lain sama dengan kedudukan sholat sunah rawatib terhadap sholat fardu sebelum dan sesudahnya, yakni sebagai penyempurna kekurangan pada yang wajib.

Adapun keutamaan puasa di bulan Syaban, sebagaimana diriwayatkan Usamah bin Zaid ra., ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Syaban."

Rasulullah menjawab, "Bulan itu (Syaban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa." (HR. Abu Daud dan Nasa'i)

2. Memperbanyak sholawat

Barangsiapa membiasakan diri di bulan ini untuk berlomba meraih pahala, maka akan memperoleh kemenangan di bulan Ramadhan.

Syaban adalah bulan Rasulullah SAW seperti yang telah disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
"Rajab adalah bulan Allah, Syaban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku."

Bulan ini juga dianjurkan untuk memperbanyak sholawat.

3. Memohon ampunan dan perbanyak doa

Dalam sebuah hadits dari Utsman bin Abil Ash dari Rasulullah SAW disebutkan, "Jika malam Nisfu Syaban datang maka akan memanggil Malaikat yang memanggil: Apakah ada yang meminta ampunan maka Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta sesuatu maka Aku akan mengabulkannya? Maka tiada seorangpun meminta kecuali aku akan memberikannya, kecuali orang yang berzina dengan farjinya, atau dalam
keadaan musyrik."

Dari Mu'adz bin Jabal dari Rasulullah SAW bersabda,

"Allah melihat kepada semua hambanya di malam Nisfu Syaban, kemudian memberikan pengampunan kepada mereka semuanya kecuali kepada orang musyrik dan orang yang selalu mengajak kepada perselisihan." (Al-Baihaqi dan An-Nasa'i)

Dari Abi Tsa'labah Al-Khasyani, dari Rasulullah SAW bersabda, "Jika datang malam Nisfu Syaban, maka Allah akan melihat kepada makhluk-Nya, kemudian mengampuni orang-orang yang beriman serta membiarkan orang-orang kafir dan membiarkan orang pendengki dengan kedengkiannya sampai ia memanggil-Nya."

Dari Aisyah berkata, "Aku tidak menemukan Rasulullah di suatu malam, kemudian aku keluar untuk mencarinya, ternyata beliau sedang mengangkat kepalanya ke arah langit, kemudian berkata, "Wahai Aisyah! Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya berbuat tidak adil kepadamu?" Aisyah menjawab, "Kenapa aku harus mengatakan itu? Tapi aku menyangka bahwa engkau mendatangi salah satu istrimu. Kemudian Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah turun di malam Nisfu Sya'ban menuju langit dunia kemudian memberi ampunan kepada orang sejumlah bulu domba Bani Kalb." (HR. At-Tirmidzi)

Dalam buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah oleh Siti Zamratus Sa'adah, dijelaskan melalui beberapa hadits disebutkan bahwa orang yang tidak akan dikabulkan doanya serta terhalang dari pengampunan dan rahmat Allah di bulan ini adalah orang musyrik, orang yang bertengkar, pembunuh, orang yang memutus tali persaudaraan, orang yang membuka aurat, orang yang suka mengadu domba, orang yang gemar menggambar, orang yang melaknat orang tuanya, orang yang menipu dalam perdagangannya, orang yang mengada-ngada dalam agamanya, orang yang keluar dari keputusan suatu pemimpin, orang yang dihatinya terdapat kebencian terhadap para Sahabat

Barangsiapa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut maka tidak akan mendapatkan kemenangan di malam Nisfu Sya'ban yang berupa ampuan Allah SWT.

4. Memperbanyak amalan

Menghadapi bulan Ramadhan, para ulama terdahulu membiasakan diri untuk mengerjakan amalan-amalan saleh sejak datangnya bulan Syaban, sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika Ramadhan.

Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah mengatakan, "Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Syaban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Syaban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan'". (Lathaifu-Ma'arif libni Rajab Al-Hanbali)

5. Membayar utang puasa

Bulan Syaban menjadi kesempatan untuk meng-qadha utang puasa Ramadhan yang lalu sebelum datangnya Ramadhan berikutnya.

Aisyah berkata: "Aku punya utang puasa Ramadhan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Syaban, karena sibuk melayani Nabi." (HR. Al Bukhari-Muslim)

Imam An Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim & Ibn Hajar dalam Fathul Bari, menjelaskan, dari hadits 'Aisyah tersebut dapat disimpulkan: Jika ada uzur, maka qadha puasa bisa diakhirkan sampai bulan Syaban. Namun jika tanpa uzur, menyegerakannya di bulan Syawal setelah Ramadhan usai lebih utama.

Bagaimana jika lalai, tanpa uzur, utang puasa belum terbayar, tapi Ramadhan baru telah datang. Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa." (HR. Al Bukhari & Muslim)

Jadi menurut hadits tersebut dibolehkan puasa akhir Syaban (H-1/H-2 Ramadhan) hanya bagi yang melaksanakan nazar, qadha', yang sudah biasa puasa Dawud, bertepatan Senin atau Kamis yang sudah biasa dilakukan.




(dvs/lus)

Hide Ads