Nasib Akhir Ashabul A'raf, Orang yang Kebaikan-Keburukannya Seimbang

Nasib Akhir Ashabul A'raf, Orang yang Kebaikan-Keburukannya Seimbang

Kristina - detikHikmah
Kamis, 11 Jan 2024 07:15 WIB
A realistic Arabian interior miniature with window and columns. Silhouette of muslim praying on carpet near window. Festive greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem. Selective focus
Ilustrasi Ashabul A'raf, orang yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Foto: Getty Images/iStockphoto/Zeferli
Jakarta -

Ada kelompok orang yang amal kebaikan dan keburukannya seimbang. Kelompok ini dikenal dengan Ashabul A'raf.

Keberadaan kelompok tersebut diceritakan dalam sejumlah riwayat. Ibnu Katsir memaparkan beberapa di antaranya dalam kitab An Nihayah Fitan wa Ahwal Akhir Az Zaman (Mukhtashar Nihayah Al Bidayah) yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan.

Menurut riwayat Al Baihaqi dari jalur Abdullah bin Harits bin Naufal, Ashabul A'raf adalah orang-orang yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka kemudian dibawa ke sebuah sungai yang disebut Nahr Al-Hayat (Sungai Kehidupan). Tanahnya berupa waras--nama jenis tumbuhan yang wangi dan berwarna indah--dan za'faran. Kedua tepinya berupa batangan emas yang bertahtakan intan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ashabul A'raf mandi di sana. Setelah itu, muncul tanda putih pada leher mereka. Mereka lalu mandi lagi dan tanda itu terlihat semakin putih. Lalu dikatakan pada mereka, "Berangan-anganlah kamu tentang apa pun yang kamu inginkan."

Mereka pun berangan-angan tentang hal-hal yang mereka inginkan. Tiba-tiba dikatakan kepada mereka, "Kamu sekalian mendapat apa-apa yang kamu inginkan, ditambah 70 kali lipatnya."

ADVERTISEMENT

Nasib Akhir Ashabul A'raf

Menurut riwayat Al-'Ataby dari Shilah bin Zufar, dari Hudzaifah, Ashabul A'raf tidak masuk neraka juga tidak masuk surga. Mereka telah diselamatkan oleh kebaikan-kebaikannya dari neraka tetapi terhalang masuk surga karena dosa-dosanya.

Usai memaparkan riwayat tersebut, Ibnu Katsir, memaparkan firman Allah SWT dalam surah Al A'raf ayat 47,

۞ وَاِذَا صُرِفَتْ اَبْصَارُهُمْ تِلْقَاۤءَ اَصْحٰبِ النَّارِۙ قَالُوْا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ ٤٧

Artinya: Apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama kaum yang zalim itu."

Dalam kondisi tersebut, tiba-tiba Allah SWT datang menemui Ashabul A'raf seraya berfirman, "Bangkitlah dan masuklah ke surga. Sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu sekalian."

Sementara itu, Ibnu Abbas dan lainnya berpendapat bahwa A'raf adalah pagar yang terletak di antara surga dan neraka. Hal ini bersandar pada firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al A'raf ayat 46,

وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌۚ وَعَلَى الْاَعْرَافِ رِجَالٌ يَّعْرِفُوْنَ كُلًّا ۢ بِسِيْمٰىهُمْۚ وَنَادَوْا اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ اَنْ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْۗ لَمْ يَدْخُلُوْهَا وَهُمْ يَطْمَعُوْنَ ٤٦

Artinya: Di antara keduanya (para penghuni surga dan neraka) ada batas pemisah dan di atas tempat yang tertinggi (al-a'rāf) ada orang-orang yang saling mengenal dengan tandanya masing-masing. Mereka menyeru para penghuni surga, "Salāmun 'alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu)." Mereka belum dapat memasukinya, padahal mereka sangat ingin (memasukinya).

Menurut Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama RI, ayat tersebut menjelaskan bahwa antara penghuni surga dan neraka terdapat batas yang sangat kokoh berupa tembok yang tidak memungkinkan mereka keluar dan berpindah tempat.

Di atas pagar tembok itu ada tempat tertinggi yang diisi orang-orang yang belum dimasukkan ke dalam surga. Mereka tertahan di sana menunggu keputusan Allah SWT. Di tempat inilah mereka bisa melihat penghuni surga dan melihat penghuni neraka.

Mereka tidak kekal di sana melainkan hanya sementara waktu. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Diletakkan timbangan pada hari Kiamat lalu ditimbanglah semua kebaikan dan kejahatan. Maka orang-orang yang lebih berat timbangan kebaikannya dari pada timbangan kejahatannya meskipun sebesar biji sawi/atom dia akan masuk surga. Dan orang yang lebih berat timbangan kejahatannya dari pada timbangan kebaikannya meskipun sebesar biji sawi/atom, ia akan masuk neraka." Dikatakan kepada Rasulullah, "Bagaimana orang yang sama timbangan kebaikannya dengan timbangan kejahatannya?" Rasulullah menjawab, "Mereka itulah penghuni A'rāf, mereka itu belum memasuki surga tetapi mereka sangat ingin memasukinya."

Wallahu a'lam.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads