Nisfu Syaban selama ini dianggap sebagai waktu yang dinanti-nantikan oleh sebagian kalangan muslim karena akan diisi dengan berbagai amalan. Oleh karena itu, amalan Nisfu Syaban sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW sebaiknya diketahui kaum muslim, terutama mereka yang hendak mengerjakan amalan di waktu tersebut.
Salah satu alasan yang menjadikan tidak sedikit kalangan muslim menantikan Nisfu Syaban, terutama malam Nisfu Syaban, adalah karena dianggap mampu memberikan keutamaan. Seperti diungkap dalam buku 'Sang Pemenang 'Iedul Fithri' karya Maryani Kusumawati, MSi, bahwa terdapat salah satu riwayat yang menyampaikan tentang keutamaan malam Nisfu Syaban. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Majah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Allah SWT melihat kepada hamba-Nya pada malam Nisfu Syaban dan mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan (dengan saudaranya)" (HR. At-Thabrani).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian di dalam riwayat lainnya turut disampaikan mengenai keutamaan malam Nisfu Syaban, yaitu sebagai waktu yang penuh dengan ampunan. Melalui sebuah riwayat dari Al-Albani dari Muadz bin Jabal r.a. bahwa terdapat sabda Rasulullah SAW yang menyampaikan:
"Amal manusia dinaikkan kepada Allah SWT pada malam Nisfu Syaban" (HR. Daruqutni).
Mengetahui malam Nisfu Syaban merupakan waktu yang penuh kemuliaan inilah yang membuat tidak sedikit kaum muslim menantikannya. Salah satunya dikarenakan adanya keinginan untuk menghidupkan malam tersebut dengan berbagai amalan.
Lantas, apa saja amalan yang dapat dikerjakan pada malam Nisfu Syaban maupun Nisfu Syaban itu sendiri? Mari simak penjelasannya.
Apa Itu Nisfu Syaban?
Dijelaskan melalui jurnal 'Tradisi Nisfu Sya'ban di Pondok Pesantren Bintang Sembilan Dukuh Dempok Jember' karya Umi Latifatun Nihayah, Nisfu Syaban adalah sebuah kata majemuk yang berasal dari bahasa Arab. Kata majemuk tersebut terdiri dari Nisfu dan Syaban.
Kata Nisfu berasal dari nashafa, yanshifu, hingga nashfan yang memiliki makna mencapai tengah-tengah atau setengah. Kemudian Syaban merupakan bulan Syaban sebagai bulan ke-8 di dalam kalender Hijriah. Inilah yang membuat Nisfu Syaban diartikan sebagai pertengahan atau tengah-tengah dari bulan Syaban didasarkan pada penanggalan Islam atau Hijriah.
Kemudian Nisfu Syaban juga memiliki sebutan lain yaitu Lailatul Mubarokah. Masih merujuk dari jurnal yang sama, dijelaskan bahwa terdapat salah satu riwayat yang menyebut Nisfu Syaban merupakan malam yang dialiri dengan kebaikan dengan begitu derasnya. Sebagaimana diriwayatkan:
"Sesungguhnya Aisyah Radhiallahu 'anha berkata, saya mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Allah akan mengalirkan kebaikan dalam 4 malam dengan deras, dan salah satunya malam Nisfu Syaban'."
Sementara itu, tidak hanya istilah Nisfu Syaban saja yang melekat di benak sebagian kalangan muslim, tetapi juga malam Nisfu Syaban. Lantas, apa itu malam Nisfu Syaban? Merujuk dari buku 'Ensiklopedia Islam: Mengenal Hujjatul Islam Hingga Mengenal Mukimin Jawi' karya Hafidz Muftisany, bahwa malam Nisfu Syaban adalah malam di tanggal 15 Syaban.
Artinya, malam Nisfu Syaban berlangsung satu hari sebelum Nisfu Syaban. Malam Nisfu Syaban dianggap oleh sebagian kalangan muslim mampu memberikan keutamaan. Namun demikian, hal ini termasuk sebagai salah satu hal yang cukup diperdebatkan oleh jumhur ulama.
Sebagian ulama menilai tidak ada satu pun hadits shahih yang menjelaskan tentang keistimewaan malam Nisfu Syaban. Akan tetapi, tak sedikit juga ulama yang menganggap karena banyaknya sanad hadits tentang keutamaan malam Nisfu Syaban, maka dapat menjadi hasan untuk dijadikan sebagai sandaran.
5 Amalan Nisfu Syaban Sesuai Sunnah Rasulullah SAW
Terkait dengan amalan Nisfu Syaban, terdapat sebagian di antaranya yang merupakan sunnah dengan redaksi dari Rasulullah SAW. Namun demikian, tidak sedikit juga yang tergolong sebagai tradisi yang sering kali dilakukan oleh sebagian kalangan muslim untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban. Berikut rangkuman amalan-amalan yang dapat dikerjakan.
1. Puasa Sunnah
Amalan Nisfu Syaban sesuai sunnah Rasulullah SAW yang pertama adalah mengerjakan puasa sunnah. Terkait dengan hal ini, terdapat sebuah riwayat yang dapat dijadikan sebagai salah satu landasan dikerjakannya puasa sunnah Nisfu Syaban.
Seperti dijelaskan dalam 'Buku Harian Orang Islam: Agenda Syar'i Muslim/Muslimah Teladan Sepanjang Tahun' oleh Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, bahwa puasa pada pertengahan di bulan Syaban berasal pendapat dari banyaknya ulama. Sebagaimana diriwayatkan bahwa:
"Jika tiba waktu malam Nisfu Syaban, maka beribadahlah di malamnya dan puasalah di siangnya, karena sesungguhnya Allah Ta'ala menurunkan rahmat-Nya mulai tenggelamnya matahari (Maghrib) di langit dunia dan berfirman, 'Siapa yang meminta ampun, Akua ampuni. Siapa yang meminta rezeki, Aku beri rezeki. Siapa yang terkena musibah, Aku sembuhkan. Siapa yang minta ini dan itu, seterusnya sampai waktu terbitnya fajar (matahari)" (HR. Ibnu Majah).
Namun demikian, Nisfu Syaban yang berlangsung pada tanggal 15 Syaban dapat dimaknai dengan mengerjakan amalan sunnah yang redaksinya berasal dari Rasulullah SAW. Amalan sunnah yang dimaksud adalah Ayyamul Bidh.
Merujuk dari buku 'Rahasia Puasa Sunah' karya Ahmad Syahirul Alim, bahwa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang bisa dikerjakan pada pertengahan bulan-bulan Qomariyah. Tepatnya pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Qomariyah dalam penanggalan Hijriah atau Islam.
Bulan Syaban termasuk sebagai bulan Qomariyah, sehingga puasa sunnah Ayyamul Bidh bisa dikerjakan pada tanggal 15 Syaban. Adapun keutamaan mengerjakan puasa Ayyamul Bidh didasarkan pada salah satunya diriwayat dari Abu Dzar r.a. Bahwa: Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai Abu Dzar, jika engkau mau puasa tiga hari dari satu bulan, maka berpuasalah pada hari tiga belas, empat belas, dan lima belas" (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
2. Yasin Tiga Kali
Tidak sedikit kalangan muslim yang mengisi malam Nisfu Syaban dengan mengerjakan amalan Yasin tiga kali. Di dalam buku 'Gus Dewa Menjawab: Membahas Permasalahan-Permasalahan Fikih, Keimanan, dan Kehidupan' karya Gus Dewa, disampaikan bahwa membaca Surat Yasin dapat dilakukan setelah mengerjakan sholat sunnah.
Ada tiga niatan yang bisa diharapkan oleh kaum muslim selama mengamalkan Yasin tiga kali di malam Nisfu Syaban. Berikut beberapa di antaranya:
Niat Yasin Pertama
Bacaan Surat Yasin pertama biasanya ditujukan untuk permohonan kepada Allah SWT agar diberikan umur yang panjang. Kemudian niat pertama baca Yasin di malam Nisfu Syaban ini juga dapat menjadi permohonan agar diberikan ketaatan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Niat Yasin Kedua
Niat membaca Surat Yasin yang kedua adalah memohon agar senantiasa diberikan penjagaan dan keselamatan dari segala bencana maupun musibah. Niat ini juga menjadi wujud permohonan diberikan rezeki yang luas.
Niat Yasin Ketiga
Lalu niat Yasin ketiga adalah sebagai wujud permohonan agar diberikan hati yang kaya dan selalu berkecukupan oleh Allah SWT. Tidak hanya itu, niat Yasin ini juga memohon supaya di akhir hidup nantinya diberikan husnul khatimah.
3. Berdoa
Selanjutnya, malam Nisfu Syaban juga biasanya dihidupkan oleh kaum muslim dengan berdoa. Ada berbagai versi doa yang bisa dipanjatkan, salah satunya yang disampaikan dari pandangan Sayyid Utsman bin Yahya. Dilansir laman Nahdlatul Ulama, bahwa Sayyid Utsman bin Yahya menyampaikan sebuah doa untuk dipanjatkan saat malam Nisfu Syaban. Adapun bacaan doanya adalah sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ" وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ
Allâhumma yâ dzal manni wa lâ yumannu 'alaik, yâ dzal jalâli wal ikrâm, yâ dzat thawli wal in'âm, lâ ilâha illâ anta zhahral lâjîn wa jâral mustajîrîn wa ma'manal khâ'ifîn. Allâhumma in kunta katabtanî 'indaka fî ummil kitâbi syaqiyyan aw mahrûman aw muqtarran 'alayya fir rizqi, famhullâhumma fî ummil kitâbi syaqâwatî wa hirmânî waqtitâra rizqî, waktubnî 'indaka sa'îdan marzûqan muwaffaqan lil khairât. Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal 'alâ lisâni nabiyyikal mursal, "yamhullâhu mâ yasyâ'u wa yutsbitu, wa 'indahû ummul kitâb" wa shallallâhu 'alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil 'alamîn.
Artinya: "Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, 'Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.' Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT."
Selain bacaan doa tersebut, ada juga sebuah doa yang diamalkan oleh Rasulullah SAW saat menyambut datangnya bulan Rajab. Melalui doa ini Rasulullah SAW memohon agar diberikan keberkahan di bulan Rajab, Syaban, hingga Ramadhan. Menurut buku 'Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya'ban' karya Dra Udji Asiyah, MSi', terdapat sebuah riwayat yang menyampaikan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ
Artinya: "Dari Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah SAW jika masuk bulan Rajab, dia berkata: 'Allahumma barik lanaa fii Rajaba wa Syaban wa barik lanaa fii Ramadhan' (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban dan berkahilah kami di bulan Ramadhan)" (HR. Ahmad Nomo 2228).
4. Sholat Nisfu Syaban
Kemudian ada amalan lainnya yang sering kali dikerjakan oleh kalangan muslim berupa sholat sunnah. Terdapat salah satu hadits yang dijadikan sebagai dasar pengerjaan amalan tersebut. Merujuk dari 'Panduan Sholat Rosulullah 2' oleh Imam Abu Wafa, bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النَّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا، وَصُومُوا نَهَارَهَا ؛ فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ : أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرِ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ ؟ أَلَا مُسْتَرْزِقُ فَأَرْزُقَهُ ؟ أَلَا مُبْتَى فَأُعَافِيَهُ ؟ أَلَا كَذَا ؟ أَلَا كَذَا ؟ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
"Apabila sudah sampai pertengahan bulan Syaban maka berdirilah sholat pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya Sesungguhnya Allah turun pertengahan bulan tersebut saat tenggelam matahari ke pada langit dunia, lalu berfirman Adakah yang meminta ampun kepadaku niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang meminta rezeki kepadaku, niscaya Aku akan memberinya, Adakah yang sakit niscaya Aku akan menyehatkannya dan sebagainya hingga terbit fajar" (HR. Ibnu Majah Nomor 1388).
Namun demikian, hadits tersebut dinilai dhaif jiddan atau maudhu. Pengerjaan sholat Nisfu Syaban dapat dilakukan dengan mengamalkan sholat sunnah tasbih. Sulthan Adam, SQ, di dalam buku 'Majmu Syarif dan Al-Ma`tsurat' memberikan informasi di malam Nisfu Syaban terdapat sholat sunnah tasbih yang dikerjakan sesudah sholat Maghrib. Tepatnya setelah mengerjakan sholat rawatib setelah Maghrib.
5. Memperbanyak Istighfar
Amalan Nisfu Syaban selanjutnya yang bisa dilakukan untuk menghidupkan waktu tersebut dengan memperbanyak istighfar. Masih dikutip dalam laman Nahdlatul Ulama, bahwa beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa yang telah diperbuat dapat dilakukan kapan saja, termasuk Nisfu Syaban.
Salah satu anjuran untuk banyak-banyak istighfar memohon ampunan kepada Allah SWT didasarkan pada riwayat yang menyampaikan Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَان نَادَى مُنَادٍ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ في شُعَبِ الْإِيْمَانِ Artinya:
"Apabila tiba malam nisfu Syaban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah, adakah orang yang memohon ampun maka Aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka Aku berikan permintaannya." (HR. al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman).
Demikian tadi rangkuman mengenai Nisfu Syaban yang berlangsung pada 15 Syaban lengkap dengan amalan yang dikerjakan selama waktu tersebut. Semoga membantu.
(par/dil)