Sulit Bersuci, Wanita Gaza Bahkan Manfaatkan Bahan Tenda Sebagai Pengganti Pembalut

Sulit Bersuci, Wanita Gaza Bahkan Manfaatkan Bahan Tenda Sebagai Pengganti Pembalut

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 24 Jan 2024 11:00 WIB
Palestinian autistic teenager Mustasem lays on a carpet, after fleeing his home with his autistic twin Sujood, his mother Asma Abu Abed and his grandmother, due to Israeli strikes, to shelter in a tent in Rafah, in the southern Gaza Strip, December 12, 2023. REUTERS/Saleh Salem
Foto: REUTERS/SALEH SALEM
Jakarta -

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Namun, warga Gaza tidak bisa menjalankan hal ini lantaran tidak adanya kesediaan air bersih. Jika sholat bisa bertayamum dengan debu, lain halnya dengan kebersihan kewanitaan.

Para wanita di Gaza terpaksa harus menggunakan bahan tenda untuk kebersihan menstruasinya. Mereka sulit mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan ketika datang bulan tiba.

Hal itu terjadi karena Israel membatasi setiap bantuan yang masuk ke wilayah Gaza. Sehingga barang-barang penting seperti peralatan medis dan makanan tidak sampai ke daerah yang terkepung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Arab News, Rabu (24/1/2024) pekerja amal ActionAid di Batlehem, Riham Jafari, sampai menyoroti kondisi mengerikan tersebut. Ia khawatir dengan kesehatan para wanita di Gaza setiap datang siklus menstruasinya.

"Bayangkan harus mengatur menstruasi Anda tanpa produk menstruasi, kertas toilet, atau sabun, dan tidak ada kesempatan untuk bisa mencuci diri," ujar Riham kepada Sky News.

ADVERTISEMENT

Ini adalah kenyataan bagi ratusan ribu wanita dan anak perempuan di Gaza saat ini. Beberapa wanita memotong sebagian handuk untuk digunakan pada menstruasi mereka, ini tidak sehat.

"Mereka (juga) menggunakan bagian dari tenda atau serat ketika menstruasi. Kemudian mereka memotong sebagian untuk digunakan sebagai pembalut dan beberapa dari mereka menggunakan pakaian ekstra mereka sebagai pembalut," tambah Jafari.

Menurut medis, menggunakan bahan yang tidak bersih sebagai produk sanitasi meningkatkan risiko infeksi dan menderita sindrom syok toksik. Hal ini sangat berbahaya untuk mereka.

Tenaga kerja dari ActionAid Palestine yang enggan disebutkan namanya mengatakan, "Tidak ada air yang tersedia bagi saya untuk membersihkan diri selama menstruasi. Saya tidak memiliki pembalut untuk kebutuhan saya sendiri."

Memang, semenjak agresi militer yang dilakukan Israel beberapa bulan ini, Gaza mengalami krisis air yang luar biasa. Israel memutus saluran air bersih warga di Gaza.

Menurut perkiraan PBB, cuma satu dari tiga jaringan pipa air dari Israel ke Gaza yang beroperasi. Hal ini menyebabkan warga kekurangan fasilitas toilet yang parah, karena hanya satu unit yang tersedia untuk setiap 486 orang.

Adara, seorang ibu yang mengungsi bersama keempat anaknya, menyampaikan kepada Sky News bahwa keluarganya "mengalami penderitaan setiap kali kami perlu pergi ke kamar mandi" dan harus "mengantri untuk waktu yang lama."

Seperti diketahui, wanita dan anak perempuan menyumbang sekitar 70 persen dari total 25.000 orang yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober. Hal ini berdasarkan data dari kementerian kesehatan Gaza.

ActionAid telah mengajukan seruan gencatan senjata untuk memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke wilayah Palestina. Kebiadaban Israel benar-benar membuat warga Gaza menderita di segala hal.




(hnh/lus)
Duka untuk Palestina

Duka untuk Palestina

73 konten
Israel masih terus melakukan serangan di Gaza, Palestina. Total sudah 26 hari Israel menggempur wilayah itu tanpa henti. Sejak 7 Oktober hingga Selasa kemarin, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 8.525 orang tewas. Sebanyak 3.500 adalah anak-anak.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads